30. Memaafkan

952 182 10
                                    

Satu kata tentang malam itu adalah dingin. Iya, di luar bahkan tidak terdengar suara jangkrik seperti biasanya karna hawa yang lebih dingin daripada malam-malam sebelumnya.

Anak-anak yang juga biasanya begadang di luar untuk hari ini lebih memilih tidur dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuh mereka, Yeonjun, Sunghoon bahkan Hendery juga sudah terlelap tidur. Merogoh ponselnya, Haechan melihat jam menunjukkan pukul dua belas lewat lima tengah malam, tenggorokannya mendadak terasa kering.

Butuh sekian menit untuk Haechan menyadari bahwa dia bukan satu-satunya orang yang terjaga malam itu. Di sudut ruangan, lebih tepatnya di sebelah pintu posko Karina duduk dengan wajah terbenam di antara kedua kakinya yang tertekuk. Haechan baru sadar setelah mendengar suara isak tangis serta bahu Karina bergetar.

Dengan pencahayaan yang remang-remang, Haechan mengayunkan langkah untuk menghampiri Karina. Meskipun butuh effort lebih karna harus melewati tubuh teman-temannya yang tertidur keluar sampai ke lantai tapi Haechan berhasil duduk bersisihan dengan Karina tanpa membuat kebisingan yang berarti. Menyadari eksistenti Haechan, Karina melirik sekilas.

"Hai," sapa Haechan sembari menjatuhkan sebelah tangannya ke bahu Karina, menepuk-nepuk kecil.

Kepala Karina terangkat, langsung bertemu tatap dengan kedua manik mata Haechan. Pemuda tersebut memberikan senyuman tipis, "gapapa...kalau lo mau lanjut nangis, nangis aja..anggep gue nggak ada."

Menyeka air matanya, Karina tiba-tiba berujar. "Gue tuh sebenarnya beban buat kelompok nggak sih Chan? Dari awal gue nggak banyak ngasih kontribusi buat kelompok, bahkan gue juga sempet-sempetnya baper sama Jeno sampai bikin yang lain nggak nyaman juga...semua gara-gara gue."

"Gue nyuruh lo nangis bukan ngelantur," ujar Haechan nampak tak terima dengan perkataan Karina.

"....."

"Ada yang mau lo ceritain ke gue?"

"Gue nggak mau Chan orang lain juga nanggung beban dari cerita gue, kemarin-kemarin gue udah cukup ngasih beban ke anak kelompok."

"Siapa juga yang mau nanggung beban lo sih Rin? Gue nyuruh lo cerita supaya hati lo lega dan biar beban itu meluap dengan sendirinya."

Karina terdiam, kata-kata dari Haechan barusan memberikan sedikit ketenangan di harinya. Dulu ia punya pendapat pribadi tentang Haechan melihat bagaimana kepribadian pemuda satu itu. Menurut Karina, Haechan bukan tipe orang yang serius dan selalu becanda di segala situasi, Karina juga beranggapan kalau ia dan Haechan tidak mungkin bisa dekat karna kepribadian mereka bertentangan tapi nyatanya di saat seperti ini bukan Yeji, bukan pula Ryujin yang menemani Karina melainkan Haechan.

Teman yang bahkan setiap omongannya selalu Karina abaikan.

Haechan harap-harap cemas sembari memperhatikan Karina. Ia takut salah dalam perkataan dan tindakannya mengingat ia dan Karina tidak terlalu dekat sebelumnya, ketika hendak membuka mulutnya, Karina terlebih dahulu melakukan pergerakan dengan menoleh kepadanya.

"Jeno bilang minta maaf dan pengen hubungan kita kayak dulu lagi."

Ada sesuatu di hati Haechan yang mendidih ketika mendengar ucapan Karina barusan.

"Gue tau Chan, hubungan kita nggak ada statusnya. Kita emang deket dan sering kelihatan berduaan tapi Jeno belum juga nyatain perasaannya ke gue, iya gue ngerti kalau dia berhak buat suka sama siapapun tapi kenapa nggak dulu-dulu aja dia langsung bilang kalau sebenarnya suka sama Giselle? Kenapa harus sekarang waktu dia deket sama gue?"

"Meskipun sebenarnya gue nggak ada hak untuk marah tapi gue merasa marah dan bodoh, jadi selama ini cuma gue yang jatuh cinta sendirian? Hahahaha." Karina kembali membenamkan wajah di antara kakinya kemudian terisak.

Oh, KKN! Donde viven las historias. Descúbrelo ahora