Takdir Cinta [42]

127 5 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Dev baru saja selesai mengantarkan mamanya pulang setelah dia memasrahkan mobil yang masih di servis kepada sopir pribadi mamanya.

"Terima kasih kamu mau kembali bertemu dengan mamamu ini?" Ungkap mamanya yang saat ini menatap nanar wajah datar Dev yang tak pernah memancarkan rasa iba pada sang mama semenjak pertengkaran hebat sekitar sebulan yang lalu.

Pria itu langsung berjalan berlalu begitu saja di depan mamanya tanpa menoleh dan membalas ucapan mamanya sedikitpun.

"Sebegitu bencinya kah kamu kepada mamamu ini?" Ujar mamanya kecewa saat melihat Dev terus melangkah keluar dan berniat pergi meninggalkan rumah ini lagi.

Langkah kaki Dev langsung berhenti saat mendengar perkataan mamanya, kepalanya menoleh ke belakang dan mendapati mamanya berdiam diri dengan raut wajah putus asa."Dev gak membenci mama... tetapi Dev hanya ingin mama merasakan penderitaan yang sama seperti ku rasakan saat hidupku tak bersama Naya." Jawab Dev dengan suara datar."Gimana hidup mama saat aku tak ada di dekat mama." Lanjutnya menatap nanar sang mama.

Mamanya mendekat berusaha meraih tubuh Dev dan ingin sekali mendekap  erat tubuh putranya yang sudah lama tak ada di dekatnya. Tetapi tubuh jangkung yang terlihat lebih kurus dari terakhir kali di lihatnya kini terlihat lebih mengenaskan. Hal itu membuat sang mama semakin merasa bersalah, apalagi melihat keadaan Naya yang terlihat lebih baik dan terbiasa saat Dev datang menemuinya.

Mungkin Naya sudah biasa hidup tanpa kehadiran Dev, sehingga membuat wanita itu lebih dewasa dalam menyikapi semua masalah yang telah di buatnya.

"Seperti itulah mah, perasaan ku saat tak ada Naya di samping ku. Apalagi putriku sendiri tak mengenali ku sebagai ayah kandungnya." Lirihnya dengan nada getar. Rasa sesak itu begitu terasa di setiap nada yang di ucapkan."Buat apa aku hidup jika saja orang yang aku cintai benar-benar menjadi milik orang lain." Lanjutnya lagi seraya mengingat ucapan tukang servis yang tak lain adalah tetangga dekat Naya yang sudah di anggapnya seperti saudaranya sendiri.

"Jangan melakukan hal bodoh di luar akal sehatmu Dev?" Teriak suara berat yang sangat di kenalinya.

Dev langsung mendongak mencari dimana asal suara itu berada. Mata Dev berkaca saat mendapati sosok papanya yang berdiri tegas di depan rumah dengan dua koper berdiri di samping tubuh papanya.

"Papa?" Gumam Dev tak percaya melihat sang papa yang secara tiba-tiba berdiri di depannya.

"Kenapa?" Tanya papanya yang saat ini mulai mendekat ke arahnya.

Dev terdiam tak menjawab pertanyaan papanya.

"Kamu kira selama ini papa diam saja dengan sikapmu yang seperti ini. Kenapa, kamu melakukan hal konyol seperti ini... Pantaskah kamu di sebut sebagai penerus perusahan." Ujar papanya santai namun terdengar begitu tegas dan menelisik.

"Semua ini karena mama? Mamalah yang membuat Dev menjadi seperti ini." Tekan Dev menatap papanya sekilas, dia kecewa karena secara tak langsung pasti papanya kemakan omongan mamanya.

Setelahnya, Dev berusaha melangkahkan kakinya melewati papanya, namun dengan cepat sang papa memegang lengannya dan menatap nanar putra satu-satunya yang menjadi kebanggaannya.

"Apa ini putra yang selalu papa banggakan?" Gumamnya lirih berusaha menahan air mata di pelupuk matanya.

Dev memejamkan matanya sesaat, lalu berbalik menghadap papanya untuk membenamkan wajahnya di pundak papanya dan menuangkan semua masalah dalam hidupnya yang tak bisa di selesaikan, bahkan tubuhnya  juga merasa tak berdaya akhir-akhir ini untuk mencari penyelesaian titik masalah ini.

Takdir Cinta [SELESAI]Where stories live. Discover now