73. Valuable or not

40.3K 7.7K 2.5K
                                    

Tidak lupa author ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote, komen dan spam next dichapter sebelumnya 💕

Yuk vote dan ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 2600 kata untuk chapter ini.

SELAMAT MEMBACA!



"Kendalikan dirimu jika kau masih sayang pada nyawamu." Ujar Raja Genio dengan masih mengalungkan belati di leher Ziana.

"Bukankah kau menculikku dan menjadikanku tawanan karena memiliki maksud tertentu?" Ziana tidak mengindahkan kesopanannya. Persetan jika lawan bicaranya adalah seorang raja. Ia tidak takut akan bahaya yang sekarang melingkupinya, sebab ia yakin Raja Genio tidak akan melenyapkannya begitu saja tanpa mencapai tujuannya.

"Ya. Salah satu tujuanku adalah menyaksikan bagaimana musuhku dilanda kesedihan karena kehilangan pujaan hatinya." Lain dengan perkataan yang barusan terucap dari bibirnya, Raja Genio menyingkirkan belati dari leher Ziana.

Raja Genio membawa langkahnya untuk berhadap-hadapan dengan Ziana. Netranya menatap paras Ziana penuh pengamatan. Fisik yang indah, Ziana juga memiliki ketangguhan dan keberanian yang tidak dimiliki oleh wanita lain. Sebagai lelaki ia berpendapat, Ziana lain dari yang lain dan memiliki daya tarik tersendiri. Pantas jika Kaisar Arslan memilih wanita ini sebagai calon permaisurinya.

Dengan ekspresi wajah yang datar, Ziana juga menatap Raja Genio dengan seksama. Ia pikir pemimpin Kerajaan Nosea berusia lewat 40 tahunan atau bahkan 50 tahunan. Ternyata Raja Genio berusia matang, sepantaran dengan Kaisar Arslan dan Jenderal Leon, atau mungkin sepantaran dengan Raja Dimitri sekitar 28-29 tahun.

Raja Genio memberi isyarat pada Marco untuk mendekat, kemudian membisikkan sesuatu pada Marco. "Baik." Balas Marco kemudian berlalu dari sana untuk melaksanakan apa yang barusan diperintahkan Raja Genio.

Setelahnya, Raja Genio kembali memusatkan perhatian pada Ziana. "Kau memiliki beberapa luka. Apa aku perlu memanggilkan tabib?" Ujarnya karena ia melihat ada luka gores dan juga memar di wajah, tangan dan bahu Ziana.

"Tidak perlu." Tolak Ziana dengan nada bicara ketus. Ia membawa langkahnya menuju tempayan yang berada tidak jauh dari keberadaannya.

Lantas membasuh wajahnya dengan air di dalam tempayan tersebut. Setidaknya air tersebut sedikit menenangkan ketegangan di wajahnya. Selain itu, Ziana yang tadi sempat melihat wajahnya sekilas dicermin, tampak geli karena riasan di wajahnya cukup berlebihan dan membuatnya terlalu feminim. Entah mengapa wajahnya perlu dirias secara berlebihan.

Yang masih membuat Ziana tidak habis pikir adalah keberadaannya di Kerajaan Nosea. Hatinya masih dipenuhi kemarahan karena dirinya telah diculik dan dijadikan tawanan. Raja Genio pasti ingin memanfaatkannya demi tujuan tertentu. Lantas menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ia harus menyikapi situasi ini dengan kepala dingin.

Raja Genio mendekati keberadaan Ziana dan mengulurkan jubah pada wanita itu. Tadi ia memberi perintah pada Marco untuk mengambilkan jubah ini. "Kau pasti memiliki banyak pertanyaan, Ziana. Kita bisa mengobrol sembari minum teh bersama. Ayo ikut denganku."

Ziana mengambil jubah tersebut kemudian mengenakannya. Tanpa membantah, Ziana mengikuti langkah Raja Genio. Benar, mereka perlu mengobrol karena ada banyak hal yang ingin Ziana pastikan. Meski statusnya saat ini sebagai tawanan, setidaknya pria itu tidak menyekapnya atau mengurungnya dalam penjara.

The Amazing FateWhere stories live. Discover now