33. Pantang Menyerah

1.2K 167 9
                                    

"Katanya cuma mau keluar sebentar udah hampir dua jam Sunghoon kaga balik-balik, cerdik juga dia alasan ada urusan sama Isa supaya nggak bantu-bantu di sini." Beomgyu menggerutu sendiri sambil memegangi tangga yang digunakan oleh Hendery untuk memasang tenda.

Dari arah dalam rumah Pak Junho, Haechan bersama Jeno berjalan sambil membawa gorengan dan minuman. Keduanya meletakkan di atas sound system dan menyuruh semua orang yang membantu mendirikan tenda hari itu untuk istirahat sejenak.

Beomgyu mendongkak, "Bang Der masih lama nggak? Gorengannya datang tuh."

"Dikit lagi."

Mendengar jawaban Hendery, Beomgyu kembali menatap ke nampan berisi gorengan yang rupanya sudah diserbu oleh warga.

"Masih lama gak?" Tanya Beomgyu sekali lagi.

"Udah nih udah, lo pegang tangganya yang bener gue mau turun."

"Buruan itu gorengannya keburu habis."

Hendery berdecak pelan sembari menuruni anak tangga, "kalau habis nanti gue beliin di warung Bu Eunha banyak," ujarnya.

Setelah kaki Hendery berhasil menginjak tanah, Beomgyu tau-tau udah lari ngibrit dan ninggalin Hendery gitu aja. Cowok itu langsung mengambil dua buah pisang goreng yang tersisa di nampan dan duduk di samping Jeno.

Mengembalikan tangga ke tempatnya semula, Hendery mulai bergabung dengan teman-temannya dan warga yang istirahat sejenak.

"Rokok?" Tawar Yeonjun menyodorkan sebungkus rokok berwarna putih ke hadapan Hendery.

Hendery menggelengkan kepala. Keduanya langsung dibuat menoleh bersamaan ketika mendengar perkataan salah seorang warga, "jadi gitu mas. Heeseung ini ndak jadi menikah sama Lily karna Lily ternyata wis punya cowok," ujar bapak tersebut.

"Gitu ya pak," jawab Jeno.

Bapak itu mengangguk, "untungnya kenalan Pak Junho kuwi banyak kan secara yo Mas kades jadi Heeseung langsung dikenalke karo anak kancane Pak Junho, namanya sapa seh kemarin kuwi Sumi? Surti? Opo sopo ngunu Mas, ayu rambutne warna pink ngunu." Bapak itu masih melanjutkan cerita mengenai calon istri baru dari Heeseung.

Bahkan bapak itu juga sedikit bercerita tentang putrinya yang menurut penuturan beliau cantik, baik, dan tipe gadis yang menurut kepada suaminya.

"Sampean semua ini jomblo kah? Yo sapa tau cocok sama putrine bapak gitu hehe."

"Hehe, Bang Hendery itu Pak jomblo," celetuk Haechan.

"Ngendi toh bocahe?" Tanya bapak tersebut sembari mengamati satu-satu dari mereka.

Haechan langsung menunjuk ke arah Hendery yang mendelik dan menggelengkan kepala panik.

"Hoalah, ganteng juga yo. Badanne yo tinggi, terus aduh itu lengannya juga otot tok, jadi mirip bapak waktu masih muda dulu."

"HAHAHAHA."

Mereka tertawa bersama mendengar celetukan Bapak bernama Joshua itu.

"Gelem tah le kalau tak kenalno sama anakku? Dia juga tinggi kok, cantik, lucu," ujar Pak Joshua.

Hendery hanya senyum-senyum saja. Matanya melirik tajam ke arah Haechan, awas saja kalau sampai ke posko habis nanti dia di rasengan sama Hendery.

"Sekarang anaknya kemana pak?" Tanya Jeno.

"Sekolah. Dia baru aja masuk SMP tahun ini."

Haechan langsung menelan ludahnya dengan susah payah, ia melirik ke arah Hendery dan tersenyum yang juga dibalas senyuman mematikan oleh Hendery.

Oh, KKN! Där berättelser lever. Upptäck nu