34

1.6K 104 48
                                    

[Vote sebelum baca!]

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SELAMAT MENIKMATI

^^

Riana menatap lembar ujiannya yang baru saja dibagikan. Dia menatap ngeri nilai dirinya sendiri.

"Na, kamu mapel ekonomi dapet berapa?"

Riana menoleh ke arah Via yang berjalan ke arahnya, kemudian menatap lembar ujiannya kembali. "Lima puluh. Lo berapa?"

"Delapan puluh dua."

"Berarti lo gak remed, dong?"

Via menggeleng. "Yang remed, kan, yang dibawah KKM, Na."

Riana menghembuskan napas kasar, dia harus mendatangi guru karena nilainya yang cukup jauh dari nilai minimal.

"Guys, nilai matematika sama sejarah udah keluar. Yang dibawah KKM katanya sekarang ke kantor buat perbaikan." Ketua kelas—Sisi—itu membagikan lembaran ujian yang sudah dinilai ke semua anggotanya masing-masing.

Riana menerima kertas ujiannya, dia berharap nilainya ini diatas KKM karena ia benar-benar malas untuk mendatangi para guru. Riana melongo tidak percaya melihat nilai matematikanya yang benar-benar diluar nalar. Terdapat angka dua puluh empat yang tertulis di sana. "Gila, gue bodoh banget di matematika ternyata," gumamnya.

Riana menoleh ke arah Via. "Lo dapet berapa?"

Via cemberut. "Enam puluh dua."

Riana terkekeh, dia mengusap bahu Via. "Nanti kita remed bareng."

"Emang nilai kamu berapa?"

"Dua puluh empat."

"Serius, Na?"

Riana mengangguk. "Gak usah kaget gitu, gue emang pinter."

Via terkekeh. "Kalau nilai sejarah kamu?"

"Eh, iya gue belum liat." Riana mengambil nilai sejarah yang semulanya berada di bawah kertas ujian matematika dan sekarang menjadi di atasnya.

Riana menggeleng tidak percaya, dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan. "Ini kertas ujian gue bukan, sih?" Untuk kesekian kalinya dia menatap bergantian nama dan nilai yang tertera di sana.

"Kenapa, Na? Kamu dapet berapa?" tanya Via.

"G-gue dapet sembilan puluh dua?" monolognya sama sekali tidak percaya. Pasalnya mata pelajaran sejarah adalah pelajaran yang Riana paling tidak suka setelah matematika, bahkan tadi pun ketika ia ingin melihat nilai sejarahnya, dia sama sekali tidak berharap tentang nilainya, dia sudah menyiapkan hati lebih dulu untuk remedial.

"Wah, keren banget! Hebat, Na!" seru Via.

Riana menatap Via dengan diamnya, lalu menatap lembar ujiannya kembali. Dia benar-benar merasa tidak percaya, dia bahkan masih ingat saat mengisi ujiannya dia menjawab secara asal, bahkan ada beberapa soal yang ia pilih dengan cara menghitung kancing atau memilih sambil membaca bismillah dan al-falaq.

Via terkekeh. "Gak usah diliatin mulu Na, nilainya gak bakal ilang atau turun, kok."

Riana berdecak. "Gue enggak percaya aja."

"Lagi beruntung kali Na, atau emang kamu pinter di bidang sejarah, makanya dapet nilai tinggi," balasnya. "Udah lah, mending kita ke kantor buat remed nilai yang dibawah KKM."

Hallo Gus!!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin