Bab 43 : Komunikasi

16.1K 2.1K 132
                                    

Hiii kita ketemu siang hariii. Semoga ngga dianggap prank ya ini😅

Bab 43 : Komunikasi

Nazira baru saja menyelesaikan suapan terakhir makan siangnya kemudian melanjutkan minum air mineral sebanyak mungkin. Hari ini setelah sekian lama dia akhirnya bisa makan bersama dengan Mimo dan Mario. Nazira hari ini hanya liputan terkait MRT Tahap II dan pekerjaan itu lumayan membuat kulitnya terbakar karena harus meliput di daerah Jakarta bagian utara. Selain itu, cuaca Jakarta akhir-akhir ini benar-benar minta ampun panasnya. Katanya ada himbauan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan tapi Nazira nggak pernah membacanya-juga nggak mungkin direalisasikan. Belum lagi setelah panas terik luar biasa, hujan datang tiba-tiba. Nggak heran kalau beberapa rekannya sakit.

Termasuk Mimo yang hari ini baru masuk karena flu berkepanjangan.

"Hatchi!" Mimo bersin kesekian kali.

Nazira mendelik ke arah Mimo seketika, dia mengambil tisu untuk menutup mulut dan hidungnya. Bukan apa-apa, Nazira harus tetap jaga kesehatan meski sulit. Due date Miwa sudah menanti, dia kadang juga harus bolak-balik mengantar Ibu dan Ayah kalau mereka kepingin makan di restoran-restoran yang direkomendasikan di facebook dan instagram. Ditawarkan supir nggak mau, maunya jalan sendiri. Meski waktunya menjadi sangat padat, Nazira sangat menanti kehadiran Ayah dan Ibu dalam hari-harinya.

Mario berdercak. Dia sinis sekali menatap Mimo. "Bukan flu tau penyakit lo," ujarnya enteng. Dia melanjutkan makan siangnya santai, seolah Mimo nggak bersin sepuluh detik yang lalu.

Mimo menarik napas panjang. "Trus?" Suaranya masih terdengar bindeng.

"HIV."

"Anjeng!"

Nazira langsung geleng-geleng kepala. Udah nggak heran keduanya yang sering bertengkar. Kalau Nazira nggak menginisiasi makan siang bersama udah pasti dua temannya ini nggak mungkin satu meja. Mario tuh ogah banget gabung sama Mimo yang katanya sumber gosip.

Suatu hal membuatnya terinterupsi, Nazira menatap ke arah pintu kantin yang terbuka. Saat menemukan seseorang masuk, senyumnya kian rekah. "Ada yang datang."

Mimo dan Mario langsung menoleh ke belakang. Bersamaan.

Nazira baru melanjutkan. "Ayaaang guee!" Dua temannya berbalik ke arahnya, menatapnya malas. Dasar bucin bodoh! Seru mereka dari tadi. Nazira langsung tertawa ngakak. Dua temannya dari satu jam yang lalu mendengarkan tentu udah begah mendengar curhatan Nazira yang menggelikan. Dan dia nggak pernah terungkap di depan Rendi.

Kalau depan Rendi langsung action aja nggak sih?

"Asyu!" Mimo kayaknya mulai eneg sama Nazira yang lagi kasmaran. Mau bagaimanapun mereka belum pernah mendapati Nazira pacaran dengan seseorang dua tahun terakhir. Meski banyak yang dekat dengan gadis itu-gonta ganti malah!. Nazira biasanya tetap kalem dan menebar pesona kemana-mana.

"Jadi udah fix sama yang ini nih?" Mario berceloteh meski udah tahu jawabannya soalnya dari tadi Nazira udah mengungkapkan bahwa dia akan menikah.

Nazira nggak langsung menanggapi pertanyaan Mimo, dia lebih dulu melempar senyum lebar ke arah Rendi yang tersenyum padanya. Mereka udah janjian memang. Sebentar lagi jam makan siang selesai, Mimo dan Mario udah harus kembali ke ruangan. Nazira masih memiliki waktu setengah jam lagi sebelum rapat redaksi dengan Pak Adrian.

"Kalau nggak jadi gue nangis sih," tanggap Nazira sambil mesem-mesem. "Lo nggak lihat? Dia tuhh ... perfect!"

"Iya! Iya! Dari tadi gue dengernya sempurna, perfect, tipe ideal lo ... nggak ada kata-kata lain?" Mimo menyelesaikan makan siangnya.

Crush | ✓Where stories live. Discover now