BAB 39

6.5K 706 81
                                    

Erja menatap kalender diatas naskahnya tersenyum sendu membayangkan semua kejadian pada novel yang semakin rancu "Sweet seventeen" gumamnya terlentang menatap atap kamarnya mengingat plot dalam novel dia kan mati setelah sweet seventeen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Erja menatap kalender diatas naskahnya tersenyum sendu membayangkan semua kejadian pada novel yang semakin rancu "Sweet seventeen" gumamnya terlentang menatap atap kamarnya mengingat plot dalam novel dia kan mati setelah sweet seventeen.

Mengingat kembali saat setiap kali dia bertambah umur hanya ada Renjun dan si kembar yang selalu terbang jauh untuk mengunjunginya. Saat dini hari dia akan datang ke taman membawa cake mini dengan satu lilin yang menyala.

Dia tidak meniup lilin tersebut agar padam seperti kebanyakan orang dia hanya akan menunggu lilin untuk habis dan mati hingga pagi. Aneh mungkin tapi itu kebiasaannya setelah berusaha bangkit untuk memperbaiki kehidupannya.

Apakah dia harus hidup seperti lilin ulang tahunnya yang hanya diam hingga mati terlalap api. Sungguh dia sudah capek hampir tahap menyerah, semuanya semakin rumit jika benar akhirnya dia akan mati, dia akan berusaha ikhlas mengikhlaskan semua mimpi mimpinya.

Menjadi seorang ayah adalah mimpi terbesarnya walau terdengar sederhana tapi dia membayangkan seberapa bahagianya saat menggenggam tangan istrinya berjuang dan mendengar tangisan pertama sang anak.

"Mimpi ku terlalu jauh bahkan aku belum punya ktp" dia terkekeh lirih dengan impian randomnya itu

Jam menunjukkan tengah malam tapi mulutnya bosan berdiam diri dia bangkit dan berjalan menuju dapur mencari sesuatu agar mengobati kebosanan mulutnya, perutnya memang tidak lapar namun mulutnya gatal ingin mengunyah sesuatu.

"Klontang"

"Klonteng"

Suara dari dapur membuat Erja memberhentikan langkahnya "Di dapur ada siapa?" tanya Erja pada bodyguard yang tengah berdiri di pintu menuju dapur

"Tuan muda Arsa" jawabnya

"Apa tuan muda butuh sesuatu biar saya bawakan" ucapnya

"Terima Kasih paman aku hanya ingin mengambil camilan, semangat paman jangan terlalu lelah" ucap Erja mengusap punggung bodyguard itu

"Baik tuan muda"

Erja berjalan menuju dapur dapat dilihat dapur sedikit berantakan dengan bau gosong yang menyengat. Erja berjalan saja melewati Arsa yang tengah fokus berperang dengan wajan dan kompor entah sedang memasak apa

"Woah memang surga" matanya berbinar membawa dua bungkus coklat dan sebungkus makanan ringan dia berjalan menuju Arsa

"Sedang apa?" tanya Erja

"Oh shit" kaget Arsa membuat Erja melongo karena baru saja dia mendapat umpatan dari Arsa

"Kau merusak estetika sebuah telor" Erja menganga saat melihat telur yang Arsa buat bahkan lebih buruk dari masakan aneh Adonia. Benar kata pepatah didunia ini tidak ada yang sempurna walau Arsa seorang tokoh protagonis yang digambarkan sempurna tapi pasti ada kekurangan, dia buruk sekali soal masak.

I'm With The AntagonistWhere stories live. Discover now