Bab 34 : Tanya Hati

15.5K 2.2K 215
                                    

Selamat membacaaa❤️

Bab 34 : Tanya Hati

Sepertinya amarah yang dia rasakan di dalam hatinya telah mereda. Mungkin karena kejadian kemarin, kedekatannya lagi dengan Rendi atau ... memang sudah seharusnya kekesalannya mulai menghilang. Nazira bangun lebih pagi hari ini untuk membuatkan sarapan. Ibu dan Miwa ternyata sudah di dapur saat dia keluar dari kamar. Nazira nyaris mengurungkan niat dan kembali ke kamar ketika suara Ibu menahannya untuk berbalik.

"Tolong bantuin, Dek," Ibu berlalu di depannya. Miwa meliriknya dengan sudut mata. Keduanya belum banyak bicara setelah insiden di rumah mertua kakaknya itu.

Nazira berdiri di sebelah Miwa dan mengambil alih sayuran, mencucinya di wastafel dengan telaten. Dia kembali merasakan tatapan Miwa memerangkapnya, seolah ingin berbicara banyak hal padanya.

"Ayah udah tahu," ucap Miwa tanpa basa-basi.

Nazira menoleh. "Tahu apa?"

"Masalah Rendi."

Gadis itu menunduk, melanjutkan pekerjaannya. "Dia bukan masalah." Dia bukan membela Rendi, namun Bram duluan yang mencari gara-gara dengan lelaki itu. Secara teknis kejadian hari itu ... Bram yang menjadi biang kerok dari semuanya. Rendi bahkan tak melakukan perlawanan atau pembelaan diri.

Nazira memiliki firasat bahwa hari ini dia akan dieksekusi oleh keluarganya. Kemarin, dia seharian bekerja hingga larut malam karena mendapatkan jadwal dadakan, ada kecelakaan di jalan tol sehingga Nazira stand by di jalanan. Sebelum pulang, dia sempat singgah ke apartemen Rendi untuk memastikan keadaan laki-laki itu telah membaik atau memburuk. Nazira tahu sikapnya memberi harapan pada hubungan mereka tapi dia benar-benar hanya ingin memastikan Rendi baik-baik aja, seenggaknya untuk menghadapi kerumitan yang tengah dijalani laki-laki itu.

Dia juga udah berjanji dengan Rendi untuk membahas masalah mereka saat pemuda itu sembuh.

"Kalau benar apa yang dibilang Bram gimana? Gimana kalau dia dan Luna masih punya hubungan selama ini di belakang kalian?" Miwa menatapnya lurus.

Nazira memotong sayuran cepat. "Aku nggak tahu harus menanggapi gimana, Kak. Aku nggak tahu apa-apa," ia menjawab setengah kesal. Sejujurnya dia sendiri masih shock dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Sebelumnya hidupnya sangat mudah dilalui kenapa saat ini menjadi sangat rumit sekali?

Dia sendiri masih memiliki keraguan untuk percaya pada ucapan siapa. Berada di tengah-tengah, dalam batas ambang. Dia jelas nggak mempercayai langsung ucapan Bram tapi dia juga nggak terlalu yakin dengan pembelaan Rendi pada dirinya sendiri, apalagi Nazira masih yakin bahwa Luna masih berada di tempat paling spesial di dalam hati pemuda itu.

"Aku nggak mau kamu sakit hati, Ziya." Miwa mengeluarkan lagi pendapatnya.

Nazira tiba-tiba menjadi sangat emosional. "Aku juga nggak tau harus gimana, Kak. Gimana emang seharusnya? Jangan paksa aku buat ngasih tanggapan atau harus berbuat apa. Aku juga bingung! Itu masalah mereka bertiga! Aku nggak mau ikut campur."

"Miwa, sudah!" Ibu menegur dari ruang makan. Hanya kakaknya. Miwa dan Nazira bungkam. Suasana yang cukup menegangkan di dapur itu mengundang Ayah dan Arsya untuk mendekati mereka.

Arsya mendekati keduanya. "Aku yakin semua itu hanya akal-akalan Bram buat cari gara-gara sama Rendi, Miw. Dia itu memang dari dulu cemburu berat! Itu karma karena dia nggak berpikir sebelum bertindak dari lama!" Laki-laki itu melakukan pembelaan, Nazira hanya melirik sekilas dan kembali fokus dengan sayurannya. Baru kali ini dia mendengar Arsya begitu lantang memperlihatkan bahwa dia nggak menyukai seseorang.

Crush | ✓Where stories live. Discover now