TIGA BELAS

20.1K 2.3K 33
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

"Ugh hiks.. ma..af pak Arxel pergi aja gapapa, Sam bisa sendiri," cicitnya masih terisak.

Sam sangat tertekan akan aura yang Arxel keluarkan sejak membantu Sam di toilet, bahkan Arxel tak mengalihkan tatapan tajamnya pada Sam.

"Tidur!"

Sam dengan pelan merebahkan tubuhnya, ia harus cepat-cepat tidur.

"Hiks... Sam tidur dulu hiks.." Sam menutup matanya, ia sudah terlalu banyak menangis hari ini.

Melihat bocah di depannya sudah terlelap, Arxel pun berjalan menuju sofa. Ia menghela nafas lelah.

Selang beberapa menit kemudian.

Tok tok tok

Arxel menatap pintu ruangan yang terketuk, entah siapa yang datang.

Seorang pria paruh baya terlihat memasuki ruangan, Arxel menatap tak bersahabat pria itu.

"Siapa kau?" Sarkas Arxel namun tetap pelan agar Sam tidak terganggu.

"Saya ayah Sam," Alan menatap pemuda didepannya, sesekali menatap putranya yang terlelap.

"Ohh ayah bajingan yang selalu menyiksa Sam," Alan tak berani mengelak, itulah kenyataannya.

"Maaf tuan, saya hanya ingin menjenguk putra saya," Arxel menatap tak suka Alan yang sok perhatian itu.

Alan tak mengindahkan tatapan Arxel, ia mendekati ranjang pesakitan Sam. Dengan lembut, ia mengelus pipi putranya yang sedikit tembam.

"Dengarkan ayah baik-baik, ayah menyayangi mu Sam. Ayah minta maaf untuk segala rasa sakit yang ayah berikan untuk mu, setelah ini jika ayah melakukan kesalahan lagi, maka menjauhlah. Jangan kembali ke ayah lagi, ayah benar benar menyayangi mu," Alan mengecup kening Sam lama sembari meneteskan air matanya.

"Cih, mau kau meminta maaf sembari menangis kaya gimana pun Sam ngga akan denger kalo dia tidur!" Alan mengusap kasar air matanya di pipinya, ia juga mengusap pelan air matanya yang menetes di kening putranya.

"Tuan, bisakah kita bicara?" Alan menatap Arxel memohon.

"Aku tidak punya banyak waktu!"

"Sebentar saja," Alan menangkupkan kedua tangannya memohon pada Arxel.

"Hah, ayah dan anak sama-sama merepotkan! Oke, sebentar saja!" Arxel berjalan keluar ruangan diikuti Alan dibelakangnya.

"Ck! Pasti ayah yang memintanya kesini!" batin Arxel.

|SAMUDRA|

Esok harinya, Sam ingin mengatakan sesuatu pada Arxel tapi ia takut. Memang, Arxel sejak kemarin tidak pulang ia selalu menunggu Sam bahkan makan dan pakaian pun diantar suruhannya Arxel.

Arxel yang merasa sejak tadi ditatap oleh Sam pun menatapnya balik, namun dengan tatapan tajam andalannya.

"Kenapa menatap ku?!" Arxel beranjak dari sofa, lalu berjalan mendekati ranjang.

"P-pak, Sam boleh pu-lang?" Cicit Sam, ia ingin memastikan sesuatu.

"Jalan aja susah, sok sokan mau pulang! Mau nyusahin ayah mu hah?!" Sam menggeleng, justru ia ingin memastikan ayahnya baik-baik saja atau tidak.

"Biaya rumah sa-"

"Sudah ku bayar, kau mana sanggup!" Mulutnya~

"Mungkin sanggup, kan waktu itu dikasih uang sama bapak," ucap Sam yang mendapat tatapan nyalang Arxel.

"Oh mulai belagu ya kamu?!" Sam memejamkan matanya sebentar, berbicara dengan Arxel sangat sangat menguras tenaga.

"Maaf. Hari ini boleh pulang?" Tanya Sam seperti pertanyaan awal.

"Besok!"

"A-ah baiklah, terimakasih."

"Hmm, mau ke taman tidak?!" Tanya Arxel yang mendapatkan tatapan tak percaya Sam.

"Mmm, sendiri?" Sam menggeleng, ia mana bisa kalau sendiri.

"Kamu pikir?! Ya dengan ku lah! Jalan aja susah, belagu mau sendiri!" Boleh tidak Sam teriak di depan wajah Arxel? CUMAN TANYA, NJIR! NYOLOT BANGET!

"Mau ngga?! Diam aja, kau bisu?!" Ayo buang Arxel ke rawa-rawa!

"Mau," lama lama Sam merasa kesal sendiri jika berbicara dengan Arxel.

Arxel mengambil kursi roda yang terdapat dalam ruangan, ia mendekatkan kursi tersebut pada sisi ranjang.

Dengan ogah-ogahan ia menggendong bridal Sam lalu mendudukkannya pada kursi roda. Ia juga memasangkan infus pada tiang yang tersedia di kursi roda.

Arxel mendorong kursi roda keluar ruangan, tujuannya adalah taman rumah sakit. Sesampainya di sana, terlihat beberapa pasien lain pun berada di taman untuk berjemur menikmati cahaya pagi yang hangat.

Hingga setengah jam lamanya mereka berdua hanya saling diam, Arxel yang fokus pada ponselnya, Sam yang menatap para pasien yang berjemur.

Tiba-tiba, seorang anak kecil berkursi roda dengan suster dibelakangnya mendekati Sam.

"Kakak kakak," anak itu memanggil Sam.

"Ah iya, ada apa?" Tanya Sam dengan senyum manis di bibirnya.

"Ino boleh ngobrol sama kakak? Ino ngga punya teman untuk mengobrol," lirih anak itu dengan tatapan sedih.

"Wahhh, boleh dong. Mau ngobrolin apa?" Antusias Sam, pasalnya ia juga tak memiliki teman mengobrol.

"Kenalan dulu? Nama Ino, Ervino dipanggil Ino, kakak?" Ino mengenalkan dirinya sembari mengulurkan tangannya pada Sam.

"Kakak Samudra, dipanggil Sam. Kamu kelas berapa Ino?" Tanya Sam melupakan keberadaan Arxel.

"Kelas tiga SD, kakak itu kakaknya kak Sam?" Perhatian Ino teralihkan pada pria yang fokus duduk di kursi belakang Sam.

"Iya, masalah?" Bukan Sam yang menjawab, melainkan tuan muda sarkastik yang bernama Arxel tentunya!

"Ihh, kakaknya kak Sam nyebelin!" Sam dengan pelan terkekeh, takut kena semprot.

"Kalo mau ketawa, ketawa aja! Ngga usah di tahan-tahan!"

"Ihhh galak!" Sungut Ino pada Arxel.

"Ga peduli!" Ino tak mengindahkan Arxel, ia kembali menatap Sam.

"Ino boleh cerita?" Tatapan Ino menyendu.

"Iya boleh dong, Ino mau cerita apa? Kakak pasti dengerin," Sam mengelus pipi tirus Ino, cukup tirus untuk anak yang masih pada masa pertumbuhan.

"Ino punya keluarga, tapi ngga ada yang peduli sama Ino. Bahkan disaat sekarang Ino mau meninggal saja, mereka nggada yang peduli! Hiks... papa mama lebih sayang pada kakak kembar Ino yang sakit, hiks... padahal Ino disini juga sakit hiks... kakak tau? Kata dokter umur Ino ngga akan lama lhoo, jadi Ino capek, rasanya pengen nyerah, kan ngga akan lama Ino akan meninggal," Sam tak kuasa menahan tangisnya, ia mengusap pipi Ino yang sudah banjir air mata.

"Mereka pasti sayang kok sama Ino, cuman waktunya aja yang ngga tepat. Ino ngga boleh nyerah, masih ada orang yang sayang sama Ino. Kakak sayang sama Ino, kak Arxel sayang sama Ino, suster Ino juga sayang sama Ino, jadi jangan nyerah ya?"

Ino terlihat seperti mempertimbangkan perkataan Sam, "Iya tapi nggatau."

"Loh kok nggatau? Harus janji dulu sama kakak, janji jangan nyerah okey?" Sam mengulurkan sebelah tangannya untuk melakukan pinky promise.

"Janji?"

"Janji.." ucap Ino sembari membalas tautan jari kelingking Sam, mereka berdua lalu tersenyum.

"Kita kembali!" Arxel memegang kendali kursi roda Sam, meninggalkan Ino yang melambaikan tangannya pada Sam.

"Selain galak, dia juga pengganggu! Hishhh!"

TBC!
Ada kesan pesan? OHOHOHO!
Yang terakhir maksain banget😖

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now