58. Trust

49.1K 9.8K 3.9K
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 2000 kata untuk chapter ini. Belum sempat revisi, klo ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan.

SELAMAT MEMBACA!


Pintu disana terbuka, manusia yang sebelumnya sedang melakukan jamuan makan tampak terusik dengan kegaduhan yang terjadi di depan ruang makan. Mereka ingin melihat apa yang terjadi. Begitu pula dengan Kaisar Arslan yang tampak penasaran.

Kaisar Arslan mengedarkan pandangan sekilas. Aura kemarahan langsung menyelubungi dirinya saat melihat Ziana tampak tidak berkutik dengan beberapa pedang yang terarah ke tubuh wanita itu.

*****


"Yang Mulia Kaisar, pengawal pribadi Anda telah menyerang saya." Putri Davira mengadukan perbuatan Ziana kepada Kaisar Arslan.

"Apakah pantas seorang prajurit melakukan tindakan kekerasan seperti ini pada saya?" Lanjut Putri Davira, memperlihatkan kondisi matanya yang ditonjok Ziana. Matanya terasa panas dan perih ketika ia membuka kelopaknya.

Penuturan Putri Davira barusan mengejutkan mereka yang baru keluar dari ruang makan. Tak terkecuali Raja Isaac yang kini menatap Ziana dengan ekspresi penuh tanda tanya. Ziana hanya terdiam dan kini prajurit dari kerajaannya masih mengacungkan pedang ke arah wanita tersebut. Mengapa Ziana memukul Putri Davira? Tidak seharusnya seorang prajurit memiliki nyali sebesar itu untuk menyerang seorang 'putri' kerajaan.

Kaisar Arslan masih bergeming di tempatnya, berekspresi datar ketika mengamati mata Putri Davira yang disinyalir akibat perbuatan Ziana. Sklera yang seharusnya berwarna putih kini ternoda dengan bercak merah akibat perdarahan. Lalu disekitar matanya mengalami bengkak dan sudah muncul ruam kemerahan yang diyakini akan segera berubah menjadi ungu kebiruan. Tampak cukup mengerikan memang.

"Yang Mulia Kaisar, saya memohon keadilan dari Anda." Ujar Putri Davira namun sama sekali tidak digubris karena Kaisar Arslan masih betah dengan keterdiamannya.

"Prajurit Ziana, kenapa kau menyerang adikku? Bisa kau jelaskan alasannya?" Raja Isaac bertanya pada Ziana.

"Maafkan saya, Yang Mulia Raja Isaac. Saya hanya refleks membalas tindakan kasar Putri Davira karena Putri Davira terlebih dahulu menyerang saya." Tutur Ziana menanggapi pertanyaan Raja Isaac. Ia akui dirinya bersalah, tindakannya sangat lancang karena telah melukai Putri Davira.

Kaisar Arslan memajukan langkahnya agar dapat mengamati Ziana secara seksama. Matanya menyipit tajam saat menangkap noda darah di wajah Ziana. Sebenarnya permasalahan apa yang membuat Putri Davira dan Ziana bersitegang? Ziana juga tidak pernah bercerita apapun jika memiliki masalah dengan Putri Davira.

Kaisar Arslan lantas mengalihkan tatapan pada Putri Davira. "Apakah perkataan pengawal pribadiku benar, kau menyerangnya terlebih dahulu, Putri Davira?"

"Benar, saya terlebih dahulu menyerang Ziana. Tapi saya memiliki alasan atas tindakan saya. Dia mengatakan hal buruk yang berhasil memancing emosi saya, Yang Mulia Kaisar," nada bicara Putri Davira terdengar bergetar. "Saya juga tidak mengerti alasan apa yang mendasari pengawal pribadi Anda memprovokasi saya, lalu membuat saya hilang kendali dan kemudian menyerangnya."

The Amazing FateWhere stories live. Discover now