44. Unbelieveable

63.6K 10.6K 3.2K
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 1700 kata untuk chapter ini.



"Selamat pagi." Sapa Kaisar Arslan ketika Ziana membuka mata.

Ziana sempat terdiam untuk beberapa saat, menatap ekspresi wajah Kaisar Arslan yang nampak berbinar. Dan....wajah Kaisar Arslan begitu dekat dengannya! Tidak hanya itu, tubuh mereka sama sekali tidak berjarak. Ziana segera menyingkirkan tangannya yang memeluk tubuh Kaisar Arslan, mengurai kedekatan mereka.

Tindakan Ziana barusan membuat rintihan pelan keluar dari bibirnya. Sebab, ia memeluk Kaisar Arslan dengan tangannya yang cedera. "Anda tidak mengindahkan perkataan saya semalam, Yang Mulia." Protes Ziana.

Kaisar Arslan mengubah posisinya menjadi duduk, menatap Ziana yang mengusap-usap tangannya. "Sakit?" Tanyanya, mengabaikan perkataan Ziana sebelumnya.

Ziana menggeleng untuk menanggapi. Gerakan yang barusan ia lakukan menimbulkan rasa nyeri. Wajar karena tangannya belum sembuh total. "Bahkan Anda menyingkirkan bantal yang menjadi pembatas antara kita." Ziana kembali membahas inti utama pembicaraan mereka.

"Bukan aku yang menyingkirkan bantal itu." Ujar Kaisar Arslan seraya mengedikkan dagu ke arah bantal yang berada di sisi lain tubuh Ziana.

"Saat aku membuka mata, bantal itu sudah disana dan kau juga dalam posisi memelukku." Lanjut Kaisar Arslan.

Pada awalnya ia berniat menyingkirkan bantal itu agar dapat memeluk Ziana dengan leluasa. Namun ia justru ikut terlelap, mengabaikan niatnya. Dan ketika terbangun, ia justru mendapatkan pemandangan yang tidak terduga. Ziana menjadikan lengannya sebagai bantal, kemudian memeluknya.

"Saya tidak mungkin melakukannya. Anda memfitnah saya." Sergah Ziana yang tidak percaya atas penuturan Kaisar Arslan barusan.

"Kau meragukan integritasku?" Kaisar Arslan tidak membual. Padahal wanita itu sendiri yang memeluknya.

"Bukan begitu maksud saya. Maaf jika saya menyinggung Anda, Yang Mulia." Andai diruangan ini ada CCTV, maka ia dapat melihat kebenarannya. Sebab Ziana yakin, dirinya tidak mungkin memeluk Kaisar Arslan terlebih dahulu.

"Perdebatan yang tidak penting. Lagipula kenapa jika tidur berpelukan? Kelak setiap malam kita juga akan tidur saling berpelukan." Setelahnya, Kaisar Arslan bangkit dari ranjang kemudian berjalan menuju pintu.

Ziana mengeryitkan dahi, tampak menelaah perkataan Kaisar Arslan barusan.

Sebelum mencapai pintu, Kaisar Arslan menghentikan langkahnya, membalikkan badan dan menghampiri keberadaan Ziana. "Hari ini aku memiliki banyak acara. Tapi aku akan tetap menyempatkan waktu untuk kemari setelah semua urusanku selesai."

"Baik, Yang Mulia." Balas Ziana seadanya. Sesungguhnya, ia juga tidak terlalu peduli Kaisar Arslan akan kemari atau tidak.

Kaisar Arslan merendahkan tubuh dan mendaratkan ciuman ke sisi wajah Ziana. "Sampai jumpa." Ujarnya sebelum melenggang pergi dari sana.

Ziana menatap tubuh Kaisar Arslan yang baru saja melewati pintu, keluar dari peraduan. Ia tidak habis pikir dengan tingkah beliau yang semakin hari semakin aneh. Kaisar Arslan berperilaku seolah mereka merupakan sepasang kekasih.

The Amazing FateWhere stories live. Discover now