TUJUH BELAS 2

17.9K 2.1K 66
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

Di belahan dunia lain, di sebuah ruang makan terlihat sebuah keluarga yang saling terdiam setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Aku mau ke kamar ," ucap si sulung, Reano.

"Aku juga mau belajar," lanjut Keano.

"Sampai sekarang tidak adakah yang mau kalian katakan pada ayah?" Si kembar yang berniat beranjak dari kursinya pun urung, mereka mendudukkan dirinya lagi di kursi.

"Mengatakan apa?" Tanya Reano.

"Adik kalian," Arta menatap kedua putranya yang menundukkan kepalanya.

Sedangkan Roseane sang istri, menatap sang suami sembari mengucapkan kata penenang untuk suaminya agar tidak tersulut emosi.

"Ini setelah lebih dari sebulan kematian adik kalian, kalian tidak ada yang mau bersuara?! Kalian pikir ayah tidak tau apa yang telah kalian lakukan pada adik kalian?!" Nada suara Arta semakin meninggi, ia sudah tak bisa untuk diam lagi.

"Kenapa? Toh Sam udah mati kan, kenapa ayah bahas dia lagi?" Ucap Reano berani, padahal Keano sedari tadi hanya menunduk tak berani menatap sang ayah.

Brak!

Dengan keras Arta menggebrak meja makan.

Jawaban Reano terdengar sangat menyayat hati Arta maupun Roseane sebagai orangtua, mereka merasa gagal mendidik putra mereka.

"Keano! Ayah tau kamu tau sesuatu! Katakan!" Keano mengangkat wajahnya ia menatap takut-takut sang ayah.

"Apa ayah?" Tanya Keano.

"Kejadian di sekolah sebelum Sam pulang di hari terakhir."

"Aku ngga ngerti apa yang ayah katakan," Keano mencoba mengelak.

"KATAKAN!"

"I-iya ayah, waktu dikantin Sam jatuh karena temen Keano yang pasang kaki waktu Sam lewat, hingga kuah baso Sam kena badan aku," Reano menatap tak percaya sang adik, bukankah waktu itu karena kesengajaan Sam?

"Tapi kenapa kamu tetap memarahi adikmu, hah?!"

"Apapun yang Sam lakuin akan selalu terlihat salah di mataku yah!" Sentak Keano, yang artinya ia sebenarnya hanya ingin Sam disalahkan dan tersakiti.

"Kenapa? Apa salah adik kalian?" Kini Roseane pun angkat bicara, ia tak terima bila putra bungsunya itu sampai segitunya di benci oleh kakak kandungnya sendiri.

"Karena dia aku sama kak Rean ngga bisa punya adik perempuan! Gara-gara dia ayah sama bunda hanya sayang sama dia! Kita ngga suka!" Keano menatap kedua orangtuanya dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah tanya, apa yang kalian tau tentang adik kalian hah?! Ayah kecewa kepada kalian, bagaimana bisa kalian berfikir bahwa ayah lebih sayang sama Sam? Setiap malam ayah selalu menyempatkan untuk mencium kening putra putra ayah dan mengucapkan selamat malam agar kalian tidur dengan baik!

Selalu memberi nasehat jika kalian melakukan kesalahan, membiayai kehidupan kalian, selalu mengajak kalian berbicara sambil bergurau, KALIAN PIKIR SETELAH AYAH PUNYA SAM AYAH TIDAK MENYAYANGI KALIAN?! ADA TIDAKNYA SAM AYAH TETAP MENYAYANGI KALIAN SEBAGAIMANA ANAK AYAH!"

Entah bagaimana nantinya Arta harus menghadapi kedua putra kembarnya itu, ia merasakan kekecewaan yang mendalam. Namun tak mungkin bila ia harus membenci kedua putranya.

Setelah beberapa detik Roseane angkat bicara, "Kalian harus tau ini, maaf bila bunda ngga bisa ngasih adik perempuan untuk kalian. Apa kalian tau? Kenapa bunda dan ayah memilih untuk tidak memiliki anak lagi? Itu karena bunda memiliki riwayat penyakit jantung, yang dimana tidak memungkinkan lagi bila bunda hamil lagi, kalian tau pasti apa yang nanti akan terjadi, dan naasnya penyakit itu menurun ke adik kalian.

Maaf bila kami terlihat begitu menyayangi adik kalian, maaf bila kami menyakiti hati kalian, tapi kami benar-benar menyayangi kalian dan adik kalian sama rata. Alasan bahwa kalian tidak bisa memiliki adik perempuan itu sangat sangat tidak masuk akal dibandingkan dengan rasa sakit yang adik kalian rasakan," setelah mengucapkan itu, Roseane memeluk suaminya sembari menangis tersedu-sedu.

"Sudahlah sayang, kita tinggalkan mereka! Sepertinya mereka sudah tidak bisa diharapkan, biarkan saja mereka dengan pemikiran mereka yang bodoh itu!" Arta merangkul sang istri meninggalkan ruang makan dan kedua putranya.

"Maaf ayah, bunda, terutama lo Sam. Gw terlalu pengecut hanya untuk sekedar mengutarakan isi hati gw yang sebenarnya pada ayah sama bunda. Gw nyesel, tapi gw terlalu malu untuk mengakuinya," ucap Reano dalam hati.

"Maaf Sam, gw bukan Abang yang baik buat lo. Gw masih ngga nyangka lo bakalan mengakhiri hidup lo dengan cara itu, bahkan gw termasuk penyebab kematian lo," ucap Keano dalam hati.

Tak ada penyesalan yang berarti, penyesalan sesaat yang tak sedikitpun menyentuh hati.

Tim yang kecewa sama Twins R!

TBC!
Ini hanya selingan aja sih, tentang keluarga Gaisendra.

Daripada Reano entah kenapa aku lebih benci ke Keano sih. Keano ini buta akan kebenaran, dia tau siapa yang salah tapi dia tetap bungkam demi tercukupinya hasrat agar Sam tersakiti. Sial!

Semoga suka, jangan marah kalo jelek:'

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now