27

1.5K 106 15
                                    

[Vote sebelum baca!]

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SELAMAT MENIKMATI

^^

"Riana, ayo," bisik Siska.

Riana menatap tajam teman-temannya yang sekarang mendesaknya untuk segera melakukan dare ke-1.

Menghela napas kasar untuk kesekian kalinya adalah kegiatan yang dilakukan perempuan yang sedang memandangi lelaki yang sedang menghukum murid yang melanggar aturan di lapangan saat ini. Matanya mengedar menatap begitu banyaknya manusia yang sedang menyaksikan acara tersebut.

"Ayo dong, Na!" desak Tika untuk kesekian kalinya.

Riana melirik Tika tajam. "Diem, lo!" sentaknya. "Kalian gak liat apa sekarang banyak orang banget? Kalian mau bikin gue malu?" Matanya menatap teman-temannya satu persatu yang sepertinya tidak peduli.

"Kan dare nya emang di tempat umum, kan?" tanya Dewi. "Lagian, ngapain malu, orang suami sendiri juga."

Via mengangguk. "Bener itu, Na. Ayo cepetan, kamu enggak boleh ngelanggar perjanjian kita kemarin."

Sekali lagi, Riana menghela napas kasar, sebelum menarik napasnya sebagai persiapan. Entahlah, mungkin nanti dia akan pergi dan meloncat saja ke Sungai Amazon setelah melakukan hal yang sangat memalukan.

Riana berlari kecil menghampiri Faiz yang berada di tengah lapangan. "SAYANG!"

Karena teriakan tiba-tiba dari perempuan yang sedang menghampiri Faiz dengan senyuman lebarnya itu mampu membuat semua orang yang berada di sana mengalihkan atensinya ke orang tersebut.

Riana memberhentikan langkahnya tepat di hadapan Faiz yang sekarang menatapnya penuh. Matanya melirik sekitar yang sekarang sedang memerhatikannya. Ia menelan salivanya. Merasa sangat-sangat malu sekarang.

Dia mendongak, tersenyum lebar. "Kamu masih lama?" tanya Riana selembut mungkin.

Faiz mengernyit. Ia menatap Riana bingung. "Masih. Emangnya kenapa?"

Riana berdeham. "Aku kangen sama kamu. Jangan lama-lama di sini dong, mereka biar ustadz lain aja yang urus, ya?" An*ing-an*ing, malu banget gue, sumpah!

Kini tatapan Faiz benar-benar terlihat bingung. Ada apa dengan Riana sebenarnya? Apa dia kerasukan setan pesantren?

Riana menarik ujung baju Faiz pelan. "Ayo dong. Aku mau jalan-jalan sama kamu. Mau, ya?"

Walau pun masih bingung, namun Faiz tetap mengangguk mengiakan. Dia menatap Ustadz Fikri yang berada tidak jauh darinya. "Tolong gantiin saya, ya?"

Ustadz Fikri mengacungkan jempolnya. "Aman, Gus. Yang penting mah menuhin kemauan istrinya dulu. Siapa tau, kan, sebenarnya Ning Riana lagi ngidam karena hamil terus maunya nempel sama Gus mulu," jawabnya sembari terkekeh.

Riana melotot. "Ngidam-ngidam. Mulut lo tuh ngidam dirobek sama tangan gue!" batin Riana murka.

Faiz tersenyum tipis. "Ya udah saya pergi dulu ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Faiz dan Riana berjalan beriringan dengan tangan yang saling menaut.

Riana menatap sinis teman-temannya yang mati-matian menahan tawa ketika ia melewati gerombolan mereka. Rasanya dia ingin menganiaya teman-temannya itu.

Hallo Gus!!Where stories live. Discover now