Bab 12 : The Clichè Between Us

17.5K 2.5K 125
                                    

Bab 12 : The Clichè Between Us

Hhhhh.

Boleh nggak sih Nazira bilang kalau Rendi ini mulai ganggu? Setelah ia terang-terangan melakukan provokasi atas ucapan laki-laki itu bahwa ada kesalahpahaman di antara mereka dengan ... "Yeee... itu mah Kak Rendi salah paham sama kata-kata sendiri! Udah ah! Aku nggak mau bahas!", laki-laki itu malah membuat dia pusing tujuh keliling.

Nazira harus take video pada siang hari tapi malah rencana aktivitas yang telah dia susun sendiri terganggu karena Rendi! Bisa-bisanya dia sudah menelepon supir menjemput mereka di Bandara Internatiobal Ngurah Rai, kemudian dengan sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini.

Dia pikir dia Pak Tanto bisa ngosongin jadwal seenaknya?

Apalagi setelah perdebatan akan hotel dia akan menginap, Nazira mulai kehabisan kesabaran.

"Saya udah bilang ke yang ngurus vila buat bersihin kamar satu lagi buat kamu."

Nazira yang tengah menunggu bagasi menoleh, "Gimana?" Dia nggak terlalu dengar dan nggak terlalu paham dengan ucapan Rendi.

"Kamar ... di vila Tante Flo di Uluwatu?"

"Lebih baik aku di hotel, Kak. Vila segede itu sendiri ... aku takut."

Rendi menggeleng, "Kamu nggak sendirian."

"Trus?"

"Saya juga menginap di sana," dengan santainya dia menjawab.

Netra Nazira membola. "Nggak mau!"

Rendi menarik napas panjang. "Lebih baik kamu menginap di Vila. Kamu lebih aman dan segala kebutuhan kamu bisa dipenuhi."

Ia benar-benar sudah gondok. "Loh? Kantor kan menyiapkan hotel buat aku! Nggak bisa di reimburse dong? Nggak mau! Aku juga mau memperjuangkan hak aku!" Nazira mengerutkan kening, "Lagian jarak Uluwatu ke Kuta jauh!"

"Dekat."

"Pokoknya nggak mau!" Nazira melotot tajam hingga Rendi diam. "Kita pisah aja ya setelah ini? Aku pusing kalau dekat-dekat Kak Rendi terus."

Rendi menatap lurus ke arah conveyor dengan tenang. Belum terdapat barang-barang Nazira tadi di depan sana. "Saya udah bilang supir untuk menemani kamu dulu sampai selesai liputan."

"What?"

Kini, Nazira hanya bisa menarik napas panjang. Dia masih berada di dalam kamarnya untuk menenangkan diri. Bajunya telah diganti dengan seragam CBN, flat shoes yang dia kenakan telah berganti dengan docmart hitam tinggi miliknya. Dia masih diam hingga panggilan di ponselnya diangkat.

"Ya, Dek? Aku habis belanja bulanan ini," Miwa akhirnya mengangkat panggilannya setelah sepuluh kali ia mencoba menghubungi kakaknya.

"Kak Miwa yang minta Kak Rendi jagain aku ya?"

Miwa di layar ponselnya mengernyitkan dahi. "Nggak. Tapi aku memang minta buat memantau kamu selama di Bali. Kan, kamu sendirian."

Nazira rasanya ingin menangis. "Boleh nggak Kakak bilang ke dia supaya dia jauh-jauh aja?" Tanggapnya serius. Kalau Nazira yang berucap, sudah pasti akan diabaikan Rendi.

"Memangnya kenapa?" Tanya Miwa sambil tersenyum.

"Aku nggak mau dia gangguin aku kerja!"

"Ziya!" Ketukan di kamarnya membuat Nazira gelagapan.

"Aku bilang ke Rendi supaya dia kasih space buat kamu untuk kerja, ya?"

"Aku mau Kakak bilangin dia kalau dia nggak perlu ikut-ikut aku kerja! Apalagi sampai ambil kamar di hotel yang sama kayak aku!" Rengeknya frustrasi. Sungguh, Nazira udah nggak tahu lagi harus meminta bantuan siapa agar Rendi enyah hari ini dari hadapannya. Dia benar-benar kesal dengan laki-laki itu!

Crush | ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora