68. Cranky

46.2K 8.9K 2.5K
                                    

Hallo! Wah, makin kesini pembaca TAF makin bertambah. Tapi votenya kok bikin ngelus dada 😌 dikasih bacaan gratis tinggal vote aja syulit, mau kalian apa sih pembaca ghoib? 😩

Tidak lupa author ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

> 2300 kata untuk chapter ini.

SELAMAT MEMBACA!



Ziana saat ini berada di peraduan Kaisar Arslan, mereka sedang bersantap siang bersama. Kaisar Arslan mengamati wajah Ziana yang tampak berbeda dari biasanya, tidak berseri dan lebih pendiam. Wanita itu juga tidak bersemangat saat melahap makanan di piringnya.

"Ada yang salah? Kau sedang tidak enak badan?"

"Tidak, Yang Mulia. Saya baik-baik saja." Padahal ekspresi yang nampak di wajah Ziana karena dirinya menutupi kegundahannya. Apakah kepala keamanan istana sudah berbicara dengan Kaisar Arslan mengenai budak-budak itu?

"Jelas-jelas ada yang salah dengan dirimu. Aku memahamimu dengan baik, percuma kau menyembunyikannya dariku. Jika bukan karena tidak enak badan, berarti ada sesuatu yang membebani pikiranmu." Tidak hanya sehari dua hari Kaisar Arslan mengenal Ziana. Hampir setiap hari mereka selalu bersama. Tentu saja Kaisar Arslan mampu memahami Ziana dengan baik.

"Tidak ada yang membebani pikiran saya, Yang Mulia. Sungguh." Ziana kembali berkilah.

Kaisar Arslan baru akan membuka mulut untuk bersuara, namun diurungkan setelah mendengar suara ketukan pintu. Salah satu prajurit masuk setelah dipersilakan.

"Kepala pelayan ingin bertemu dengan Anda, Yang Mulia." Lapor prajurit tersebut.

"Suruh dia masuk." Kata Kaisar Arslan.

"Baik, Yang Mulia."

"Tetap ditempatmu. Kau tidak perlu pergi." Ziana bangkit dari posisinya dan Kaisar Arslan menginterupsi Ziana untuk tidak beranjak dari posisinya.

Ziana mengangguk sebagai jawaban. Kini netranya terpusat pada kepala pelayan yang baru saja melewati ambang pintu.

"Salam hormat saya, Yang Mulia Kaisar," Graham membungkuk hormat. Lantas mengalihkan tatap pada Ziana. "Selamat siang, Prajurit Ziana."

Ziana hanya menanggapi sapaan kepala pelayan dengan sekali anggukan.

"Hal penting apa yang ingin kau sampaikan padaku, Graham?" Kaisar Arslan menusuk buah apel menggunakan garpu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut.

Graham melirik Ziana, ia ragu ingin mengutarakan hal apa yang menjadi tujuannya kemari.

Kaisar Arslan yang mengikuti arah pandangan Graham lantas berujar, "Ziana adalah calon permaisuriku. Kelak dialah orang yang berwenang dalam mengambil keputusan perihal kerumahtanggaan atau pengelolaan istana."

"Saya mengerti, Yang Mulia," Sekali lagi Graham melirik Ziana. "Begini, Yang Mulia. Yang ingin saya sampaikan adalah perihal hadiah dari Yang Mulia Raja Immanuel yang beliau kirimkan kemari."

"Kau serius ingin melaporkan hal tidak penting itu, Graham? Kau perlu meminta pendapatku tentang ratusan ton bahan pangan pemberian Raja Immanuel?" Tatapan Kaisar Arslan berubah memicing.

The Amazing FateDove le storie prendono vita. Scoprilo ora