33

1.1K 100 1
                                    

[Vote sebelum baca!]

Double update untuk kalian semuaaa.
Vote & comennya jangan lupaa!

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SELAMAT MENIKMATI

^^

Rama menatap melas Faiz. "Faiz, tolongin gue," mohonnya.

Faiz menatap Rama yang penampilannya sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja, lalu beralih menatap Riana yang seperti penjahat kerasukan setan.

"Riana, lepasin."

Riana menggeleng tegas. "Dia udah makan mi gue sampe sisa setengah lagi. Padahal baru gue tinggal beberapa menit ke kamar," adunya. "Biar enggak jadi kebiasaan, jadi gue harus kasih pelajaran ke temen lo yang kurang akhlak ini."

"Ya, maaf. Gue, kan, enggak tau kalau itu mi lo," balas Rama.

Riana tambah menarik rambut lelaki itu. "Diem lo! Alasan lo dari tadi itu mulu, bosen gue."

"Ya, kan, emang itu alasannya? Masa mau ganti alasan?"

"Faiz, jangan diem doang dong, tolongin gue. Ini rambut gue kayak mau copot semua," mohon Rama kembali.

Faiz menghela napas kasar. Dia menarik Riana paksa sampai membuat perempuan itu melepaskan Rama dan mengamuk. "Lepasin! Gue masih kesel sama temen lo ini," hardik Riana.

Rama mengusap kepalanya yang sangat perih. Dia menatap ngeri Riana yang menatapnya nyalang. "Buset, bini lo serem banget, Iz."

Riana berusaha melepaskan diri dari Faiz. "KE SINI LO RAMANJING, GUE MASIH KESEL."

"Udah diem. Jangan kayak kerasukan," ucap Faiz dengan nada dinginnya yang mampu membuat Riana langsung nurut.

Faiz menarik kursi kemudian mendudukan Riana di kursi meja makan. "Duduk diem di sini. Mi nya biar saya masakin lagi."

Rama duduk kembali di tempatnya semula. "Gue juga ya sekalian," celutuknya santai.

"Abisin punya lo," tunjuk Faiz ke arah mi yang diributkan Riana tadi.

"Itu punya si Ri—"

"Udah gak mau gue. Gak sudi makan mi bekas lo," potong Riana ketus.

"Ya udah." Rama mengambil mi yang tinggal setengah itu kemudian memakannya dengan santai.

Rama tidak sengaja menatap Riana yang ternyata masih menatapnya dengan begitu tajam. Dia meminum air putih yang berada di sampingnya. "Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu, sih? Mi nya juga lagi dibikinin lagi sama Faiz."

"Lo pulangnya kapan, sih?" tanya Riana dengan nada yang tidak bersahabat.

Rama tersenyum kecut. Sepertinya perempuan itu memang tidak suka dengan keberadaanya. "Nunggu ortu gue pulang dulu, lah. Baru gue juga pulang," jawabnya. "Kenapa lo? Gak suka kalau gue ada di sini? Kalau iya, gue sih oh aja ya kan."

Sungguh. Jawaban Rama barusan membuat emosi Riana kembali memuncak. Kalau tidak ada Faiz di sini yang masih memantaunya, mungkin saja sekarang dia sudah melakukan aniaya yang lebih dari tadi kepada Rama.

"Orang tua lo gak sayang lo, ya? Udah tau anaknya pulang dari beberapa hari yang lalu tapi mereka masih tetep belum pulang aja buat ketemu lo."

"Kalau bener mereka enggak sayang lo gue gak kaget sih. Orang anaknya juga modelan Fir'aun cuman ketutup gara-gara kuliah di Al-Azhar aja." Belum juga Rama menjawab, tetapi Riana sudah lebih dulu menjawabnya sendiri dengan kata-kata yang mampu membuat Rama tersenyum kecut dan mengelus dadanya sabar.

Hallo Gus!!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt