Bab 40 : Puzzle Harapan

15.7K 2.1K 103
                                    

Bab 40 : Puzzle Harapan

Nazira keluar dari kamar dalam keadaan yang kurang enak badan. Setelah hujan-hujanan sebelum kembali ke vila, badannya sedikit meriang. Nazira pikir istirahat semalam akan membuat badannya lebih baik.

Gadis itu masuk ke dapur dengan gontai. Dia ingin membuat teh untuk dirinya. Ia sendiri nggak tau keberadaan Rendi saat ini, mungkin masih beristirahat di kamarnya. Rendi sempat mengonfirmasi pada Arsya saat mereka kembali ke vila untuk nggak jadi menyusul kakak dan kakak iparnya itu karena kondisi kaca mobil yang nggak bersahabat untuk menyetir saat malam.

Dia memanaskan air dengan teko listrik, menunggu hingga mendidih. Nazira mengeluarkan teh hitam dan madu juga sedikit campuran perasam jeruk nipis, berharap badannya bisa lebih hangat setelah ini. Seharusnya dia nggak menghalangi Rendi yang ingin hujan-hujanan tadi sehingga bajunya nggak basah karena tetap berada di dalam mobil.

Dasar bocah tengik!

Laki-laki itu paling bisa membolak-balikkan perasaannya, membuatnya khawatir setengah mati. Namun Nazira harus mengakui bahwa tanggapan Rendi malah membuatnya mix feeling. Rendi malah bersikap sebaliknya ... dia merasa bebas dan begitu lepas saat mengguyurkan dirinya pada rintik hujan yang cukup deras.

Jujur, Nazira nggak akan pernah melupakan pemandangan tadi. Dia selalu melihat Rendi sebagai sosok yang terikat sesuatu, seolah-olah ada yang mengendalikan dirinya hingga selama ini dia nggak bisa lepas, menjadi dirinya sendiri, melakukan keinginannya. Nyatanya, setelah permasalahan kemarin sudah mulai menemukan titik terang, Rendi malah membuatnya terperangah karena laki-laki itu tampak lebih santai dan menikmati hidupnya. Dia terlihat mulai mencintai apa yang dia lakukan, hidupnya.

Laki-laki itu malah menjadi lebih memesona. Memang, melihat jati diri seseorang memang lebih mengagumkan dibandingkan melihat dirinya yang tengah mengenakan topeng pada semua orang.

Tanpa sadar, dia tersenyum tipis.

Sejujurnya ada rasa khawatir yang gadis itu rasakan ketika Rendi nggak bisa membuktikan apapun dengan Bram. Padahal, laki-laki hanya perlu sedikit menggertak dua orang yang membuat hidupnya kacau itu. Karena di keluarga Boureen, setahu Nazira, gosip akan anak yang dikandung Luna sudah menyebar bak virus. Arsya dan Miwa berusaha mengonfirmasi bahwa berita itu nggak benar serta nggak lupa menenangkan keluarga Luna yang meradang. Nama baik Rendi sepertinya memang sedang terancam. Bukan nggak mungkin setelah ini Rendi bisa kehilangan pekerjaannya atau dibalas dengan cara yang nggak terduga.

Tapi ... Nazira yakin, Arsya nggak akan membela sebegitunya kalau memang hal itu benar. Apalagi Miwa. Ia yakin kakaknya nggak mungkin membela seseorang yang bersalah. Nazira sendiri setelah melihat sikap kakak dan kakak iparnya pada Rendi menjadi sedikit yakin bahwa segalanya ... mungkin hanya akal bulus Luna yang ingin berpisah dari Bram.

Miwa sepuluh menit lalu meneleponnya. "Aku tuh sebenarnya mau kamu nyusul sama Rendi, Dek. Biar Om Tanto itu lihat kalau Rendi bisa hidup dengan baik setelah kejadian kemarin." Kakaknya mencoba membujuknya untuk menyusul. "Biar dia tuh tau, keponakannya itu nggak segalanya bagi Rendi."

"Tapi hubunganku sama Rendi lagi renggang-renggangnya, Kak. Lagi nggak jelas juga."

"Masa masih nggak jelas? Kalian udah ngobrol belum sih?"

"Udah."

"Lha trus?"

"Aku nggak mendesak Kak Rendi buat bicarain hubungan kami juga. Dia butuh waktu buat pulih dulu, Kak. Aku nggak mau nambah-nambah beban orang lain."

"Mau sampai kapan nggak dibicarain?"

"Nggak tau. Dia bilang nggak ada yang bisa dilakukan selain nunggu anak itu lahir dulu. Mungkin mau tes DNA kali. Sekalian. Kalau sekarang, Luna pasti diam dan nolak."

Crush | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang