24

1.6K 118 9
                                    

[Vote sebelum baca!]

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SELAMAT MENIKMATI

^^

Riana menarik tas ranselnya yang merosot di bahu kanan. Dia hari ini akan kembali sekolah setelah tidak masuk dua hari dikarenakan sakit. Kakinya melangkah riang bersama teman sekamarnya menuju sekolah ditemani dengan obrolan-obrolan random di pagi hari.

Riana dan Via memasuki kelas bersamaan dan langsung duduk di kursinya masing-masing. Dia membuka bukunya dan langsung menyadari kalau ada tugas yang belum dikerjakan dan dikumpulkan pada jam pelajaran pertama. "Via!"

Via menoleh. "Apa?"

"Liat tugas kimia."

"Ada di tas, ambil aja."

Riana berjalan ke arah meja Via kemudian membuka tas ransel berwarna merah itu dan langsung menggeleng heran melihat begitu banyak yupi di dalamnya. "Kayak bocil," gumamnya sebelum mengambil buku kimia yang akan ia contek jawabannya.

Riana mengambil pulpen lalu mengcopy jawaban tugas kimia milik Via ke buku tugas miliknya.

"Dira, kamu nunggak bayaran uang kas dari pertama masuk ke sini. Bayar sekarang," perintah bendahara kelas setengah tegas.

"Males. Lo aja yang bayar."

"Aku udah bayar, Ra. Sekelas juga bayar, cuman kamu doang yang nunggak banyak banget."

"Nanti," balas Dira malas.

"Kamu dari kemarin ditagih nanti-nanti mulu, bayarnya kapan coba." Si bendahara mulai tersulut emosi.

"Nanti juga gue bayar. Banyak omong banget sih, lo!" Dira jadi ikut terpancing emosi.

Riana menggebrak meja. Dia merasa sangat terganggu. Cewek itu berdiri kemudian berjalan ke belakang tepat meja si anak baru dan langsung menendang meja Dira yang membuat seisi kelas terkejut karena ulahnya. "Bayar!"

Dira berdiri dan menatap tajam Riana. "Siapa lo ngatur-ngatur gue!?"

"Bayar!" Untuk ke dua kalinya, Riana mengulangi kata yang sama.

"Kalau gue gak mau?"

Riana berdecih. "Miskin lo sampe gak bisa bayar uang kas yang seminggu cuman dua ribu?"

Dira mengepalkan kedua tangannya. "Asal lo tau ya, gue bisa beli harga diri lo yang murah itu!"

Riana tersenyum smirk. "Lo bisa beli harga diri gue kalau harga diri gue murah, kan? Masalahnya harga diri gue mahal, lo nggak akan mampu."

"Lo nikah sama Gus Faiz karena insiden, kan?" Pertanyaan sekaligus sudutan tiba-tiba dari Dira mampu membuat Riana mengepalkan jemarinya kuat.

"Lo jangan asal ngomong ya si*lan!"

Dira tertawa. Dia mendekati Riana dengan langkah yang mengintimidasi. "Kalau emang bukan, kenapa lo sekaget dan semarah itu?"

Sepertinya pertarungan panas akan dimulai.

Riana semakin mengepalkan jemarinya kuat.

"Apa alasan Gus Faiz nikahin lo yang akhlaknya bahkan gak ada? Gue yakin, Gus Faiz punya selera perempuan sholehah atau ning, bukan kayak lo."

"Atas dasar apa lo ngomong kayak gitu, hah!?"

Dira mengangkat satu alisnya. "Ya, karena gue heran aja, masa Gus Faiz mau sih nikah sama perempuan modelan lo? Gue jadi ragu, atau mungkin ada sesuatu yang lo sembunyiin selama ini?"

Hallo Gus!!Where stories live. Discover now