ENAM

23.6K 2.4K 23
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

"Persetan dengan anak itu, apapun yang Lio suka ayah harap kamu bisa menjaganya seperti apa yang Lio mau," Stef meninggalkan sulungnya keluar ruangan.

Walaupun hanya sepuluh pukulan, namun Arxel benar-benar lemas. Yang mukul adalah Stef, yang waktu mudanya pernah mengikuti kejuaraan boxing dan menang. 

Setelah di jadikan samsak gratis oleh sang ayah, Arxel ditinggalkan begitu saja hingga pagi masih dalam keadaan berdiri dengan tangan tertali ditarik keatas.

Kejam? Yang lebih parah pernah, jadi bukan hal aneh bagi Gatravic.

Beberapa jam kemudian.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pintu ruangan dibuka oleh sang ayah. Tali pengikat tangan Arxel dilepas, Arxel langsung luruh kelantai saking lemasnya.

"Butuh bantuan?" Tanya Stef.

"Tidak ayah, aku hanya perlu bernafas dengan baik sebentar nanti akan lebih baik," Stef hanya mengangguk sembari menatap anaknya yang terduduk.

Beberapa detik terdiam, Stef ikut duduk di lantai. Ia menatap sulungnya yang terengah-engah.

Puk

Puk

Stef menepuk pundak Arxel seolah menguatkan, "Ayah tau apa yang kamu rasain Ar, Ayah ngga marah sama kamu. Ayah hanya meminta tolong agar lebih berhati-hati dalam bertindak, Sam adalah kesayangan Lio sekarang. Kamu mengerti?"

Arxel mengangguk, "Arxel hanya takut yah, dulu teman Arxel diabaikan sampai hampir meregang nyawa hanya karena orangtuanya mengangkat orang asing yang ternyata adalah mata-mata dari musuh keluarganya, Arxel hanya waspada. Arxel ngga mau keluarga kita kenapa-napa."

"Ayah mengerti, tapi melihat background Sam. Dia hanyalah anak yang di jadikan robot penghasil uang bagi ayahnya yang pemabuk dan penjudi. Ayah harap kamu mengerti, setelah ini segera ke kamar dan bebersih, ayah akan menyuruh Gerry ke kamar mu setelah memeriksa Sam."

Arxel melihat kepergian ayahnya, ia menyenderkan tubuhnya pada dinding dibelakangnya.

"Akan ku kuliti dia jika berkhianat!"

|SAMUDRA|

Lio duduk di ranjang, menatap Sam yang sedang diperiksa oleh om Gerry dengan serius. Setelah itu om Gerry terlihat berbincang dengan bundanya.

"Lehernya mungkin akan pulih total sekitar dua  Minggu, untuk lebam di punggungnya bisa rutin di beri salep yang sudah saya resepkan," Rose mengangguk menanggapi Om Gerry si dokter.

Setelah Om Gerry, keluar kamar diantar Rose. Rose kembali mendekati ranjang Sam.

"Apakah sangat sakit Sam?" Tanya Lio yang gemas karena semenjak bangun Sam hanya diam tanpa suara.

"Sam?" Tanya Lio memastikan lagi, dan dijawab gelengan pelan oleh Sam.

"Hiks hiks, Sam marah sama Lio hiks," Lio takut Sam membencinya.

"Ja..nganh men..na..ngis Lio," Sam berusaha berbicara walaupun terbata-bata, ia juga mengusap pipi Lio yang basah.

Sam bukannya tak mau menjawab, hanya saja tenggorokannya masih sakit bila berbicara.

"Sayang, Sam nya bukannya marah sama Lio. Tapi lehernya sakit, jadi sakit kalo berbicara," Rose mencoba memberi pengertian.

"Hiks, iyakah Sam?" Tanya Lio yang diberi anggukan pelan oleh Sam.

"Hiks, maafin Lio. Yaudah Sam jangan bicara, maaf ya," lagi lagi Sam hanya mengangguk, itupun terasa sakit.

Pintu kamar terketuk, Rose pun berjalan ke pintu lalu membukanya.

"Ini bubur untuk Sam nyonya," ucap Sarah.

Sebenarnya Sarah ingin menjenguk Sam, pasalnya sejak kemarin siang ia belum melihat Sam.

"Bi Sarah ingin melihat Sam?" Tanya Rose seolah tau.

"Boleh nyonya?"

"Jangan pernah seperti ini lagi bi, kita ini keluarga," Bi Sarah mengangguk lalu mengikuti sang nyonya masuk ke kamar.

Melihat keadaan Sam, tentu saja Sarah terkejut. Malangnya nasib Sam, padahal ia membawa Sam kesini agar Sam terlindungi dari ayahnya seperti apa yang di ceritakan Sam pada dirinya.

Namun ini? Sam justru tetap saja terluka di sangkar emas ini.

Sarah mengelus pipi Sam sembari meneteskan air mata, "Cepat sembuh Sam, maafin bibi ya."

Sam yang melihat bibinya menangis jadi ikut nangis, Lio yang melihatnya pun jadi kembali menangis.

"Ugh hiks," tangis Sam pelan.

Melihat Sam dan tuan muda ikutan menangis, Sarah menggeleng, lalu menghapus air matanya. Ia juga mengusap lelehan air mata Sam.

"Jangan menangis, Bibi keluar dulu ya."

"Saya kebawah dulu nyonya, maaf."

Sarah buru-buru keluar kamar, sedangkan Rose merasa bersalah. Rose bisa merasakan rasa menyesal Sarah, karena membawa Sam disini.

Sarah pasti merasa bahwa membawa Sam ke sini adalah mimpi buruk bagi Sam, keluar dari kandang harimau masuk ke kandang buaya.

"Bunda bisa bilangin ke salah satu bibi untuk membawakan gitar Lio ke sini? Lio ingin menghibur adik Lio," 'adik ya?'

"Biar bunda ambil sendiri, tunggu sebentar tolong suapi Sam ya," ucap Rose.

Di kamar lain, Arxel telah selesai diperiksa. Ada Stef, dan Axvel yang menungguinya.

"Pelaku sama korban, parahnya hampir sama ya?" Sebenarnya Gerry hanya menyindir.

"Ekhem," Stef berdeham.

"Udah kan? Nanti gue tebus obatnya, ayo gue anterin ke depan," Stef menarik Gerry keluar kamar.

Didalam kamar, Axvel menatap kakaknya antara kasian dan tidak.

"Ngga kerja?" Tanya Arxel yang terbaring di ranjang.

"Lagi asik melihat orang menderita kak," enteng Axvel menatap kakaknya dengan tampang biasa aja.

Bugh!

"Sialan lo!" Arxel melempar bantal ke Axvel yang tak jauh dari dirinya terbaring.

"Sorry, gue libur dulu. Mau menjaga kakak tercinta gue yang lagi sakit."

"Najis!"

Kembali ke kamar Sam, Sarah telah selesai menyuapi bubur untuk Sam. Masih diatas ranjang yang sama, Lio langsung siap dengan gitarnya. Lio memetik gitar untuk intro terlebih dahulu.

Tak berselang lama, ia mulai melantunkan lagu berjudul komang.

Sam terharu akan sifat si paling effort Lio, mau nangis rasanya saking terharunya.

Rose pun tak menyangka putra bungsunya sangat berambisi untuk membuat Sam bahagia.

"Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata~"

"Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu~"

Lio berhasil menyelesaikan lagu komang, Hinga lirik terakhir.

"Wahh anak bungsu mama semakin jago ya," Rose excited.

"Hehe, apapun buat Sam."

"Gigihnya," Rose benar benar bahagia.

"Ma ka sih, Li o," ucap Sam terbata sembari berusaha tersenyum selebar mungkin.

"Ish, jangan ngomong dan senyum dulu! Nanti tambah sakit!" Omel Lio melihat Sam yang berusaha tersenyum.

TBC!

Jangan lupa vote dan komen ya cakep~
Follow juga~

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now