Bab 32 : Batas dan Toleransi

15.1K 2.3K 276
                                    

Bab 32 : Batas dan Toleransi

Sepertinya ini pertama kali Nazira masuk ke dalam kediaman keluarga Boureen. Pernah sekali dia datang menjemput Miwa di salah satu rumah tantenya Arsya karena ada acara keluarga dan menurut Nazira rumahnya udah bagus dan luas sekali, apalagi berlokasi di Menteng. Kejadian itu hanya satu kali sepanjang pernikahan kakaknya karena Miwa dilarang Arsya dengan keras mengikuti acara-acara keluarga Boureen karena khawatir kakaknya nggak lagi diterima di keluarga itu.

Kalau mengingat kesulitan hubungan kakak dan kakak iparnya, dia semakin yakin untuk nggak melanjutkan hubungan dengan Rendi. Miwa dan Arsya yang minim memiliki masalah komunikasi-karena sudah pacaran bertahun-tahun saja hampir nggak kuat menerjang badai dari pihak luar hubungan mereka.

Nazira bisa melihat bagaimana keduanya tersiksa karena nggak mendapatkan restu dan berulang kali dipermainkan oleh keluarga Boureen perihal tanggal pernikahan. Hal itu menjadi satu-satunya hal terburuk yang pernah dilakukan keluarga kakak iparnya kepada kakaknya hingga Miwa benar-benar nyaris menyerah pada hubungan sepuluh tahunnya. Syukurlah semuanya bisa diatasi meski harus berjuang bersama-sama lagi.

Rumah Irsya Boureen memang terletak di pinggiran Jakarta namun suasana yang dibangun nggak main-main. Ada pagar yang begitu tinggi di bagian depan, menandakan nggak ada yang bisa mengganggu privasi keluarga itu. Jangankan privasi bertemu angsung, saat Keluarga Boureen muncul di berita-apalagi yang aneh-aneh dalam waktu dua jam bisa dipastikan berita itu telah menghilang seolah nggak pernah ada. Irsya menegang peran penting pada apapun berbau media dan sepertinya Arsya mengikuti jejak papanya dengan sangat baik.

Bangunan rumah mereka nggak begitu luas, bercat putih, bergaya bak istana kerajaan dengan tiang-tiang tinggi di depannya. Pintu depannya menjulang hingga mungkin empat meter, yang ketika masuk ... rasanya tengah memasuki hotel-hotel kelas bintang lima.

Nazira mengedarkan pandangannya. Di dalam rumah nggak ada tanda-tanda akan diadakan pesta tapi saat sampai di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan halaman belakang, meja-meja dan kursi telah disusun rapi dengan hiasan khas garden party. Berbagai stan makanan telah tersedia di halaman belakang, berjejer dengan rapi. Karyawan dan staf katering semuanya berseragam yang sama, putih hitam. Di tengah-tengah taman belakang sudah disediakan undakan kecil untuk panggung, nggak terlalu luas tetapi tamu yang duduk bisa melihat wajah yang berada di panggung dengan leluasa.

Kalau nggak tahu ini adalah syukuran atas kehamilan kakaknya, Nazira akan berpikir bahwa acara yang dia datangi adalah pesta pernikahan.

Mereka datang ketika para karyawan masih melakukan persiapan final untuk makanan dan beberapa dekorasi. Tamu-tamu akan datang dua jam lagi dan udah dipastikan intimate party ini bukan hanya sekadar keluarga tetapi juga rekan bisnis Irsya Boureen yang penasaran dengan menantu satu-satunya penerus bisnis keluarga mereka.

Kadang, kalau hanya melihat Miwa dan Arsya-bahkan Irsya Boureen, Nazira tuh sering nggak sadar laki-laki yang dinikahi kakaknya bukan sembarang orang. Saru-satunya yang menandakan keluarga kakak iparnya begitu kaya adalah kesibukan Arsya sendiri yang nggak memiliki waktu. Meski begitu Arsya masih sering menyeletuk "Mahal! Mahal! Hemat dong, Miw," kalau Miwa udah pesan baju di Andreno Moreno, salah satu designer terkenal di Indonesia.

Nazira menggamit tangan Miwa yang lagi mengobrol dengan Bibi sebagai Kepala Asisten Rumag Tangga di Keluarga Boureen yang tengah menjelaskan bahwa semuanya udah beres. Dia terus-terusan berada di dekat kakaknya agar nggak ditinggalin sendirian.

Setelah memperhatikan sekelilingnya dan Miwa Bibi udah pamit dari hadapan mereka. Nazira berbisik ke arah Miwa, "Kak, rumah ini nggak ada kolam berenangnya?" Tanyanya norak, habis Nazira penasaran banget.

Crush | ✓Where stories live. Discover now