EMPAT BELAS

19.6K 2.2K 45
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

"Terimakasih pak atas tumpangannya, saya keluar dulu," Sam membuka pintu mobil, namun tiba-tiba baju belakangnya ditarik dari belakang.

"Siapa yang menyuruhmu untuk pergi?" Sam menoleh kebelakang, menatap Arxel dikursi kemudi  yang juga menatapnya.

"Ah maaf, ada apa pak?" Sam mengurungkan niatnya untuk pergi, ia membenarkan duduknya seperti semula.

Arxel pun juga melepaskan tarikannya, ia mengambil sesuatu di kursi belakang.

"Ini obat yang harus kamu minum, dan ini ponsel untukmu. Jika memungkinkan kamu bisa kerja tiga hari lagi, jangan berangkat sendiri! Aku akan menjemput mu! Dah sana keluar!" Setelah mengucapkan itu, Arxel terlihat seolah-olah acuh dan fokus pada ponselnya.

"Sam ngga tau maksud bapak apa, tapi terimakasih. Sam keluar dulu," bingung, itulah yang dirasakan Sam, ia juga tak berniat menolak, lebih tepatnya malas jika harus berdebat.

Jujur ia merasa seperti dipermainkan oleh Arxel, sifat Arxel yang berubah-ubah membuat Sam menjadi bingung dan sedikit tak suka pada Arxel.

Setelah berpamitan pada Arxel dan keluar dari mobil, Sam memasuki rumah ayahnya. Harusnya ayahnya tidak dirumah, pasalnya biasanya jam segini Alan tak ada dirumah.

Sam membuka pintu rumah, ia seolah merasa de javu. Tatapan nyalang ia dapatkan dari sang ayah di depan sana.

Prang!

"Sshhh!" Sam memegangi dahinya yang terkena lemparan gelas, ia merasakan sesuatu yang basah mengalir di tangannya.

"ANAK SIALAN! KAU TAK PERLU PULANG! AKU TAK BUTUH ANAK TAK TAU DIRI SEPERTI MU! KAU PIKIR KAU BISA BERLAKU SEENAKNYA SETELAH AKU SEDIKIT MELUNAK PADAMU?! KAU BERANI-BERANINYA KABUR DAN SEKARANG KEMBALI?! ANAK TAK TAU DIRI!"

Terlalu fokus akan luka di dahinya, Sam bahkan tak sadar bila Alan sudah berada di depannya.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"ARGHHH AYAH! AYAH SAKIT! LEPAS!" Sam berteriak kesakitan ketika Alan menarik rambutnya kencang, sembari memukul perutnya dengan tak kalah kencang.

"UHUK UHUK! UGHH A-AYAH..."

"JANGAN PANGGIL AKU AYAH SIAL-''

Duagh!

Alan terdorong hingga membentur tembok, Alan memegangi perutnya setelah mendapatkan tendangan maut dari seseorang.

Sam sudah lemas terbaring di lantai, dengan keadaan kepala berdarah, dan akibat bogeman mentah yang ia dapatkan membuatnya benar-benar tak berdaya.

"KAU AKAN MENDAPATKAN GANJARAN MU DI PENJARA BAJINGAN!" Teriak Arxel pada Alan.

Arxel tak menyangka, ayah Sam akan se bajingan ini.

Arxel menatap Sam yang sudah mulai kehilangan kesadarannya. Dengan cepat, ia menggendong tubuh Sam bridal menuju mobilnya. Belum genap sepuluh menit ia mengantarkan Sam pulang dari rumah sakit, kini Sam akan masuk lagi ke rumah sakit.

"Terimakasih," lirih Alan menatap Arxel yang menjauh, dengan Sam di gendongannya.

Entah apa yang Alan pikirkan, hanya Alan yang tau.

|SAMUDRA|

Dokter mengatakan Sam sudah diperbolehkan pulang. Walaupun luka di dahi Sam mendapatkan dua jahitan, namun tak terlalu parah hingga harus dirawat inap.

Sudah hampir setengah jam lamanya, Sam tak kunjung berhenti menangis sedari ia siuman.
Sejak tadi Sam mati-matian menahan serangan paniknya, ia tak mau dihantui rasa takut akan kekerasan yang Alan lakukan.

Sam hanya bingung, kenapa ayahnya semarah itu? Tak bisakah ayahnya itu mendengar kan penjelasannya terlebih dahulu? Bukankah tiga hari yang lalu ayahnya masih terlihat peduli padanya?

"Sampai kapan kau akan menangis? Kau tak mau pulang?" Tanya Arxel yang merasa jengah akan Sam yang tak kunjung berhenti menangis, padahal bila sejak tadi pulang mungkin sekarang ia sudah berada di mansion.

"Hikss.... hiks... bapak ngga tau ughh perasaan Sam hiks... Sam itu sayang sama ayah tapi ayah... hikss... hiksss...." Arxel memeluk tubuh Sam yang menangis sesenggukan, walaupun jengah namun ia juga merasa kasian.

"Tak usah kamu memikirkan ayahmu lagi, ayah mu sudah ku masukkan penjara!"

"Hiks... ayah.... hikss... mau Lio...." kini Arxel sudah membulatkan niatnya, yaitu mengembalikan lagi Sam ke mansion Gatravic.

"Kenapa sesakit ini Samudra? Kenapa ketika melihat tatapan kebencian ayahmu, aku merasakan sakit hati yang luar biasa? Hati ku seolah hancur, aku takut Samudra," ucap Sam dalam hati pada Samudra.

WELCOME TO THE REAL GATRAVIC, SAMUDRA.




TBC!
Hari ini benar-benar menguras tenaga, rasanya capek banget. Maaf chapter ini pendek banget, semoga kalian suka.

Kalo merasa aneh bilang ya, kita bisa bicarakan baik baik🤤





SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now