Bab 36 : Pilihan Terbaik

15.5K 2.2K 257
                                    

Haiii aku kembali lagiii. Pecah banget komennya di part kemarin💞 dan banyak diskusi. Makasih semuanyaaa❤️❤️

Happy reading! Apakah ini masih narik napas lagiii?😂

Bab 36 : Pilihan Terbaik

Nazira berusaha untuk menatap Rendi lekat. Dia harus bisa menyampaikan maksudnya tanpa ada kesalahpahaman sedikitpun. Terbawa perasaan dalam situasi begini tentu akan mengacaukan segalanya. Wajah Rendi yang biasanya datar saat ini tampak pias. Laki-laki itu nggak mampu menutupi bahwa kekecewaan atas ucapan Nazira barusan, mungkin lebih dari kecewa ... gadis itu mungkin melukainya.

"Aku benar-benar nggak bisa membayangkan masa depan sama Kak Rendi ... jika situasi kita masih begini," Ia nggak ragu untuk mengungkapkannya. "Situasi ini benar-benar bikin lelah. Kak Rendi ... sama sekali belum lepas dari masa lalu kalian." Ia berusaha tersenyum tipis. "Aku nggak bisa membayangkan masa depanku ... akan ada perempuan lain yang masih mengganggu hari-hari kita ke depannya."

Rendi masih bergeming, menunggunya untuk menyelesaikan ucapannya.

"Kak Rendi, jujur aja, masa penyesuaian kita ini tuh berat. Aku merasa lelah dan juga menyerah. Sayangnya, melanjutkan hubungan dalam situasi begini juga nggak tepat. Kak Rendi butuh waktu dan energi yang banyak untuk membereskan sisa-sisa luka masa lalu kalian yang belum sembuh." Ia menatap Rendi lurus-lurus. "Kita sama-sama salah kemarin, aku minta maaf dan kamu juga minta maaf. Meski aku nggak bisa berjanji apapun, aku minta kamu nggak perlu memikirkan aku ataupun perasaanku saat ini." Nazira mengangguk yakin. "Masalah kita bisa menunggu karena ada hal yang jauh lebih penting saat ini. Aku mengajak kamu ketemu untuk bicarain ini, bahwa Kak Rendi nggak perlu menambah beban pikiran dan tanggung jawabmu atas aku. Aku hanya ingin kamu menyelesaikan semua—masalahmu dengan baik."

"Maaf, Ziya."

"Kak Rendi nggak perlu minta maaf lagi. Semuanya udah berlalu. Aku mau kita sama-sama mengambil pelajaran atas apa yang udah terjadi diantara kita berdua kemarin."

"Dan, ke depannya?"

Nazira menarik napas panjang. "Ke depannya?" Dia menatap pantulan bayangan mereka dari jendela. Ternyata dia sedikit rindu dengan kebersamaan mereka. "Semuanya tergantung Kak Rendi, kamu mau lepas dari masa lalu kamu atau mau memperbaiki masa lalu itu." Dia benar-benar akan membuat gamblang perasaannya. "Beberapa jam yang lalu aku ketemu Kak Luna. Dia bilang ... dia akan memperbaiki semua kesalahannya sama kamu. Mungkin dia baru menyadari, keberadaan Kak Rendi dalam hidupnya lebih dari apapun yang dia inginkan." Gadis itu fokus menatap bayangannya sendiri. "Tapi ... kepercayaan dirinya membuatku takut," Nazira tersenyum tipis. "Wajar kan? Aku merasa takut? Aku takut membayangkan ... gimana dia dengan mudah menarik kamu di hidupnya lagi. Ketakutan ini mulai mengganggu aktivitasku."

"Nazira—"

"Sekali lagi Kak Rendi nggak perlu khawatir dengan perasaanku atau masa depan kita berdua. Semua udah ada jalannya, takdirnya. Sekarang ... aku ingin membebaskan Kak Rendi untuk lebih fokus kepada hal lain, bukan tentang kita dulu. Dalam masa bebas ini, aku juga mau menanyakan perasaanku ... apa aku benar-benar menginginkan kamu dan aku harap kamu juga memikirkan ... apa aku benar-benar kamu inginkan," dia mengambil jeda beberapa saat, "Kak Luna udah ready untuk kembali. Aku benci mikirin ini tapi aku tau ... dia salah satu orang bahkan satu-satunya orang yang kamu sayangi selama bertahun-tahun." Gadis itu menerawang lebih jauh. "Aku nggak bisa menggantikan apapun yang udah dia berikan untuk kamu dulu. Aku juga nggak bisa menyalahkan dia yang begitu percaya diri bisa bersama kamu lagi ... karena memang dulu kalian seterikat itu secara emosional."

Nazira berdiri lebih dulu. "Kita nggak perlu bermusuhan setelah ini dan aku nggak akan memblokir nomor kamu lagi, Kak. Satu lagi, aku ... nggak akan menjalin hubungan atau nge-date dengan siapapun sampai kita ngobrol lagi. Kamu hanya perlu fokus sama diri kamu sendiri dan aku juga fokus sama kesibukan Valeries setelah ini." Ia menekankan sekali lagi. "Setelah semuanya reda, ada satu hal yang ingin banget aku lihat dari kamu-yang dari dulu membuatku penasaran."

Crush | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang