31. Terlalu Besar

4.2K 751 68
                                    

"Ganteng nggak aku, Om?" Bhara merapikan rambutnya yang baru saja diberi pomade oleh stylist. Lalu berbalik menatap kepada Raga yang berdiam di balik kemudi.

Hari itu, keluarga dengan anak berlebih bernama Madaharsa Family sedang tidak bisa menemani Bhara syuting. Arayi bekerja, Seni sedang membawa tiga balitanya untuk spa bersama.

Bhara tidak mau ditemani sopir, maunya malah didampingi Raga. Alhasil, Raga dan Alvela kini berada di sebuah taman di Kota Bogor.

"Ganteng, dong. Siapa dulu? Keponakannya Om Raga." Raga tersenyum sambil menghadap ke belakang.

Bhara meringis puas. Lalu ia melongok ke depan, mencubit-cubit kecil lengan Alvela yang sibuk menyelesaikan pekerjaannya via iPad. "Tante, Tante, kalau kata Tante aku gimana? Ganteng nggak?"

Alvela tidak menoleh, tetap fokus bekerja, namun ia menjawab, "Kamu nggak ada ganteng-gantengnya. Jelek banget! Budeg lagi."

Bhara menghela napas. Sementara Raga menggelengkan kepala. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Bhara dan Alvela itu bagaikan tabung gas bocor dan api. Jangan disatukan, nanti bahaya!

Namun, bukan rahasia juga bahwa komunikasi mereka adalah serupa love language yang lucu. Alvela menghina Bhara karena suka saja. Sementara hinaan Alvela di hidup Bhara adalah kode bahwa perempuan itu sebenarnya sangat menyayanginya.

"Makasih pujiannya, Tante. Aku sayang Tante!" Bhara tersenyum, mencondongkan tubuh ke depan, lalu mengecup pipi Alvela tanpa tahu malu.

"Kurang ajar, Bhara!" Alvela melotot, menoleh geram kepada Bhara yang kini malah tertawa-tawa dengan jail.

Sementara itu Raga juga melotot ke arah Bhara. Anak itu masih belum sadar, terbahak tidak jelas. "Tante Alvela kalau marah makin cantik, ya ... Om?"

Tawa Bhara terhenti. Ia merasakan aura panas yang terpancar dari mata Raga. Anak itu bergerak geser sambil membuka pintu mobil. "Kok, jadi serem, sih?"

Raga mengangkat tangannya, menunjuk tubuh Alvela sambil berkata, "Ini, nih, Bhar. Area ini, dari ujung kepala sampai ujung kaki, itu teritorial punya om! Nggak boleh ada yang sentuh-sentuh wilayah kekuasaan om termasuk kamu."

Bhara meringis. Kakinya sudah turun satu dari mobil. Sementara itu Alvela masih terus memelototinya sambil menyeringai. "Emang enak diomelin Om Raga?"

***

"Hai, VeFoodie! Hari ini aku lagi ada di Taman Kencana, Kota Bogor. Mau makan mie, nih, akuu! Katanya, sih, mie ayam Kang Kosim ini sudah hits sejak tahun 2000. Legend banget, ya! Yuk, ah, aku udah laper banget. Mana tadi habis diomelin lagi sama yang punya VETV, kan, a ...."

"Cut!" Alvela berseru sambil menggelengkan kepala. Sementara Bhara yang masih berdiri di samping gerobak kini merengut manyun.

"Ih, Tante! Orang udah enak-enak intronya malah di-cut!" Bhara berseru kesal.

"Ya, kamu nggak usah pakai ngadu-ngadu segala kalau kamu habis diomelin om, dong, Bhar! Kamu, tuh, syuting acara kuliner, bukan termehek-mehek!"

Crew yang berjumlah 5 orang yang berada di sana hanya bisa terkekeh kecil. Aslinya, kesal, sih. Pekerjaan jadi tertunda. Tapi mau bagaimana lagi, bosnya sendiri yang kali ini turun tangan memantau presenternya.

"Kan, biar natural gitu, lho, Tante." Bhara masih protes.

Keduanya riuh sendiri. Sementara Raga ada di seberang jalan. Duduk di bangku di bawah pohon sambil meminum kopi kalengnya. Dengan santai ia menonton saja. Keberadaan Bhara dan Alvela di satu tempat memang bukan perpaduan yang baik.

SEHANGAT DIPELUK RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang