DUA BELAS

20.2K 2.2K 97
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

"Karena benturan keras yang mengenai dadanya, pasien sepertinya mengalami panic attack yang mengakibatkan rasa sesak di dada. Benturan di dadanya memang cukup keras, dilihat dari ruam yang begitu kentara, dan syukurlah tidak sampai terjadi keretakan," ucap si dokter pada Stef.

"Kapan dia akan siuman?" Tanya Stef sembari melirik Sam yang terbaring di ranjang pesakitan lewat kaca pintu.

"Kurang dari satu jam pasien akan siuman, saya permisi," sepeninggalan si dokter, Stef langsung memasuki ruang rawat Sam.

Jika kalian tanya dimana Gear? Tentu saja di perusahaan. Stef menyuruh Gear kembali karena katanya ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

Stef mendudukkan dirinya pada sofa yang tersedia, ia membuka ponselnya dan melihat roomchat nya pada putra bungsunya.

Baby Lio
Ayah sudah nemuin adek ku belom?☹️

Anda
Tidak perlu khawatir, Ayah pasti akan menemukannya

Baby Lio
Janji ya? Oh iya nanti makan siang bawain cheese cake buat Lio ya? 🤤

Anda
Pesanan diterima

"Shhh, ayah jangan ayah! Sa-sakit! Hiks... hiks... berhenti! Ughh dada Sam sakit, hikss..." Stef mengalihkan perhatiannya lalu mendekati ranjang Sam, ia menatap Sam yang bergerak gelisah sembari meracau.

"Sam, hei bangun. Sam Sam!" Bukannya tenang, Sam justru semakin menangis kesakitan dalam tidurnya.

"Hei, tenanglah. Tidak ada ayahmu disini," dengan nalurinya Stef langsung memeluk erat Sam.

Stef semakin mengeratkan pelukannya ketika Sam memberontak, "Hiks... hiks... ayah... jangan lagi hiks.."

"Sam! Tenang, tidak ada ayahmu disini, ini ayahnya Lio," Stef tak pernah melakukan skinsip sedekat itu kecuali dengan keluarganya.

Namun entah kenapa ia melakukan hal ini, Sam seolah menariknya perhatiannya kali ini.

"Hiks... hiks.. tuan Stef..." wajah Stef lah yang pertama Sam lihat.

"Iya, ada yang sakit?" Lagi, ini bukan Stef banget!

"Hiks.. dada Sam sakit. Tadi ayah pukul pukul Sam, terus nyudutin rokoknya sama Sam, takut.." mengingat hal itu Sam menjadi takut pulang.

"Sssttt, tenang. Setelah tenang, kamu bisa cerita apa yang terjadi," Stef mengelus punggung sempit Sam.

"Ughh, lepas dulu," Stef mengurai pelukan ia menatap Sam yang mulai tenang.

"Maafin Sam udah ngga becus kerja, tadi Sam tidur di lantai setelah ngepel lantai ruangannya pak Arxel. Sam kebangun karena pak Arxel yang nendang ember berisi air pel hingga kena dada Sam, itu sangat sakit.

Sam takut, ingatan kekerasan yang Ayah Sam lakukan pun tiba-tiba muncul di kepala waktu itu, dada Sam rasanya jadi sesak. Sam tau ayah udah jadi lebih baik, ta-tapi kenapa Sam jadi kepikiran itu lagi?"

"Baiklah, jangan takut lagi kamu ngga salah," Stef mengelus rambut Sam lembut.

"Terimakasih," ucap pelan Sam.

"Iya, saya keluar sebentar kamu istirahat dulu," Sam hanya mengangguk diikuti Stef yang keluar ruangan.

Diluar ruangan, Stef mengotak atik ponselnya. Ia mendial nomor seseorang, "Tanggungjawab atas apa yang kamu perbuat, datang ke RS Flamboyan."

|SAMUDRA|

"Harusnya aku marah karena anak itu merepotkan ku! Tapi kenapa aku justru ingin cepat cepat menemuinya! Sial!" Arxel meletakkan kasar ponselnya.

Apakah ayahnya sudah melunak karena tingkah sok polos anak itu? Cih, ia takkan semudah itu termakan wajahnya yang sok polos!

Dengan kesal namun bersemangat, Arxel meninggalkan ruangannya untuk mendatangi Sam di rumah sakit. Jika tidak karena Ayahnya yang menyuruh, ia mana mau melihat Sam!

Tak butuh waktu yang lama untuk dirinya sampai ke rumah sakit, ia segera mencari ruangannya setelah bertanya via chat pada ayahnya.

Setelah menemukan ruangannya, Arxel langsung masuk tanpa mengetuk. Cih! Pemandangan yang mengharukan! Ayahnya sedang menyuapi Sam.

Sam yang melihat Arxel sontak saja langsung menegakkan badannya, tegang.

"Tak perlu tegang," ucap Stef kembali menyuapi Sam dengan bubur.

"Nih gantian, ayah mau keluar. Jagain yang bener!" Stef memberikan mangkuk buburnya pada putra sulungnya.

Sepeninggalan Stef, kini Sam benar-benar merasakan ketakutan. Apakah ia akan ditendang dari ranjang ini?

"Biar saya makan sendiri pak," dengan gemetar Sam mengambil mangkuk buburnya dari tangan Arxel.

"Cih, memang siapa yang mau nyuapin?!" Arxel menatap Sam yang berusaha mengangkat sendok buburnya dengan susah payah.

"Ck! Menyusahkan! Sini biar aku saja!" Arxel dengan kasar mengambil kembali mangkuk bubur beserta sendoknya.

Ia dengan ogah-ogahan menyuapi Sam, "Uhuk Uhuk!" Sam terbatuk, Arxel menghela nafasnya sabar. Oke ini salahnya karena menyuapinya dengan brutal.

"Nih minum, makanya pelan-pelan makan buburnya!" Hei! Yang nyuapin siapa woy?!

Setelah meminum air putih, Sam kembali makan bubur suapan dari Arxel, kali ini lebih pelan dan manusiawi.

"Selesai makan langsung tidur, jangan nyusahin!"

"I-iya," cicit Sam.

Dan benar, setelah makan Sam memaksakan diri untuk tertidur. Ia takut jika tidak mematuhi Arxel, takut ditendang lagi.

Namun beberapa saat ia terlelap, ia terjaga lagi. Ia ingin buang air kecil. Mengedarkan pandangannya, ia melihat Arxel duduk di sofa dan sibuk dengan ponselnya.

Bruk!

Oke malapetaka!

Sam terjatuh dari ranjang karena tak kuat menahan topangan tubuhnya, ia memang sakit di bagian dada namun efeknya ia lemas pada seluruh bagian tubuhnya.

Tangan Sam yang diinfus pun berdarah karena tarikan yang kuat membuat infusnya terlepas paksa.

"BISA NGGA SIH NGGA USAH NYUSAHIN?! MAU NGAPAIN LAGI HAH?!" Arxel berteriak marah seraya berjalan mendekati Sam.

"Hiks.. mau pipis.." pecah sudah tangis Sam, ia ketakutan.

TBC!
Aku kalo yang dimintai tolong mukanya kaya si Arxel juga takut, mending ngelakuin sendiri!

KATAKAN BILA SEMAKIN ANEH!

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now