BAB 42

5.8K 554 66
                                    

"Mereka mulai bergerak, gue harus bagaimana?" ucap Renjun frustasi dia menceritakan tentang penyerangan di kosan kepada tiga temannya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mereka mulai bergerak, gue harus bagaimana?" ucap Renjun frustasi dia menceritakan tentang penyerangan di kosan kepada tiga temannya itu

"Pasrah"

"Maksud lo apa Fegan gue harus pasrah aja gitu digondol oleh keluarga tai itu" ucap Renjun ngegas, enak saja dia harus pasrah emang dia apaan udah disakitin masih harus kembali.

"Mereka mungkin berubah gue yakin kehidupan lo akan lebih baik, lihat saja si Erja"

"Loh kok malah mengaitkannya denganku, aku kembali pada mereka juga malah tambah pusing nih kepala, alurnya makin ngaco" kalimat terakhir hanya bisa diucapkan dalam hati

"Bener kata Fegan lo gak bisa terus sembunyi endingnya juga lo akan senasib kaya si Erja"

"Terus, gue lagi gue lagi" batin Erja

Mereka terus berdiskusi tanpa mereka sadari di dalam café sudah kosong, café tersebut dikepung oleh puluhan orang berseragam full hitam.

Erja dkk tak menyadari ada tiga orang pria di dekat mereka, mereka sepertinya mempunyai dunia mereka tersendiri.

Fagan yang memiliki kepekaan lebih baik daripada teman temannya menyadari café tiba tiba sepi dia mengedarkan pandangannya dan bertemu dengan tatapan tajam milik orang tua dari sahabatnya itu. Dia menendang kaki sahabatnya memberi kode

"ANJ*NG apaan sih main tendang tendang aja" ucapnya ngegas sedangkan Fagan memelototi sahabatnya yang tak peka dengan kodenya

"Abaikan si Fagan pokoknya ya kalau si setan Barmmmph" Fagan langsung membekap mulut Erja takut sahabatnya berbicara yang tidak tidak bisa berabe

"Lo kenapa sih abis nendang gue sekarang ngebekap mulut si Erja ada masalah apa sih lo?" Tanya Renjun pada Fagan tapi sebelum Fagan menjawab ada seseorang yg lebih dahulu bersuara

"Anak ayam daddy sudah besar"

Renjun yang mendengar suara yang cukup familiar membalikkan badannya dan betapa terkejutnya para malaikat kematiannya berdiri disana dia mengedarkan pandangannya café ini telah dikepung dia mengumpat dalam hatinya

"Om ngapain kesini ganggu anak muda kumpul aja" kesal Erja yang mendapatkan plototan dari taga temannya oh ayolah anak ini tidak ada takut takutnya yang di depannya ini bukan pengusaha biasa seperti ayahnya yang dihadapinya kali ini adalah seorang mafia

"Oh rupanya ada anak ayam berwarna warni disini" tutur Bara membuat Erja menatap sinis daddy sahabatnya itu

"Disini bukan tempat daur ulang yang bisa seenaknya ngebuang lalu dipungut lagi" ucap Erja tak mau kalah

"Rupanya mulut Rosa turun ke anak bungsunya" ucapan Bara membuat Erja terkejut apakah orang tua durhaka di depannya ini mengenali bundanya apakah orang ini adalah

"Om bukan selingkuhan bundakan?"

"Aku tak berminat dengan perempuan bringas sepertinya"

"Tutup mulut om bundaku lemah lembut dan penyayang"

I'm With The AntagonistWhere stories live. Discover now