Bab 23 : Definisi Terganggu

16.1K 2.4K 238
                                    

Siapa yang udah baca Bab 22 Rendi POV??

Selamat membacaaa🥰

Bab 23 : Definisi Terganggu

Hatinya kian gelisah. Entah berapa kali dia melihat ponsel hanya untuk menunggu sebuah pesan masuk. Mungkin dia mulai berlebihan, dia tahu. Segalanya memburuk ketika Rendi mengaku bahwa kondisi tubuhnya mulai drop akibat kebanyakan minum cola bersamanya malam itu. Laki-laki itu ternyata nggak hanya ke Taiwan tapi secara mendadak mereka memiliki meeting penting di Dubai. Arsya sendiri sudah terbang ke salah satu kota di Uni Emirat Arab itu beberapa hari lalu, saking pentingnya. Entah apa yang sedang direncanakan CBN.

Karena hanya mengurus beberapa hal—dan masih termasuk orang luar CBN, Arsya bisa pulang lebih dahulu besok. Sedangkan Rendi masih belum akan pulang tiga hari lagi. Karena kakak iparnya akan pulang besok, Miwa mengajaknya untuk berbelanja di Grand Indonesia malam ini.

Nazira sama sekali nggak mempermasalahkan waktu bertemu mereka yang menipis. Satu hal yang membuatnya kepikiran sepanjang waktu adalah kehadiran Luna yang selalu menemani perjalanan itu. Seharusnya dia bisa mengontrol perasaannya tapi karena Rendi mulai mengaku sakit, dia malah menciptakan perdebatan kecil diantara mereka yang sebenarnya nggak penting-penting banget.

"Kak Arsya besok balik sama siapa aja, Kak?" Nazira mencoba untuk mengorek informasi pada kakaknya yang tengah sibuk memilih lingerie di outlet Victoria's Secret. Selain itu kakaknya juga sudah mengantongi body mist atau segala wangi-wangian (yang sangat banyak) untuk menyambut kedatangan suaminya.

Miwa menoleh. "Nggak tau siapa aja. Tapi katanya yang udah pasti Luna."

Mendengar nama itu telinga Nazira jadi sensitif. "Kenapa sih, Kak Luna itu selalu ikut perjalanan bisnis? Dia kan, bagian dari CBN TV."

Kakaknya menoleh sekilas. "Karena dia keponakannya Pak Tanto. Ya kenapa lagi?"

Ughh! Susah memang perusahaan keluarga! Kalau begitu seharusnya Nazira kuliah bisnis aja biar dia juga bisa jadi asisten kakak iparnya kemana-mana.

"Trus dia direncanakan promosi ke Finance di Head Office CBN," Miwa mengambil satu lingerie pink dan menatapnya dari atas ke bawah, berkali-kali. "Bagus, nggak?" Tanya Miwa menyodorkan ke depan Nazira.

Nazira mengangkat bahu. "Nggak tau," ketusnya tanpa sadar.

Responnya benar-benar mengundang Miwa untuk menatapnya lurus. "Kenapa sih, Dek? Kamu juga mau? Pilih aja itu yang ada kimono-nya." Miwa berjalan ke arah silk dress and kimono set di sebelah kiri mereka, diambilnya warna pink baby. "Bagus ini buat kamu."

Adiknya malah bergeming.

"Kamu lagi kenapa, sih?" Miwa mengulang pertanyaannya sekali lagi. "Jangan ngambek-ngambek, deh. Bikin aku makin engap aja."

Mata Nazira mengitari ruangan untuk mencari tempat duduk. "Kak Miwa lama belanjanya," tukasnya dengan nada yang menyebalkan.

Miwa berdesis sambil melotot mendengar hal itu. Kalau nggak ada mbak-mbak di sekitar mereka, dua perempuan itu pasti udah berdebat. "Bagian kamu udah dipilih belum? Pilih dulu sana," ia kembali sibuk dengan aktivitasnya.

Nazira mengembuskan napas kesal. Dia lagi nggak mood belanja tapi Miwa memaksanya berbelanja. Memang sih kakaknya yang bayar.  Dia berjalan ke rak parfum dengan gontai. Tepat saat itu ponselnya bergetar.

Rafan Rendi Aditama
Baru selesai meeting.
Habis ini cuma agenda dinner.
Mau telepon nggak nanti?
Udah di mana, Sayang?

Nazira Valerie
Di GI

Rafan Rendi Aditama
Masih marah?
I'm working, Ziya.
Bukan liburan bareng Luna.

Crush | ✓Where stories live. Discover now