💐Part 48 : Aneh💐

1.2K 105 0
                                    

     Saat ini Felisha sedang berada di rumah Oma nya. Tadi ada Kayla bersama dengan nya, tapi Kayla pergi dengan sepupu nya yang lain untuk ke supermarket. Tatapan Felisha pun langsung tertuju kepada beberapa tanaman bunga mawar.

     Pikiran nya pun langsung kembali mengingat kediaman Zayyan yang halaman rumahnya di penuhi oleh tanaman mawar. Tanpa ia sadari air matanya pun mulai menetes kembali. Mengapa ia selalu teringat dengan Zayyan.

     Ia menutup wajah nya dengan telapak tangan. Felisha memutuskan untuk pergi dari sana, ia tidak ingin orang lain mengetahui jika ia sedang menangis. Felisha terus berlari menjauhi kediaman kakek dan nenek nya.

    Ia tidak tahu seberapa jauh ia berlari, yang ada dipikiran nya saat ini adalah ingin menenangkan dirinya. Tiba-tiba hujan deras turun. Air mata Felisha pun langsung berlomba keluar.

    Banyak orang yang yang berlari untuk mencari tempat berteduh. Sangat berbeda dengan Felisha yang malah menerobos derasnya air hujan. Dada nya terasa sesak, ia belum bisa menerima semuanya hanya mimpi.

     Ia ingin pergi ke taman, namun karena tidak melihat keadaan sekitar. Ia hampir saja terserempet motor, hingga tubuhnya terjatuh di atas aspal dengan keadaan baju yang basah kuyup. "Woi nyebrang lihat-lihat, cari mati Lo!" ucap pengendara motor itu marah. Setelah itu pengendara motor pun langsung pergi begitu saja.

     "Hiks, mengapa rasanya sangat sakit sekali!" ucap nya sambil memukul dadanya. Dengan tenaga yang masih tersisa Felisha mencoba untuk bangkit. Ia pun pergi dan duduk di salah satu kursi taman.

     "Aaa!" teriak Felisha. Ia mencoba mengeluarkan segala duka nya. "Aku ga tahu, aku tidak bisa membedakan antara nyata dan tidak. Tapi hatiku tidak bisa berbohong, jika aku sangat mencintai Kak Zayyan" ucap nya dengan lirih.

    Ia membiarkan tubuh terkena air hujan, pakaian yang basah pun tidak sudah tidak dia pikirkan. Yang berada dipikiran nya saat ini adalah menghilangkan rasa sesak di dadanya.

      Ia selalu bertanya mengapa ia harus di pertemukan jika harusnya mereka harus berpisah. Semua nya tidak masuk akal, dan Felisha sudah merasa buntu.

      Beberapa detik kemudian Felisha dibuat bingung ketika ia tidak merasakan air hujan membasahi tubuhnya. Felisha pun langsung mendongakkan kepalanya. Matanya langsung bertemu dengan mata seorang pria.

     "Kamu bisa sakit" ucap pria itu, yang tak lain adalah Alaric. Felisha merasa malu, sekaligus bingung karena kehadiran Alaric. "Saya tahu kamu sedang sedih, tapi tidak boleh seperti ini. Kamu hanya akan melukai diri kamu sendiri" ucap Alaric.

      Felisha pun langsung menggelengkan kepalanya. "Ini tidak ada apa-apanya, tapi di sini sesak. Bernafas pun rasanya sangat sulit, tapi rasa sesaknya tidak pernah hilang" ucap Felisha sambil memukul dadanya.

     Alaric pun langsung menggenggam tany Felisha. "Jangan seperti ini" ucap Alaric dengan lirih. Felisha pun menatap manik mata Alaric yang terlihat sedih dan terluka. "Kenapa?" tanya Felisha.

      Sementara Alaric pun hanya diam membisu, entah kenapa Felisha merasa kecewa. "Bagaimana cara aku menghilangkan rasa sesak ini?" tanya Felisha kepada Alaric.

    "Apa aku harus melupakan dia, agar rasa sesak ini berkurang?" tanya Felisha kembali. Namun dengan cepat Alaric berkata. "Jangan!" ucapnya. Felisha menatap Alaric dengan bingung.

     "Percaya sama hati kamu, karena hati tidak bisa berbohong. Mungkin semuanya terlihat tidak mungkin, tapi semua hal bisa terjadi " ucap Alaric yang terlihat ambigu. Felisha pun menatap Alaric dengan intens. Ia seperti melihat sosok itu dalam diri Alaric.

     Felisha pun langsung menggelengkan kepalanya, ia mencoba mengenyahkan pikirannya itu. "Lebih baik saya antar kamu pulang " ucap Alaric. Alaric pun langsung menggenggam tangan Felisha, ia menarik pelan tubuh Felisha. Alaric pun langsung melangkahkan kakinya dengan merangkul pinggang Felisha.

      Felisha mencoba mengelak. "Diam, kamu bisa kehujanan!" ucap Alaric dengan tegas dan tidak ingin dibantah. Entah kenapa Felisha hanya diam saja. Padahal saat ini pakaian Felisha sudah basah, dan merasa tidak ada gunanya memakai payung.

     Keduanya pun langsung masuk kedalam mobil. Melihat Felisha yang kedinginan, Alaric membawa jas nya yang berada di kursi belakang. Ia langsung menyampirkan jas nya di tubuh Felisha. Setelah itu Alaric langsung melajukan mobilnya.

     Keadaan di dalam mobil pun hening, Felisha yang sibuk melamun dan Alaric yang fokus menyetir. Felisha terus memikirkan bagaimana Alaric berada di sana lagi pula tempat nya duduk berada jauh dari jalan raya.

    "Bagaimana kamu bisa tahu aku disana?" tanya Felisha memecahkan keheningan. Alaric pun sibuk mencerna pertanyaan dari Felisha, ia tidak pernah menyangka Felisha akan menanyakan hal ini. Jika boleh jujur sebenarnya Alaric memang sengaja mengikuti Felisha. Ia mengetahui Felisha yang hampir terserempet motor hingga berakhir ditaman.

      "Hanya kebetulan lewat" ucap Alaric berbohong. Sementara Felisha hanya menganggukkan kepalanya. Meski ia merasa bingung, tadinya Felisha berpikir jika Alaric mengikuti nya.

    Tapi Felisha langsung menyangkalnya. Sangat tidak mungkin seorang Alaric mengikuti. Apalagi Alaric merupakan seorang pengusaha tentu saja waktu sangat berharga. Dan hanya akan membuang waktu jika mengikuti nya.

     Beberapa puluh menit kemudian, mobil Alaric pun sudah terparkir rapi di depan halaman rumah Felisha. Alaric dengan cepat keluar dan langsung membukakan pintu untuk Felisha. Felisha pun dibuat gugup dengan tingkah Alaric.

     "Terima kasih" ucap Felisha. Alaric pun langsung  tersenyum lebarnya. "Sama-sama" jawabnya. Felisha pun langsung teringat sesuatu, ia menatap Alaric. Alaric yang ditatap seperti itu pun merasa bingung.

    "Ada apa?" tanya Alaric. "Mengapa kamu bisa tahu rumahku, bukankah aku tidak menyebutkan alamat rumah ku?" tanya Felisha dengan menuntut. Alaric merasa bingung untuk menjawab pertanyaan Felisha. Tidak mungkin kan dia memberitahu Felisha jika ia menyuruh tangan kanannya mencari tahu tentangnya.

     "Aku -" ucap Alaric yang langsung terpotong karena teriakan dari Ayah Felisha. "Felisha!" panggil nya. Felisha pun langsung membalikkan badannya, dan menatap kearah kedua orangtuanya. Dapat terlihat raut wajah khawatir dari kedua orangtuanya.

     "Apa yang terjadi, mengapa kamu bisa basah kuyup seperti ini?" tanya Ibunya. Sementara Ayah nya langsung menatap tajam kearah Alaric. "Apa yang sudah kamu lakukan kepada anak saya?" tanya Ayah Felisha dengan tegas.

     "Saya tidak peduli tentang jabatan dan seluruh prestasi kamu. Tapi jika kamu melukai anak saya, saya tidak akan tinggal diam!" lanjutnya lagi dengan penuh penekanan. Felisha pun langsung merasa tidak enak, karena Ayah nya malah menuduh yang tidak-tidak kearah Alaric.

     "Ayah Pak Alaric tidak berbuat jahat, dia hanya memberikan tumpangan kepada Sha saja. Tadi Sha kehujanan di jalan" ucap Felisha mencoba menjelaskan. Lalu ayah Felisha pun langsung menatap kearah Alaric. "Maaf, saya tidak tahu" ucap Ayah Felisha yang masih menatap tajam Alaric.

     Alaric pun sama sekali tidak merasa tersinggung atau pun merasa terintimidasi dengan aura Ayah nya Felisha. "Iya tidak apa-apa. Saya tahu Om hanya mencemaskan anak perempuannya" ucap Alaric.

   "Felisha kamu lebih baik masuk, dan ganti pakaian kamu. Kamu bisa sakit!" ucap Ayahnya lembut. Felisha pun langsung menganggukkan kepalanya. Sebelum meninggalkan tempatnya, Felisha menatap sebentar kearah Alaric.

    Ibu Felisha pun ikut pergi dengan Felisha. Hingga kini tersisa dua orang. Tampaknya pembicaraan kali ini akan serius.

💐💐💐
Declairs
Minggu, 22 Januari 2022
Publish, Senin 23 Januari 2022

Become The General's Wife In The Novel(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang