Takdir Cinta [17]

175 11 0
                                    


Jangan lupa vote dan komen di cerita ini

Dev masih memijat kaki Naya dengan pelan dan penuh telaten, entahlah kedua jemarinya tak ingin segera mengakhiri pijatan di kaki itu tetapi malah semakin betah berlama-lama di sana. Namun saat tak mendengar erangan kesakitan membuat Dev mendongak."Apa sudah enakan?" Tanya Dev menatap Naya yang saat terlihat sedikit salah tingkah."Coba gerakin secara perlahan."

Naya mencoba menuruti instruksi yang di berikan Dev padanya, dengan perlahan ia menggerakan kakinya yang tadi sempat keseleo karena tingkah cerobohnya sendiri sehingga berakhir menggenaskan seperti saat ini."Udah mendingan kok?" Ucap Naya seraya menggerakan kakinya dengan sedikit lebih keras.

Meski ada rasa sedikit nyeri, tetapi Naya juga mulai tak enak pada Dev karena pria itu terlihat begitu lelah, entah apa yang baru saja di lakukan sepagi ini di kebun. Sehingga membuat ia sedikit melupakan rasa nyeri di pangkal kakinya. Hingga kepergian pria itu yang saat ini mulai beranjak berdiri dari duduknya membuat Naya secara reflek ikut berdiri.

"Dev?"

Pria yang merasa namanya di panggil itu langsung menoleh heran menatap Naya yang saat ini terlihat salah tingkah."Iya? Ada apa?" Tanya Dev penasaran.

"Terima kasih?" Gumamnya pelan, tetapi Dev masih mendengar suara pelan itu hingga membuat pria itu tertawa pelan. Lalu menganggukan kepalanya."Santai aja lah?"

Kemudian,pria itu pergi meninggalkannya sendirian di ruangan belakang hunian. Setelahnya Naya mencoba membuat ramuan khusus pereda nyeri yang mampu sedikit menyamarkan bekas kemerahan itu di pangkal kakinya supaya tak menggangu penampilan kaki jenjangnya.

*****

Sarapan pagi di mulai sekitar jam tujuh pagi setelah Keenan dan Dev turun dari kamarnya masing-masing. Terlihat kedua pria itu tampak begitu segar dengan rambut basah yang masih menyisakan beberapa tetes air yang menetes ke pakaian santai yang di kenakannya pagi ini.

"Pagi sayang?" Sapa Keenan yang saat ini mulai mengambil secentong nasi ke dalam piring miliknya lalu mengambil lauk pauk yang tersaji di atas meja.

"Pagi?" Balasnya dengan tersenyum manis pada pria yang menggunakan kaos lengan panjang yang sudah di singsingkan hingga ke sikut.

"Wah kayaknya enak nih masakan calon istri?" Gumam Keenan menatap takjub saat mengambil lauk yang terakhir sebelum menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya."Ternyata gak salah pilih calon istri! Udah cantik pandai masak lagi... Uhhhh, nikmat mana lagi yang kamu dustakan."

Naya hanya terkekeh saat mendengar ungkapan berlebihan yang di tunjukan Keenan padanya."Apaan sih pak? Biasa aja lah. Bukankah semua wanita itu pandai masak adalah hal penting pertama dalam hidupnya?" Jelasnya lagi sedikit merendahkan dirinya saat ada seseorang yang memujinya.

"Eh, kok manggil pak? Aku ini adalah kekasih mu dan bentar lagi akan menjadi suamimu, masa di panggil pak mulu. Berasa udah tua banget deh." Sanggah Keenan tak terima saat Naya memanggilnya dengan panggilan pak seperti di kantor.

"Karena bapak adalah atasan saya! Jadi saya harus memanggil bapak di manapun bapak berada." Jelas Naya menjelaskan supaya pria di depannya ini mengerti dengan jelas.

"Sudah jangan di bikin panjang masalah ini? Silahkan lanjutin sarapannya, gak baik makan sambil debat." Tukas Naya kemudian saat Keenan berusaha kembali mengucapkan suatu hal dengan mulut penuh.

Sedangkan Dev hanya berdiam diri tak mengeluarkan sepatah kata pun yang terucap dari bibir pria itu saat mendengar perdebatan tak masuk akal yang di ucapkan kakak sepupunya. Tetapi dengan lahapnya pria itu menghabiskan sarapan paginya dengan cepat dan entah sudah berapa banyak porsi yang sudah dihabiskannya.

Takdir Cinta [SELESAI]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum