Bab 10 : Menjaga Batas

17.2K 2.6K 200
                                    

Udah siap ketemu Ayang Rendi???😂😂

Enjoyyy ya🥰🥰

Bab 10 : Menjaga Batas

Mungkin.

Mungkin segalanya bermula dari ucapan Miwa kepadanya saat malam Arsya dan Rendi menjemput mereka di terminal bus. Meski memiliki orang tua yang cukup mapan di kampung halamannya, Ayah dan Ibu nggak pernah membiarkan kedua putrinya untuk bergantung dengan segala fasilitas yang diberikan. Hari itu memang Ayah memiliki urusan dengan Sekretaris Daerah sehingga nggak bisa mengantar mereka kembali ke Jakarta. Biasanya Arsya yang menjemput mereka, namun kakak iparnya yang masih berstatus pacar kakaknya itu malah disibukkan oleh pekerjaan. Jadilah, Nazira dan Miwa menggunakan bus untuk kembali ke kota perantauan.

"Ziya, sini dulu," Miwa menahan tangannya saat dia akan membuka pintu unit apartemen baru mereka. "Nanti kalau ada Rendi, jangan terlalu banyak cerita tentang Ayah dan Ibu ya?" Ekspresi kakaknya tampak serius sekali. "Sesekali boleh. Tapi kalau oversharing tentang Ayah memperlakukan kita waktu kecil ... jangan lagi."

Nazira membuka pintu unit mereka. "Kenapa nggak boleh? Aku salah ngomong ya?"

"Rendi itu dari Arumi," jelas Miwa. Nazira langsung bisa mengingat Yayasan Arumi yang dikelola oleh ibunda Arsya yang beberapa kali diucapkan Miwa. Arumi merupakan yayasan sosial yang pada awalnya membantu anak-anak yang kekurangan akses dan fasilitas pendidikan di Bogor. Beberapa anak bukan hanya berasal dari keluarga di bawah garis kemiskinan tetapi juga anak-anak yang ditelantarkan. Di Arumi, mereka dirawat, mendapatkan pendidikan yang layak-dan gratis dengan harapan bisa memperbaiki nasib mereka kelak.

"Maksudnya?"

"He's an orphan. Beruntungnya, dia sekolah dari kecil dibiayai sama CBN. Sampai diangkat asisten sama Mama Arsya dan dianggap sebagai anak sendiri," Miwa tersenyum. "Meski begitu kita nggak pernah tahu ... apa isi hati orang lain. Sebisa mungkin kita mengurangi risiko dengan tidak membicarakan hal-hal sensitif, apalagi kita tahu keadaannya." Miwa mengangguk, "Aku nggak marahin kamu sama sekali kok."

"Ya, maaf Kak."

"Ini cuma pemberitahuan buat kedepannya."

Nazira menunduk, "Aku pikir dia saudara sepupunya Kak Arsya. Mereka akrab banget dan juga Kak Rendi ada dimana-mana selama ini."

"Kata Arsya, dulu mereka mau adopsi tapi Rendi nggak setuju. Dia hanya mau mengabdikan diri ke CBN karena bisa jadi seperti sekarang karena Arsya dan keluarganya."

Nazira mengangguk-angguk. "Dia hidup sendiri selama ini?"

Wajah lelah Miwa mengangguk, "Iya, sendirian. Tapi dia sendirian yang beruntung, karena tau cara mengalihkan rasa sepinya ke hal-hal yang bermanfaat bagi dia dan adik-adiknya di Arumi."

"Aku bener-bener mengira kalau Kak Rendi itu bagian dari sepupu Kak Arsya karena akrab banget sama keluarga Kak Arsya."

Miwa terkekeh. Meski di mata Nazira kakaknya selalu merepotkan dan mendebat Rendi saat mereka bertemu, ia tak menampik fakta bahwa saat ini kakaknya terlihat begitu mengagumkan. "Dia memang bagian dari keluarga Arsya. Keluarga bisa aja nggak sedarah. Arsya dan Rendi itu satu frekuensi tahu! Sama-sama menganggap mereka senasib."

Ia menerawang. Pikirannya kembali mengingat percakapan singkat dengan kakaknya yang membuat segalanya berubah. Nazira nggak menyukai Rendi saat itu juga karena dia memiliki pacar. Dia juga hanya menganggap Rendi bagian dari circle Arsya yang ada setiap saat untuk kakak iparnya itu. Akan tetapi, ketika Nazira mulai sering bertemu Rendi ... ia memiliki ketertarikan khusus pada laki-laki itu. Intensitas pertemuan mereka yang begitu sering di kantor dan luar kantor, membuatnya diam-diam menaruh perhatian.

Crush | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang