Bab 4 : Malam Bersama Rembulan

20.9K 2.7K 101
                                    

Bab 4 : Malam Bersama Rembulan

Nazira baru menyadari jam telah menunjukkan pukul sebelas malam lebih dua puluh menit. Setelah acara pernikahan kakaknya berakhir sore hari karena pengantin akan mengistirahatkan diri terlebih dahulu, Shafa berhasil menyeretnya untuk berbincang di rumahnya. Alhasil, karena sibuk mengobrol dan membicarakan banyak hal, Nazira sampai nggak sadar bahwa ini sudah tengah malam. Apalagi di tengah-tengah pembicaraan Mami dan Abi-Abangnya Shafa, bergabung hingga mereka bernostalgia bersama.

Berbincang dengan teman-temannya merupakan salah satu aktivitas favorit Nazira. Dia merasa bisa kembali utuh di tengah hiruk pikuk kesibukan pekerjaan. Jadi, Ayah dan Ibu biasanya sudah maklum kalau-kalau Nazira pulang malam banget saat berkumpul bersama teman-temannya. Beda dengan Miwa yang nyaris menutup diri dari teman-teman lamanya, karena kakaknya memang orang yang cukup cuek pada orang lain, Nazira memiliki empat teman dekat di kampung halamannya dan masih akrab hingga sekarang. Dua temannya sudah menikah dan punya bayi yang lucu sehingga tidak bisa bergabung dengan perbincangan malam ini.

Nazira menyadari, pernikahan membuat suasana pertemanan menjadi berbeda. Bukannya dia sedih, dia tentu maklum sekali. Dua sahabatnya yang sudah menikah sudah memiliki prioritasnya sendiri yaitu keluarga, jadi nggak ada alasan lagi untuk senang-senang sampai malam bahkan jika kesenangan mereka hanya berkumpul dan berbincang hingga tengah malam. Kata Ibu, semua itu sudah ada siklusnya. Pertemanan yang akrab akan kembali lagi ketika mereka semua sudah semakin tua dan membicarakan anak masing-masing.

"Kalau kamu nikah, kita udah nggak temenan lagi ya Sha?" Nazira masih betah tidur di tempat tidur Shafa meski Ayah sudah mengirim chat dua kali terkait mau dijemput atau nggak. Nazira sudah membalas akan diantar Abi, namun masih beberapa menit lagi karena dia masih ingin mengobrol dengan Shafa. "Maksudku ... aku nggak bisa begini lagi."

Shafa menatapnya lurus. "Siapa tahu kamu yang nikah duluan."

Nazira mendengkus, menatap langit-langit yang terdapat lampu gantung mewah di kamar ini. Kamar Shafa memang dirancang seperti kamar di negeri dongeng oleh Mami. Dari pernak-pernik, cat, lemari, ranjang bahkan nakas semuanya bisa membuat siapapun seolah bangun di kerajaan. Ornamennya berwarna pink, putih dan krem dengan perpaduan warna yang manis di segala sisi. Dari semua benda yang ada di kamar Shafa, Nazira memang paling suka memandangi lampu gantung besar di tengah ruangan itu.

Ia kembali menarik napas. "Gimana mau nikah? Pacar aja nggak punya," keluhnya.

"Kelamaan belum move on," komentar Shafa sebelum terkikik.

Nazira tentu nggak terima, "Udah ya!"

"Ya resikomu pacaran sama orang yang nggak kamu suka, Ziya."

Nazira membalikkan tubuh, dia tidur tengkurap nggak peduli gaun yang dia kenakan makin kusut. Matanya mengarah pada Shafa yang duduk di depan meja rias sembari memandanginya. "Aku suka tau, awalnya. Di tengah-tengah, nggak ada alasan untuk bertahan."

"Ya karena kamu nggak suka," jawab Shafa. "Kalau kamu suka, kamu bakalan betah lama-lama sama pacarmu."

Nazira tersenyum. Ia kembali mengubah posisi menjadi terlentang. "Aku kayaknya memang kelainan deh, Sha."

Shafa tergelak. "Sama teman Kak Miwa yang fotografer tadi nggak jadi? Sama Ghifary juga nggak jadi?"

"Aku yang ghosting," Nazira tiba-tiba terbayang wajah Rendi yang segera dia tepis begitu saja. "Hanya ... makin dewasa kayak nggak ada alasan buat pacaran lagi nggak sih?" Ia menggeleng cepat. "Susah banget punya pacar doang di umur segini."

"Bukan susah, tapi kamu udah makin dewasa jadi makin selektif dan mengarah ke orang-orang yang kamu minati," Shafa tersenyum. "Ziya rese udah dewasa! Nggak sembarangan nerima cowok lagi."

Crush | ✓Where stories live. Discover now