DELAPAN

21.5K 2.3K 44
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

"Wah, kau kembali anak sialan?" Mengingat bagaimana perangai ayah Samudra asli, membuat Sam gemetar dan takut diambang pintu rumah.

Bisa Sam lihat Alan, ayah Samudra yang sedang duduk di dalam rumah sembari merokok. Sam berjalan memasuki rumah lebih dalam hampir mendekati Alan.

"Kau tak sanggup hidup luntang luntung di jalanan, heh?" Alan mematikan rokoknya.

Duagh!

Geram tak ada jawaban, Alan sontak saja langsung menendang Samudra yang sudah berada di dekatnya hingga terjatuh.

"Kau mendadak bisu?!" Alan menarik baju depan Samudra kuat hingga Sam berdiri, tangan Sam meremat kuat perutnya yang sakit.

"Jawab sialan!" Sam menatap Alan takut, tubuhnya gemetar.

"Ma-af," Alan terkekeh yang terdengar sangat menyeramkan di telinga Sam.

"Cepat masakkan aku makanan!" Alan melepaskan cengkeramannya, sembari mendorong kasar Sam.

Sam buru-buru berjalan menjauh dari Alan, ia dengan cepat mencari dimana keberadaan dapur rumah ini tanpa melepaskan rematan pada perutnya.

Setelah menemukan dimana letak dapur dan menahan rasa sakit pada perutnya, ia tetap berusaha memasak, ia bersyukur dulu ia sering membantu bundanya memasak, jadi sekarang ia tak kesulitan.

Dengan bahan seadanya, ia membuat  nasi goreng telur yang semoga saja Alan suka. Setelah beberapa saat, Sam membawakan nampan berisi sepiring nasi goreng dan segelas air putih keluar area dapur.

Sam mendekat kearah Alan, "Silahkan di makan ayah ah maaf maksudnya tuan," tolong Sam ngga tau mau panggil Alan siapa!

"Aku bukan majikanmu! Panggil aku ayah!" Alan menatap tajam Sam yang tengah menunduk.

"Ah iya, ayah," maunya dipanggil ayah, tapi kelakuan kaya bajingan!

Setelah itu Sam langsung ke dapur untuk meletakkan nampan, lalu berjalan mencari kamarnya. Hanya bermodalkan insting, akhirnya Sam menemukan kamarnya.

Sam mendudukkan dirinya diatas kasur keras sekeras lantai, "Apa aku harus mencari perhatian ayah, untuk mendapatkan kasih sayangnya?" Ini sulit, bahkan Sam sendiri tak yakin akan bisa melakukan hal itu.

"Sudahlah, lebih baik aku menyiapkan berkas untuk lamaran besok," Sam menggeledah isi lemari nya, ia memilah milah berkas yang sekiranya penting.

Setelah selesai, ia langsung memasukkan berkasnya kedalam map yang sudah ada.

Sam berjalan menuju ranjangnya, ia berniat merebahkan diri sebelum teriakan Alan terdengar.

"ANAK SIALAN! KEMARI!"

"Lama lama ku panggil ayah sialan, itu orang," dengan malas Sam keluar kamarnya.

|SAMUDRA|

Karena tak mau buang tenaga untuk mutar-mutar cari kerjaan, Samudra tadi malam sudah mencari 'info loker' lewat ponsel Alan. Dia tidak punya ponsel, saat di keluarga Gatravic, dia memang pegang ponsel tapi bukan miliknya, itu milik Lio.

Ia bersyukur tadi malam Alan mau meminjamkan ponselnya, dan ia menemukan loker yang sesuai dengan syarat syarat yang ia punya, walaupun hanya sebagai office boy pada salah satu perusahaan di pusat kota.

Dengan pakaian rapi, ia berjalan menuju lobby perusahaan. Ia tak tau harus datang di bagian mana, jadi ia mendatangi mba mba yang ia ketahui sebagai resepsionis.

"Mba, mau daftar jadi ob daftar dimana?" Tanya Sam tanpa basa-basi.

"Oh iya dek. Yuna, tolong anterin adek ini mau jadi ob," ucap si mba resepsionis ramah menyuruh rekannya.

"Ayo dek, kakak anterin," sebenarnya Sam itu sebal, di panggil dak dek dak dek mulu, apakah ia terlihat begitu kecil? Atau terlalu muda?

Sam disuruh duduk di kursi luar ruangan, "tunggu disini ya dek, ada yang lagi interview didalam," Sam mengangguk.

"Makasih ya kak," sopan Sam.

"Sama sama manis!" Sam hanya menggelengkan kepalanya heran melihat wanita yang ia ketahui bernama Yuna itu salbrut sembari berjalan menjauh darinya.

Seseorang keluar ruangan, lalu ia secara naluri langsung mengetuk pintu setelah orang yang sebelumnya sudah selesai interview.

"Permisi, saya mau interview kerja," Sam dipersilahkan duduk.

Sam memberikan dokumennya, ia lumayan gugup. Pasalnya ia tak pernah mendaftar kerja.

"Perkenalkan saya Candra, saya disini sebagai HRD. Langsung saja, kamu yakin mau kerja jadi OB?"

"Yakin!"

"Dengan tubuh kamu yang mungil itu?" Sam mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum melotot menatap calon atasannya.

"Saya itu gagah tau!" Sungut nya lupa bahwa sedang interview kerja.

"Hahaha, baru kali ini ada calon pekerja yang meneriaki saya," kekeh nya sembari menyindir Sam.

"Eh eh, maaf om eh kak eh pak! Aduh maaf bingung!" Sumpah Sam malu banget!

"Hahaha, kamu lucu. Kamu saya terima, besok langsung datang kesini sebelum jam delapan," Sam membuka mulutnya terkejut, semudah itu?!

-Gw permudah aja sih ^•^

"Semudah itu pak? Kok bisa? Yang tadi ngga diterima?"

"Intinya, karena kamu lucu kamu saya terima," alasan yang sangatlah tidak masuk akal!

Apa kalo dia nyalon jadi presiden bakalan di pilih juga karena lucu?! Hah?! Tolong jelaskan!

"Baiklah, kamu bisa pulang. Besok jangan sampai terlambat, langsung datang ke ruangan khusus ob, cari sendiri," lama lama itu orang ngeselin.

"Jujur, interviewnya ngga jelas," batin Sam sembari beranjak dari kursinya.

"Baik terimakasih pak, saya pamit undur diri," Sam keluar ruang dengan muka masam.

Ia masih sebal dikata mungil, padahal dia itu gagah loh. Siapapun katakan bahwa Sam itu gagah! Bukan mungil!


TBC!

Prik ngga sih?

Btw, perihal pendaftaran Sam jadi OB, kalo salah perihal orang-orangnya maaf, itu hanya imajinasi ku.

Aku ngga tau apakah OB, daftarnya tetep sama HRD apa ngga.

Kalo kalian tau, tolong kasih tau aku nanti aku revisi.

See u~

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now