79. Two weeks later

54.7K 7.2K 2.3K
                                    

Setelah hapus ketik hapus ketik akhirnya hari ini bisa update kembali🫰🏻

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

Super panjang > 4400 kata untuk chapter ini.

SELAMAT MEMBACA!





Ziana menghabiskan waktunya untuk berada di kediaman Vinegrast. Beberapa jam dihabiskan Ziana untuk mengobrol bersama Diana. Entah Diana yang bercerita masa mudanya, membahas tentang masa kecil Jenderal Leon dan juga putra keduanya yaitu Reynard, dan masih banyak lagi.

Meski Ziana lebih banyak mendengarkan, ia sama sekali tidak bosan mendengar cerita Diana. Berkunjung kemari jauh lebih baik dibanding hanya rebahan di peraduannya. Ziana tidak lagi menjadi pengawal Kaisar Arslan, dan beberapa hari kemarin kesehariannya sangat monoton. Saat Kaisar Arslan sedang sibuk dengan pekerjaannya, maka Ziana hanya rebahan untuk membaca buku di dalam peraduannya. Membosankan bukan?

Diana mengulurkan sutra warna merah ke arah Ziana. "Warna merah akan merepresentasikan kepribadianmu, Ziana. Semangatmu akan semerah api yang berkobar," ucapnya.

Diana sengaja mendatangkan penjual kain ke kediamannya. Kini wanita itu tampak antusias memilihkan beberapa lembar kain untuk Ziana. Setelah memilih beberapa potong kain dengan warna lembut, Diana memilih warna yang lebih cerah dan berani untuk Ziana.

Ziana menerimanya dan hanya menanggapi Diana dengan senyum simpul. Lantas meletakkan sutra merah tersebut ke dalam tumpukkan kain yang sebelumnya telah dipilihkan Diana. Sesungguhnya, Ziana menganggap warna merah sebagai salah satu warna yang mencolok. Mengenakan warna mencolok membuatnya tidak percaya diri. Ziana tidak menyukai pilihan Diana barusan, namun ia tidak mungkin mengatakannya secara gamblang pada Diana, ia hanya ingin menghargai pilihan ibu tirinya tersebut.

Terhitung sudah lebih dari dua minggu sejak kejadian Ziana bebas dari cengkeraman Raja Genio, serta segala permasalahan yang berkaitan dengan pemimpin Kerajaan Nosea tersebut. Lalu Darwis memberitahukan kebenaran yang membuat Ziana cukup terkejut, kebenaran bahwa dirinya adalah anak kandung pria itu. Siapa sangka jika hal kebetulan seperti demikian dapat terjadi?

Darwis sempat tidak percaya diri, berpikir bahwa Ziana tidak akan menerima pria itu karena terlambat untuk menyadari keberadaannya. Dan Ziana tidak mempermasalahkan apapun karena sebelumnya ia juga tidak begitu penasaran dengan orang tuanya. Memang ia harus memberikan respon bagaimana selain netral? Namun ia berbahagia untuk pemilik raga Ziana yang asli karena telah mendapatkan kebenaran mengenai orang tuanya.

Darwis dan Diana adalah orang yang baik. Apalagi Diana, wanita itu menerima kehadirannya dengan tulus tanpa embel-embel yang lainnya. Diana bisa saja hanya berpura-pura menerima kehadirannya, karena Ziana akan menjadi calon permaisuri, tidak ada orang yang akan menolak memiliki anak tiri calon permaisuri. Tapi tidak demikian dengan Diana, Ziana benar-benar menerimanya, ia dapat melihat ketulusan wanita itu.

"Warna biru akan cocok untuk kulitmu. Kau juga akan terlihat elegan jika mengenakannya." Diana memberikan kain pilihannya dan Ziana kembali menerimanya.

Satu prajurit mendekati keberadaan Ziana. "Calon permaisuri, sudah waktunya Anda kembali ke istana.

"Ya," jawab Ziana.

"Ziana, kau tidak tinggal untuk makan malam disini?" Tanya Diana.

"Mungkin lain kali, Ibu. Yang Mulia Kaisar meminta saya untuk kembali ke istana sebelum jam makan malam tiba," balas Ziana.

The Amazing FateOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz