DUA PULUH ENAM

15.7K 2K 80
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

"Jack! Siapa yang mengizinkan dia datang ke apartemen ku!" Arxel berteriak marah pada Jack ketika Stef baru datang untuk menjenguk.

"Arxel..." sendu Stef.

"Axvel sudah ku usir, kenapa kau datang?! Kau ingin anak itu mat-" belum menyelesaikan perkataannya, Arxel langsung terdiam.

Anak itu? Sam? Dimana dia?

"Jack? Anak itu! Sam mana?" Arxel menatap panik Jack.

"Tenang tuan, selesaikan makan anda terlebih dahulu," Jack meletakkan mangkuk buburnya, lalu berusaha menenangkan tuannya.

"Nggak! Aku ngga mungkin ngelakuin itu! Sam putraku kan? Ayahnya yang memintaku menjaga nya! Nggak!" Arxel kembali histeris.

Stef menatap Arxel sendu, rasanya sangat sakit saat melihat putranya terlihat seperti orang lain.

Stef mendekat kearah ranjang, ia memberikan gestur agar Jack untuk undur diri terlebih dahulu, dan Jack pun tak menolak.

Stef memeluk erat tubuh putranya yang bergetar, dan berusaha menarik rambutnya.

"Maafin ayah kak... maaf atas semua yang ayah lakuin selama ini... kak acel ayah mohon tenang..." Arxel memberontak, ia menatap sang ayah marah.

"Hahaha... Acel udah mati! Anak manja itu udah mati! Arghhhh! Hiks.... maafin Arxel... mau Sam... Arxel bukan pembunuh... dimana Sam... hiks..."

"Maafin ayah kak, jangan seperti ini," Stef berusaha untuk mempererat pelukannya, walaupun Arxel berusaha melepaskannya.

"DIMANA SAM HIKS HIKS! ALAN MENITIPKAN PADAKU! AKU HARUS MENCARINYA!" Arxel berusaha lepas dari kungkungan sang ayah, setelah terlepas ia berusaha untuk menuruni ranjang.

"KENAPA DIRANTAI SIALAN?! AKU HARUS MENCARI PUTRAKU! JACK! KAU DIMANA?! HIKSS.... AKU HARUS PERGI..." lagi lagi Arxel hanya bisa terduduk frustasi di dinginnya lantai.

Pikirannya berpusat pada putra yang dititipkan Alan padanya.

Mendengar teriakan tuannya menyebutkan namanya, Jack pun datang memasuki kamar.

"Tolong bius dia," perintah Stef.

"Tap-"

"Lakukan!" Sentak Stef.

"Tidak tuan! Akan membahayakan jika tuan Arxel dibius terus menerus!"

"Kau menolak ku?!"

"Iya! Ini semua demi tuan saya!"

"Hiks... hiks... mau Sam... tua bangka jangan bius... mau Sam..." Stef menatap putranya, ia ikut mendudukkan dirinya ke lantai.

Mengelus pelan pipi tirus sang putra yang banjir air mata, "Maafin ayah..." Stef langsung memeluk putranya sembari menangis tersedu-sedu.

Ia sadar, bahwa selama ini ia salah dalam mendidik putranya. Putra sulung yang dulu selalu ia manja, semakin dewasa justru ia kekang dan ia paksa untuk menjadi sempurna.

"Tolong maafin ayah..."

Arxel bingung, entah apa yang harus ia katakan.

Sedangkan ditempat lain, disebuah ruang rawat terdapat beberapa orang yang sangat antusias mengajak ngobrol pemuda yang sudah mulai menampilkan senyuman.

"Setelah adek sembuh ayo kita beli es krim banyak banyak!" Seru Lio pada Sam.

"Es krim ya?" Sam menunduk, teringat memori tentang Arxel yang membelikannya berbagai macam es krim.

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now