TUJUH

21.8K 2.4K 20
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

Satu bulan berlalu, kini Sam sedang merenung di kamarnya. Iya kamarnya, setelah dua Minggu yang lalu cedera lehernya dinyatakan sembuh, Sam memohon untuk tidur di kamarnya sendiri dengan dalih privasi.

Sebenarnya Lio menolak, dan yang paling parah diam diam Arxel menyeretnya ke gudang belakang dan memakinya.

"Ingat, Lo disini cuman numpang! Tidur enak bareng Lio! Tapi lo justru mau misahin diri?! Lo ngga punya otak ya?" Sam menunduk, ia tak berani menatap kakak sulung Lio.

Brak

"Gw tanya tu jawab anjing!" Arxel menendang kursi yang berada di samping Sam.

"Aku hanya mau sadar diri, aku tau yang lain belum bisa menerima aku didekat Lio," Sam dengan ragu menatap tatapan tajam Arxel.

"Ohh bagus kalo lo sadar, gw berharap Lo bisa cepat-cepat pergi dari sini!" Setelah mengucapkan itu Arxel keluar gudang meninggalkan Sam yang mengepalkan tangannya.

"Apa aku harus kerja diluar aja ya? Emang bisa tanpa ijazah? Semua berkas pentingnya ada di rumah ayah," Sam meminang nimang, haruskah ia cari mati kerumah ayahnya demi berkas pentingnya?

"Ya mau ngga mau aku harus ke rumah ayah," Sam berencana meminta izin pada Lio, ia tak bisa jika harus lama lama tinggal disini.

Ia memiliki masa depan, ia juga memiliki cita-cita, jadi pelukis handal yang karyanya mendunia. Terlalu tinggi? Ya kan namanya juga ber ekspetasi.

Melihat jam dinakas, Sam langsung turun dari ranjang karena jam jam segini pasti Lio sedang berada di ruang lukis.

Kamarnya dengan kamar Lio tidak jauh, bahkan masih dideret yang sama. Entahlah, ia kira setelah meminta pindah kamar ia akan ditempatkan ke kamarnya yang dulu, namun ia justru ditempatkan di kamar yang setara dengan anggota keluarga Gatravic.

"Lio, Sam masuk ya!" Sam memasuki kamar Lio dan langsung melangkahkan kakinya menuju ruang lukis.

"Kamu lukis apa?" Lio menatap Sam panik.

"Stop! Jangan mendekat!" Lio langsung mengambil lukisannya lalu menyimpannya.

"Kenapa Lio? Apa yang kamu lukis?" Sam mendekat kearah Lio.

"Rahasia! Sam ngga boleh lihat, sebelum selesai dan waktunya tiba!" Ucap Lio sembari menggeser satu kursi disebelahnya dan menepuk permukaan kursi agar Sam duduk.

"Okay okay," pasrah Sam.

"Oh iya, kamu ngapain kesini?"

"Ngga boleh?"

"Bukan gitu Sam, maksudnya alasan kamu kesini kenapa? Ada sesuatu?" Sebelum Sam memilih memisahkan diri, Lio tak pernah bertanya kepada Sam yang datang mendekatinya.

Namun, sekarang Lio menjadi suka bertanya terlebih dahulu. Ia hanya ingin Sam nyaman, apa yang Sam suka atau tidak, Lio harus bertanya terlebih dahulu.

"Sam mau minta izin," Lio menukikkan alisnya.

"Izin apa?"

"Lio izinin Sam keluar dari mansion ini ngga? Sam mau hidup mandiri, tidak mungkin Sam harus bergantung sama keluarga Lio selamanya kan? Sam ngga mau jadi beban, Sam mau kerja diluaran sana," Lio yang mendengar perkataan Sam semakin mengerutkan keningnya.

"Kenapa? Apa yang ayah kasih sama Sam kurang? Apa kasih sayang yang Lio beri kurang? Ke..napa? Hiks!" Sam menggeleng, ia mengusap pipi Lio yang berderai air mata.

"Sam bersyukur banget bisa bertemu dengan Lio, bahkan Sam sangat menyayangi Lio sebagai mana saudara. Sam fikir tak mungkin Sam jika terus menerus tinggal disini, jika boleh pasti nanti Sam akan sering jenguk Lio kesini," Sam benar-benar sudah membulatkan tekad.

"Janji ya bakalan sering kesini nanti, Lio izinin," ucap Lio sembari menahan agar tidak menangis lagi.

Sebenarnya Lio tak mau, namun lagi-lagi ia tak ingin Sam tak nyaman.

|SAMUDRA|

Ia kira dirinya akan sangat sulit untuk keluar dari mansion ini, namun nyatanya mereka seakan benar-benar ingin ia pergi.

Hanya Lio, Rose, dan Sarah saja yang terlihat kehilangan, sedangkan tiga titan yang lain bersikap biasa aja dengan si sulung yang menatap remeh dirinya.

"Sam pergi dulu ya, terimakasih sudah diizinkan tinggi disini," Sam sudah menggendong tas di punggungnya, ia salim pada Rose dan Sarah.

Sam juga memeluk Lio yang berada di kursi roda, "See u again, Lio!"

"See u, kamu beneran ngga mau diantar supir aja?" Tanya Lio.

"Tidak perlu, babay!" Sam berjalan hampir melewati tiga titan.

Mereka bertiga seakan niat sekali untuk berangkat kesiangan agar bisa melihatnya pergi, ck!

"Terimakasih tuan Stef sudah mengizinkan saya tinggal disini, terimakasih tuan Arxel dan Axvel yang sudah menerima saya disini, saya pamit," Sam membungkuk hormat, dan berjalan menjauh.

"Tunggu!" Sam berbalik ketika suara si sulung memanggilnya.

"Iya tuan?"

"Kemari!" Sam berbalik dan berjalan mendekati Arxel, takut-takut.

"Ini untuk kamu, pastikan lo jangan pernah kembali lagi!" Arxel memeluk tubuh Sam dengan amplop berisi uang, sembari membisik pelan ucapan terakhirnya.

"A-ah terimakasih tuan Arxel, anda tak perlu memberikan ini," tolak Sam setelah Arxel mengurai pelukannya.

"Terima saja, apa susahnya!" Kali ini Sam tak bisa mengelak ketika Stef yang berbicara.

"Baiklah, terimakasih saya pamit."




TBC!

Sam : gw pergi ya, keluarga lo ngga a6
Lio : maka dari itu kenapa lo minggat!

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now