Epilog

30K 2.1K 104
                                    

Epilog

"Jadi ... konsepnya gimana, Naz?" Fara bertanya padanya. Wanita ini yang akan mengurus segala pesta paling penting dalam hidupnya. Ditanya seperti itu ... Nazira malah mengerjap pelan.

Ini tentu bukan pertanyaan pertama yang diajukan Fara. Sebelumnya, Fara juga udah pernah bertanya melalui chat. Namun, Nazira masih mempertimbangkan segalanya matang-matang. Konsep pesta, baju dan ... di mana acara penting ini harus berlangsung.

Sampai detik ini, Nazira masih belum bisa memutuskan.

"Gue belum ada ide," jawab gadis itu singkat. Dia menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya lurus ke arah Fara.

Hannah yang menemaninya turut menoleh. "Lo mau menikah ... tapi nggak ada gambaran sedikitpun buat pestanya?" Alis perempuan itu bertaut. Sepanjang perkenalannya dengan Nazira, kejadian ini sungguh nggak pernah terpikir olehnya.

"Gue punya beberapa konsep dream wedding, tapi kali ini ... gue nggak menginginkan itu. Gue pengin sesuatu yang lain," Nazira memulai inti dari pertemuannya dengan Fara sore ini. Jemarinya mengetuk di atas meja. Kilau cincin yang telah resmi tersemat di jari manisnya membuat gadis itu semakin tergugah.

Pipinya terasa lebih hangat. Perutnya tergelitik, mengirim kupu-kupu pengantar kebahagiaan dalam dirinya.

Fara mendengarkan dengan lebih serius. "Apa itu? Yang lo inginkan dan nggak inginkan?" Biasanya pembicaraan konsep pernikahan memang nggak akan pernah fix dalam sekali meeting.

Ia mulai menerawang. Memorinya memutar kejutan demi kejutan pada hidupnya saat ia mengawali segalanya dengan Rendi. Semua masalah yang menghampiri mereka, keragu-raguan yang hingga hari ini masih bisa dia rasakan, kebahagiaan yang nggak mau dia lepas. Segala memori itu merajut satu asa yang nggak mau Nazira lepas. Dadanya sesak. Bukan karena rasa pahit yang dia rasakan tapi karena dia mulai nggak sabar mengungkapkan segala keinginannya.

"Gue mau ... pernikahan yang sederhana," Nazira tersenyum tipis.

Kedua bola mata wanita di depannya tersentak. Sama sekali nggak menutupi rasa kaget.

Fara berdeham pelan. Dia pikir, mengingat dia hampir selalu menjadi penanggung jawab untuk acara Keluarga Boureen, acara pernikahan yang akan dilangsungkan jauh lebih rumit. Dia tahu bahwa kata sederhana tak berarti sederhana yang ada pada kamus KBBI.

"Gimana?" Tangannya sudah ready di atas iPad. Siap menuliskan segala keinginan Nazira saat ini.

"Modern minimalist. Jumlah tamu gue juga nggak banyak. Tahun depan ada acara lagi di kampung," Nazira melanjutkan. "Tapi yang paling penting, modern minimalist yang ramah anak-anak karena akan ada sekitar tiga puluh anak-anak yang akan stay lama."

Hannah mengerjap. "Lo mau bikin pesta ulang tahun atau wedding party?"

Nazira berdercak. "Mau bikin calon gue nggak akan melupakan pesta ini dalam hidupnya."

Fara mengangguk-angguk, meski di wajahnya belum terlihat titik terang antara konsep intinate wedding dan keinginan Nazira. "Gue pikir udah sedikit tercerahkan dengan pembicaraan kita sore ini. Beberapa konsep akan segera gue kirim ke email lo minggu depan. Gue akan tunjukin beberapa konsep terbaik kami."

Nazira cukup serius mendengarkan penjelasan demi penjelasan Fara. Dia pernah memimpikan menjadi ratu semalam saat pernikahannya. Dengan venue yang mewah dan gaun yang nggak kalah berkilauan. Sayangnya, manusia memang makhluk yang cepat berubah. Sejak dia resmi menjadi tunangan Rendi ... dia nggak memiliki keinginan itu lagi.

Rendi sendiri menyerahkan segala konsep pernikahan padanya. Dia bilang ... keinginan Nazira yang paling penting dalam acara mereka. Satu hal yang nggak pernah Rendi sadari adalah bahwa keinginan Nazira adalah mewujudkan keinginan-keinginan Rendi yang tertunda. Termasuk pernikahan mereka.

Crush | ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat