Takdir Cinta [10]

336 17 0
                                    

Naya masih mengamati wajah damai Dara yang saat ini masih tertidur pulas di ranjang kamar gadis kecilnya. Ada rasa lega dalam hatinya karena panas Dara langsung turun saat gadis kecilnya meminta di temani Dev seharian penuh, bahkan pria itu lebih menuruti permintaan Dara dan lebih memilih menghabiskan waktunya dengan gadis kecilnya dari pada pekerjaan di proyek yang sudah di serah tugaskan oleh Keenan pada Dev.

Tetapi dengan mudahnya pria itu mengucapkan bahwa hal itu sudah menjadi tanggung jawabnya dan semua yang terjadi akan dia tanggung  meski ada beberapa masalah yang harus di laluinya jika Keenan mengetahui keberadaannya saat ini.

Apakah mungkin ini ikatan batin yang merasa bahwa mereka punya hubungan darah?

Entahlah! Naya tak bisa berfikir jernih setelah beberapa masalah yang menguras semua pikiran dan tenaganya seharian ini setelah mendapati beberapa kenyataan yang mampu membuat dirinya tak bisa berkata apa-apa.

Naya mematikan lampu kamar Dara saat ia merasa bahwa malam semakin larut dan menyalakan lampu tidur yang berada di nakas, lalu memijat pelan pelipisnya sesaat setelah memikirkan beberapa masalah dalam hidupnya yang semakin rumit untuk di selesaikan. Wanita itu menghela nafasnya kasar lalu membungkukkan tubuhnya untuk mencium puncak rambut gadis kecilnya yang saat ini tidurnya begitu damai dan membenarkan tata letak selimut Dara yang sudah tak berada di tubuh mungilnya.

Selang beberapa lama Naya beranjak keluar lalu menutup pintu hingga bilah pintu tertutup sempurna. Saat akan menggerakan kakinya tak sengaja matanya melihat sosok ibunya yang kini sedang duduk di kursi depan tv.

"Ibu pengen bicara sama kamu?" Suara dingin ibunya membuat Naya memejamkan matanya sesaat untuk menjernihkan pikiranya dari terjangan beberapa lontaran kata ibunya yang akan membuat hidupnya semakin menemui titik buntu dan tak bisa mencari solusi tepat dalam masalah ini yang semakin rumit.

"Apalagi sih Bu? Hari ini Naya lelah sekali dan tak ingin berdebat lagi sama ibu!" Kali ini ia berusaha untuk menghindar dari pertanyaan sang ibu tetapi saat melihat ibunya bungkam tak beranjak dari tempat duduknya membuat Naya semakin frustasi dan tak memiliki cara lain selain menceritakan masalah itu sekarang.

Sehingga membuat  Naya berjalan  mendekat ke arah ibunya yang saat ini masih menatapnya lekat dan duduk tepat di samping wanita paruh baya yang sangat di sayanginya, namun akhir-akhir ini ada beberapa perdebatan denganya membuat Naya beberapa kali menghindar dari sang ibu. Dia diam tanpa menjelaskan apa yang sedang terjadi sehingga Dev tahu keberadaannya saat ini.

"Kenapa kamu melakukan semua ini? Bukankah.... Seharusnya kamu menjelaskan semuanya dengan jelas?" Ibunya berbicara setelah beberapa menit menunggunya bercerita, namun dia hanya bungkam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sehingga membuat ibunya sedikit naik pitam tetapi masih bisa dikendalikan.

Naya menahan sesak di dadanya, lalu kembali menatap ibunya sesaat,"Aku sudah terima lamaran Keenan dan saat itulah Dev datang ke ruangan Keenan, dia tahu kalau aku baru saja di lamar oleh kakaknya....Apa yang harus Naya katakan pada Dev Bu, setelah Dev mengetahui Naya baru menerima lamaran dari kakaknya?" Ada rasa getar dalam ucapanya.

"Bukankah tadi ibu mendengar sendiri saat Dara memanggil ku mama... Reaksi apa yang di berikan Dev?" Jedanya, kini tatap lelah dan sayu menatap ke arah sang ibu,"Dia bilang setelah aku bercerai denganya aku kembali menikah dengan seorang pria lalu memiliki Dara, hati ini sakit Bu, saat Dev bicara seperti itu. Padahal aku berjuang sendiri untuk membesarkan buah hatinya namun yang Naya dapat kehancuran seperti ini." Isaknya pelan, Naya menangis tersedu-sedu, air matanya mengalir begitu saja tak bisa terbendung lagi. Malam ini, wanita itu benar-benar hancur.

"Mungkin Dara tak berhak mengetahui siapa sosok ayah kandungnya?" Ucapnya lagi, lalu berlalu begitu saja melewati ibunya memasuki kamarnya.

Ibunya terdiam menatap nanar bilah pintu yang sudah tertutup rapat, ada rasa sesak dalam dirinya saat mengetahui kenyataanya yang terucap dari bibir Naya. Ia menjadi semakin merasa bersalah karena sudah mencampuri kehidupan percintaan putrinya. Tetapi ia melakukan semua ini hanya semata-mata ingin melihat kebahagiaan putrinya dan tak ingin jadi bahan  gunjingan lagi oleh warga kampung karena selalu menolak lamaran dari pria manapun yang mencoba untuk menikahinya dan lebih memilih dengan status jandanya hingga saat ini. Karena itulah ia sedikit bersikap lebih keras pada Naya sejak ada seorang pria yang datang pagi-pagi menemuinya di rumah lalu mengajaknya keluar bersama dengan Dara dan ia pikir Pria itu cocok untuk bersanding dengan putrinya, sehingga membuat ia menyuruh Naya untuk menerima lamaran pria itu. Namun kedatangan Dev secara tiba-tiba merubah segalanya.

*****

Di pagi hari Dara tak berhenti merengek pada mamanya untuk bertemu dengan om anteng yang menemaninya kemarin hingga tertidur pulas.

"Alo itu kemalin ala tak idul? Alo ala au om anteng akan pulang saat ala idul? Asti ala gak akan idul... Paya tak di inggal om anteng" Rengekannya seraya  menggelendoti lengan Naya yang saat ini sedang di landa rasa panik dan frustasi tak punya alasan lagi untuk membujuk gadis kecilnya.

Bagaimana tidak? Sejak terbangun pukul 3 pagi hingga sekarang pukul 6, mulutnya tak sedikit pun berhenti mengoceh ingin bertemu dengan Dev. Dan ia juga tak mungkin menghubungi Dev hanya untuk menemui gadis kecilnya. Lagian Naya tak seberani itu dan tak ada sedikitpun nyali buat hubungi pria itu terlebih dahulu hanya karena gadis kecilnya ingin bertemu denganya.

Apa kata Dev jika saja tiba-tiba ia menghubunginya? Padahal kan saat ini pria itu tahu bahwa dia sudah jadi kekasih Keenan, pasti ia akan mikir macam-macam dan jika saja Keenan tahu hal ini pasti akan menjadi masalah besar.

Naya menggelangkan kepalanya pelan, lalu berusaha meraih tubuh kecil yang masih saja menggelendotinya di bawah sana. Ada rasa kasihan di dalam hatinya saat menatap wajah gadis kecilnya yang kini merengek dengan wajah kesal yang di tunjukan padanya. Tetapi bagaimana lagi saat ini ia gak bisa melakukan apa-apa selain membujuknya supaya melupakan Dev karena pria itu tak akan mungkin datang ke sini secara tiba-tiba dan hanya menemui gadis kecilnya.

"Sudah ya, jangan nangis lagi? Om itu gak akan pernah datang ke sini sayang. Karena om itu kemarin kesini itu hanya anterin mama saja dan gak ada hal lain yang penting di rumah ini." Lidah Naya merasa kelu dan mati rasa saat mengatakan perkataan yang terakhir di ucapkanya. Seharusnya Dara adalah hal terpenting dalam hidup Dev tetapi karena keegoisannya membuat gadis kecilnya tak bisa memanggil pria itu dengan panggilan papa, ia menjerit dan menangis di dalam batinnya saat ini. Tetapi ia berusaha terlihat begitu tegar di depan gadis kecilnya.

"Kenapa gak mama telima aja lamaran om anteng itu? Ala angat menyukai dan menyayanginya ma?" Naya hanya melongo tak percaya dengan apa yang di ucapkan gadis kecilnya padanya.

Mungkin Dara pikir saat ada seorang pria yang bertamu ke dalam rumahnya adalah pria itu berniat melamar mamanya dan menjadikannya sebagai ayah dara, tetapi dari beberapa pria yang datang padanya dara selalu menolak hal itu sehingga membuat Naya mengikuti apa kemauan gadis kecilnya karena kebahagiaan Naya saat ini adalah gadis kecilnya. Tetapi untuk masalah yang satu ini, mungkin Naya tak bisa menuruti permintaan gadis kecilnya karena ia sudah terlanjur menerima perasaan Keenan yang sudah dia ungkapkan padanya kemarin setelah percekcokan dengan sang ibu.

"Dengar ya? Tolong di dengerin perkataan mama saat ini?" Naya mencoba menjelaskan dengan memegang kedua pundak kecil yang berada di depannya, saat ini dara sedang berdiri di atas kursi ruang tamu dan Naya berdiri di depan menatap kedua mata teduh yang membalas tatapannya."Om anteng itu adalah rekan kerja mama dan mungkin saat ini om itu sudah memiliki pasangan sayang, karena kemarin om itu hanya mengantar mama saja tak lebih dari itu seperti pria-pria yang datang kemari untuk melamar mama, bahkan dara sendiri yang mengusir pria itu untuk pergi dari rumah dara supaya tak mendekati mama." Lanjutnya membuat gadis kecilnya terdiam lalu memeluk erat mamanya yang saat ini sudah meneteskan air matanya tanpa mampu di cegah lagi seperti sebelumnya.

"Api ma? Ala angat menyayangi om anteng itu, ala tak ingin di inggal lagi Ama om anteng." Isaknya pelan, hal itu mampu membuat air mata Naya semakin deras dan tak bisa di kendalikan olehnya.

Namun sebuah suara berat membuat mereka berdua menoleh seketika ke arah pintu kamar gadis kecilnya yang setengah terbuka. Dan reaksi yang di berikan gadis kecilnya itu membuat Naya hanya terdiam beberapa saat melihat ekspresi anaknya di luar apa yang di pikirkannya.

Takdir Cinta [SELESAI]Where stories live. Discover now