37

960 63 10
                                    

[Vote sebelum baca!]

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SELAMAT MENIKMATI

^^

Riana memasukan pakaian-pakaian yang digunakan selama di rumah sakit ke dalam tas yang mencukupi untuk beberapa pakaian, sedangkan yang lainnya membantu membereskan yang lain. Hari ini, Faiz sudah dibolehkan pulang setelah satu minggu di rumah sakit, orang tua dan mertuanya dengan sigap membantu segalanya untuk pepulangan.

Setelah semuanya selesai, mereka pun dengan segera pulang ke pesantren. Gerbang pesantren langsung dibuka lebar dengan senyuman satpam yang mengembang setelah mengetahui jika di dalamnya terdapat Faiz yang sangat dirindukan oleh orang-orang pesantren.

Semuanya segera keluar dari mobil, Mang Opik langsung membantu membawa bawaan dari bagasi mobil, dan Riana yang membantu Faiz walaupun lelaki itu sebenarnya sudah lumayan baik dan kuat untuk sekadar berjalan.

"Riana, kamu bawa Faiz ke kamar aja buat istirahat ya, sekalian kamu juga istirahat karena pasti kamu juga cape, kan," ucap Umi Annisa.

Riana mengangguk. "Iya, Umi." Dia segera membantu Faiz berjalan masuk ke dalam kamar.

Faiz menatap tangan Riana yang berada di lengannya. "Kenapa harus dibantuin kayak gini? Padahal, kan, saya juga masih bisa jalan sendiri."

Riana berdecak. "Udah tinggal diem aja apa susahnya, sih." Dia membuka pintu kamar lalu menutupnya kembali, membuka selimut yang berada di atas kasur kemudian menyuruh lelaki itu untuk berbaring.

Faiz menurut, Riana langsung menyelimutinya sebatas dada. "Istirahat, jangan main handphone atau apapun," ucap Riana tegas.

Riana berbalik ingin meninggalkan Faiz, tetapi satu tangannya langsung dicekal oleh lelaki itu yang membuat Riana langsung menoleh dengan pandangan bertanya.

"Temenin, jangan ke mana-mana," pintanya lembut dengan sedikit nada manja.

Riana tersenyum tipis, "Kek bocil lo, merinding gue dengernya."

Faiz berdecak pelan, menggeser tubuhnya ke sisi lain, menepuk tempat di sebelahnya, meminta Riana segera berbaring di sebelahnya.

Riana menurut, keduanya saling pandang. Faiz tersenyum memandang wajah Riana yang di matanya terlihat semakin bertambah cantik setiap harinya. Di pandang seintens itu oleh Faiz membuat Riana salah tingkah, pipinya bersemu merah.

Faiz mengulurkan telapak tangannya menyentuh lembut pipi kiri Riana. Dia memandangi pipi tersebut. "Kenapa jadi merah?" tanyanya yang terdengar lembut di telinga Riana.

Jantung Riana berdetak lebih cepat, pipinya semakin merah mendapati elusan di pipinya dan suara lelaki itu yang terdengar merdu di telinganya. Riana dengan cepat menurunkan tangan Faiz, kedua tangannya langsung menangkup kedua pipinya yang terasa hangat. "Di sini panas banget makanya muka gue merah." Riana mengibaskan-ngibaskan tangannya seolah-olah memang kepanasan.

Faiz mengernyit. "Kok, menurut saya lumayan dingin, ya?"

"Kan lo lagi sakit," jawab Riana cepat namun dengan nada yang terlihat sedikit gugup.

Hallo Gus!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang