25. Mencurigakan

1.1K 180 12
                                    

Yunjin ijin kepada teman-temannya ketika mendapatkan panggilan telepon dari seseorang, gadis cantik ini berjalan menuju ke teras duduk di dipan tapi ketika hendak mengangkat telepon tersebut si penelepon mematikannya.

"Ini anak mau apa sih," gumam Yunjin.

Sekarang ganti Yunjin yang menelepon, cukup lama nada deringnya berbunyi sebelum akhirnya suara perempuan dari seberang menyahut.

"Halo mbak maaf-maaf aku habis dari kamar mandi tadi."

"Oh pantesan kok lama. Ngapain telfon mbak?"

"Itu soal kemarin baju yang mau aku beli-"

Yunjin segera memotong pembicaraan adeknya ketika samar-samar mendengar suara laki-laki tertawa, "kamu dimana? Kok mbak denger suara cowok?"

"Ini di kosan temen aku habis kerja kelompok."

"Gak bohong kan?"

"Seriusan aku nggak bohong, rame-rame kok. Aku juga udah bilang sama ayah sama ibu."

Yunjin mengangguk berusaha untuk tidak berpikir aneh-aneh. "Jadi soal baju yang kamu omongin kemarin itu kenapa? Gak jadi beli atau gimana."

"Jadi kok cuma uang aku kayaknya kurang deh mbak."

"Iyalah, itu baju ya bisa buat bayar UKT mbak dua bulan tau. Makanya nggak usah aneh-aneh segala beli baju bermerk kalau ujungnya cuma jadi pengisi lemari aja."

"Eunchae pake mbak nggak cuma jadi pajangan doang."

"Tapi gak cocok kalau dipakai buat sehari-hari dan menurut mbak itu roknya terlalu mini tau, kamu kan bongsor kalau pake dress begitu apa nggak risih nanti?"

"Itu model mbak, model. Banyak kan artis kpop kesukaan kamu yang pakaiannya begitu."

"Iya mbak tau banyak yang pakai begitu itu pun karna tuntutan pekerjaan mereka, sementara kamu cuma buat seneng-seneng aja."

"Apapun alasannya itu please dong mbak bantuin Eunchae bilang ke ayah sama ibu kalau uang bulanan sekolah naik biar Eunchae bisa beli baju-nya."

Yunjin menghela napas, permintaan adeknya ini bukan kali pertama dulu juga ketika Eunchae pingin beli motor dia merengek menyuruh Yunjin yang meminta dan sekarang perkara baju yang harganya nggak masuk akal itu.

"Gak usah bohong sama ayah sama ibu, kamu beli aja baju yang kamu pengenin nanti mbak yang kirim uangnya. Besok-besok inget nggak usah diulangi kayak gini lagi, ayah sama ibu udah kerja keras buat kita dan mulai sekarang kamu tuh coba buat hidup hemat kita bukan anak orang kaya yang kalau mau ini itu tinggal beli."

"Beneran mbak?"

"Iya tapi mbak gak bisa kasih banyak."

"Makasih banyak mbak...makasih Eunchae sayang banget sama Mbak Yunjin."

"Iya, kamu jaga diri nggak usah keluyuran malam-malam, mbak matiin ya telponnya." Tanpa menunggu balasan lagi dari adeknya Yunjin mematikan sambungan telpon sepihak. Matanya terpejam sembari merapatkan punggung ke tembok, seperti itulah Eunchae yang dari dulu selalu mendapatkan apa yang dia mau.

Berbeda dengan Yunjin, sebagai anak sulung dia harus terpaksa beberapa kali mengalah kepada adeknya. Bahkan Yunjin mengemban ekpektasi besar orang tuanya, meskipun ayah dan ibu Yunjin tidak menekankan untuk kesuksesannya tetapi dia adalah orang pertama yang paling dinantikan jadi kebanggaan.

Yunjin kecil dulu selalu berandai-andai bagaimana enaknya kalau dia punya figur seorang kakak. Seseorang yang dapat memberikan dukungan, penjagaan dan hiburan kepadanya, tapi tentu saja itu semua hanyalah angan-angannya. Sedari kecil seorang anak sulung dibimbing untuk menjadi dewasa setidaknya untuk adek-adeknya, untuk sekedar bermanja-manja saja Yunjin tidak bisa bahkan untuk berkeluh kesah ia harus berpikir dua kali sebab dirinya terbiasa mendengar beragam keresahan orang tuanya.

Oh, KKN! Where stories live. Discover now