SEPULUH

21.7K 2.4K 46
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

"Nih duit buat kerja hari ini, ingat ya besok gajian balikin!" Sam menerima uang Alan, ia takkan mengatakan bahwa ia punya uang. Dia akan melihat seberapa jauh niat baik Alan akan berlanjut.

"Terimakasih ayah, kalo Sam pulangnya sore gimana dengan makan siang ayah?" Pasalnya semenjak ia datang kerumah ini, dari sarapan, makan siang, hingga makan malam semua Sam yang memasaknya.

"Aku bisa cari makan sendiri, dah sana!" Usir Alan dengan tangan kanan yang terulur.

Sama menatap sang ayah bingung, "Kenapa tangannya?"

"Kau tidak ingin salim denganku?! Ingin ku hajar, hah?!" Pffft! Bilangnya biasa aja kali, ngga perlu ngegas keliatan banget tsundere nya.

"Ah iya ayah, Sam pamit dulu."

Setelah salim, Sam berjalan menjauhi rumah Alan, menuju halte bis yang dimana ia harus berjalan sekitar dua ratus meter dari rumahnya.

Sekitar dua puluh menit Sam habiskan waktunya di perjalanan, ia menatap bangunan gedung tinggi tempat dimana ia akan bekerja.

Saking bersemangatnya, Sam jam tujuh sudah mendudukkan diri di tempat dimana kemarin ia menunggu interview. Soalnya dia ngga tau dimana tempat ob, dan mau tanya orangpun sungkan.

Lama Sam menunggu, akhirnya ada yang lewat. "Eh bapak!" Sam mencegat orang yang kemarin meng interviewnya.

"Wah kamu udah datang," Sam mengangguk.

"Ruang ob nya mana? Sam ngga tau," atasan Sam itu terkekeh gemas, ah ia merasa mendapat serangan menggemaskan dari Sam yang sedang mengerucutkan bibirnya.

"Jangan ketawa pak, Sam ngga lucu!"

"Hahaha, okey ikuti saya," Sam membututi dimana atasannya berjalan.

"Nih ganti pakaianmu, kamu duduk disitu aja dulu. Nanti akan ada kepala tim yang akan membantu kamu dan mengarahkan kamu, apa saja yang akan kamu kerjakan, ruang ganti disana," Sam mengangguk mengerti.

"Terimakasih pak, saya undur diri," Sam pamit menuju ruang ganti.

|SAMUDRA|

"Eh nama kamu Sam kan? Tolong ya anterin minuman ini ke ruangan direktur keuangan, aku ngga kuat mau pup! " Orang yang biasanya di panggil Lena itu buru-buru memberikan nampan berisi kopi pada Sam, lalu meninggalkan Sam.

"Mba! Kok jadi saya?!" Jujur saja Sam panik, hari pertama disuruh keruang direktur? Takut~

Karena tak ada balasan dari Lena, dengan berat hati Sam pun mengantarkan kopi yang ia bawa.

Sam keluar pantry dengan bingung, dimana ruangan direktur keuangan? Ya sembari berjalan nanti ia bertanya, Sam menaiki tangga dengan semangat. Lantai satu, dua, tiga, hingga lantai ke tujuh Sam sudah gemetaran kakinya.

"Eh kamu ob baru?" Sam menoleh ketika ada yang memanggilnya, seorang berpakaian rapi dengan kemeja dan id card bertuliskan sekretaris direktur.

"Hah hah, iya kenapa mas?" Pagi hari Sam diawali dengan ngos-ngosan.

"Ngapain kamu pakai tangga? Disana ada lift buat karyawan, kamu mau nganterin kemana?" Sam mendadak tambah lesu, ia kira ngga boleh pakai lift!

"Mau ke ruang direktur keuangan, Sam ngga tau di mana."

"Ohh, sini aku anterin." Orang itu menarik pelan sebelah tangan Sam yang tak memegang nampan.

Memasuki lift dan menekan tombol lantai yang akan dituju,"Nah ingat ya untuk lantainya itu," Sam mengangguk.

Setelah beberapa menit, pintu lift terbuka. Tangan orang itu masih memegang pergelangan tangan Sam, Sam pun tak bisa berkutik.

"Nah ini ruangannya, kamu ketuk aja pintunya lalu masuk. Oh iya, ingat ya nama aku Gear, panggil mas Gear! Kamu siapa?" Gear melepaskan pegangannya pada tangan Sam.

"Wah, terimakasih mas Gear udah nganterin, nama aku Sam," Gear gemas banget dengan tingkah lucu Sam.

"Okay, aku pergi dulu ya. Semangat kerjanya," Gear mengacak gemas rambut Sam.

"Mas juga~" ucap Sam pelan sebelum Gear menghilang dari pandangannya.

Setelah itu, Sam mengetuk pintu ruangan dihadapannya.

Karena tak ada balasan, Sam langsung memasuki ruangan. Sam menatap penuh keterkejutan pada seseorang di depan sana, seseorang yang sedang duduk dan menatap tajam dirinya.

Dengan gugup Sam berjalan mendekati meja kerja bos nya, "Ini bos kopinya," Sam berusaha memperlembut suaranya.

Prang!

Kopi yang Sam bawakan susah payah menaiki ratusan anak tangga dengan gampangnya di jatuhkan hingga menjadi pecahan abstrak.

"Jam berapa ini hah?! Kau terlambat delapan menit!" Badan Sam gemetar.

"Ma-af bos."

"Dimana orang yang biasanya, hah?!"

"P-pup katanya."

"Ngga mau urusan, bisa-bisanya kau terlambat!"

"Tadi lama naik tangganya."

"Apa?! Kau menaiki tangga?!"

"I-iya, tapi cuman sampai tujuh lantai, setelah itu disuruh naik lift sama mas Gear," cicit Sam takut bukan  kepalang.

"Cih mas Gear! Cepat bereskan kekacauan ini, Samudra!" Namanya terucap dari bos nya, ah Ya Tuhan kenapa ini harus terjadi?

"B-baik," Sam rasanya mau menangis, mau cari duit gini amat. Kenapa harus bertemu lagi dengan sulung Gatravic disini? Haruskah ia resign saja?

Sam tak tahu menahu akan perusahaan Gatravic, bahkan ia tak tau jika perusahaan ini milik Gatravic.

Tak butuh waktu lama, Sam kembali lagi keruangan Arxel dengan alat kebersihan. Ia memungut pecahan cangkir yang sangat tajam, ia tak mengindahkan rasa sakit ketika jarinya tergores. Ia hanya perlu cepat-cepat membersihkan ini.

Setelah selesai hingga lantai benar-benar bersih, Sam berniat pamit undur diri.

"Letakkan alatnya!" Sam meletakkan alatnya.

Terlihat Arxel membuka laci entah mencari apa, "Sini kamu!" Sam dengan takut mendekat.

"Tangan kamu!"

Sam mengulurkan kedua tangannya, Arxel langsung menarik sedikit kasar tangan kanan Sam dan menatap jari Sam yang berdarah.

"Uang yang aku kasih apakah tidak cukup? Sampai kau harus mencari uang lagi?" Arxel mengelap darah di jari Sam dengan kain kassa.

"Shhh, Sam kan emang berniat nyari kerja," Arxel membalut luka gores Sam dengan plester.

"Aku akan lihat seberapa betahnya kamu kerja disini!" Ucap Arxel dengan seringai.

TBC!
Arxel itu gimana sih maksudnya? Dia mengobati luka Sam, tapi dia juga seakan tidak menyukai Sam tenang sedikitpun.

Kalian ngerasa cerita ini prik ngga sih? Takut~

Kasih tau aku, okay?

SAMUDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang