LIMA BELAS

20.4K 2.2K 81
                                    

≪•◦ HAPPY READING ◦•≫

Vote! Vote! Vote!

Lio mengelus punggung sempit Sam yang bergetar, ia memang ingin bertemu dengan Sam, tapi tidak dengan keadaan seperti ini juga. Tiba-tiba tadi kakak sulungnya datang ke kamarnya, dengan seseorang digendongannya.

Yang membuat Lio terkejut adalah, kakak sulungnya itu menggendong seseorang yang sangat ia rindukan, Sam. Dengan keadaan sudah menangis keras dengan perban di kepalanya. Dan kini di atas sofa kamar Lio, Lio berusaha menenangkan Sam yang tak kunjung berhenti menangis.

"Adek tenang ya, jangan nangis terus. Nanti kamu sesak, udah ya..." Lio mengurai pelukan, ia mengusap lembut kedua pipi Sam yang banjir air mata.

"Ugh... hiks... ayah... ayah Sam jahat hiks... dia udah dipenjara tapi hiks... ugh kasian..." entah bagaimana lagi untuk menghentikan tangis Sam.

Dikamar Lio, semua anggota keluarga ada disitu. Bahkan Axvel yang tak pernah absen untuk memarahi muridnya di sekolah pun memilih pulang demi melihat Sam yang katanya kembali lagi ke mansion.

"Uhuk uhuk! Hiks... ugh... ayah hiks..." Rose menuangkan air putih untuk Sam.

"Minum dulu, tenggorokan kamu pasti sakit karena kebanyakan menangis," Rose memegangi gelas airnya, dan Sam hanya tinggal minum airnya.

"Mau tidur hmm?" Lio menangkup wajah Sam yang memerah.

"Umm ngga mau lepas pelukannya..." Sam tak melepaskan pelukannya sedikit pun, ia memeluk tubuh Lio semakin erat.

"Iya, tapi lepas sebentar setelah itu tidur," Sam menggeleng di ceruk leher Lio.

"Lepas dulu, atau kamu ngga akan liat Lio lagi?!" suara Arxel menginterupsi.

"Hiks hiks... huwaaa..." Ucapan Arxel memang membuat pelukan Sam mengurai, namun tangisan anak itu menjadi semakin keras.

"Diem! Sekarang tidur dengan benar!" Arxel mengangkat tubuh Sam lalu merebahkannya di ranjang.

Axvel juga menggendong tubuh Lio ke ranjang.

"Adek udah nangisnya, kalo ngga mau berhenti kakak marah!" Lio menatap tajam Sam, sebenarnya jatuhnya lucu bagi anggota keluarga yang lain namun bagi Sam, Lio sekarang terlihat galak dan menakutkan.

Sam yang takut pun mencoba untuk menghentikan tangisnya, "Ughh i-iya."

Lio memeluk tubuh yang lebih kecil darinya sembari mengelus punggung sempit Sam agar adiknya lekas tertidur.

"Ayo kita keluar," Rose mengajak suami dan kedua putranya keluar kamar, biarlah Lio menghabiskan waktunya dengan Sam.

|SAMUDRA|

Tak terasa sudah seminggu Sam berada di mansion Gatravic, Sam seolah lupa akan ayahnya yang dipenjara. Walaupun beberapa kali di setiap malam ia akan menangis karena memikirkan Alan.

Tak seperti ketika pertama kali ia kesini, kini Sam begitu di manjakan oleh anggota keluarga Gatravic. Bahkan Stef dan twins A pun menjadi lebih lunak walaupun terkesan tsundere.

"Lio-"

"Panggil kakak!" Potong Lio yang tak suka bila dirinya hanya dipanggil nama oleh Sam.

"Ishh, kan lebih tua Sam!" Tolak Sam sembari merenggut.

"Ngga mau tau! Kalo ngga mau panggil kakak yaudah! Kita musuhan!" Lio memalingkan wajahnya dari Sam, ia pura-pura marah.

"Hishhh! Iya iya, kakak!"

"Iya kenapa adek?" Balas Lio dengan senyum manis menatap Sam, yang sebenarnya terlihat menyebalkan.

"Katanya waktu itu mau kasih liat lukisan?"

"Oh iya, ayo kita keruang lukis!" Sam yang berniat mendorong kursi roda Lio pun di hentikan oleh Lio.

"Adek ngga perlu dorong, ini kan bisa jalan otomatis."

"Ngga perlu jawab lagi!" Baru juga mangap udah di tolak.

"Ishh, iya iya!"

Mereka berdua memasuki ruang lukis, Lio terlihat mendekati salah satu almari. Dia membuka laci bawah, dan mengeluarkan sebuah canvas lukisan.

"Tadaaa! Bagus ngga?"

"Wahhhh, bagus banget!" Sam benar-benar terkesima akan lukisan Lio, dimana terlihat perfect, dan terlihat nyata.

Sam bahkan merasa bahwa ia didalam lukisan tersebut terlihat sangat tampan!

"Ayo kita pajang di dinding kamar!" Sam mengangguk semangat.

Mereka keluar ruangan, lalu melihat tembok kamar untuk melihat dimana letak yang pas untuk memajang lukisan ini.

"Kita panggil pengawal biar dipasangkan" ucap Lio setelah tau dimana ia akan memasang lukisannya.

"Ngga perlu, Sam bisa pasangin!" Tanpa menunggu jawaban dari Lio, Sam sudah keluar kamar untuk mencari palu dan paku.

Tak berselang lama, Sam memasuki kamar lagi dengan paku, palu, tak lupa sebuah kursi tanpa sandaran yang lumayan tinggi.

"Kakak ini bukunya aku kesamping in dulu ya, mau naikin ini kursi!"

"Dek, nanti jatuh! Kita panggil pengawal aja," Sam menggeleng cepat.

"Tidak perlu kakak, Sam bisa kok!" Setelah menaikkan kursinya, Sam berusaha menaiki meja dan menaiki kursi.

Dia juga sudah membawa paku dan palu bersamanya, dengan cepat ia memukul paku yang ada agar bisa tertanam di tembok.

"Kak sini kasih lukisannya," Lio mengulurkan tangannya keatas untuk memberikan lukisan, sedangkan Sam juga mengulurkan tangannya kebawah.

Ilustrasi nya⬇️

"Sam?! Kamu ngapain?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sam?! Kamu ngapain?!"

"AAAAAA! Bunda!" Sam yang terkejut pun terjun bebas.

Bruk!

"SAM/ADEK!"

"Mmm ngga papa kok, Sam ngga papa hehe," Sam berdiri dari jatuhnya seolah tak merasakan sakit.

Padahal sebenarnya ia menahan mati-matian untuk tidak menangis, sejujurnya pergelangan tangannya sakit karena menahan tumpuan tubuhnya ketika terjatuh.

Rose mendekat, "Benaran ngga papa, Sam?" Rose menatap Sam yang sudah berdiri.

"Hehe, ngga papa kok. Maaf ya kakak, Sam ngga bisa pasang lukisannya," Sam menatap Lio tak enak, padahal tadi dia sudah kekeh ingin memasang sendiri.

"Kakak kan udah bilang, biar pengawal yang pasang, jadi jatuh kan kamu!" Ucap Lio menatap kesal Sam yang hanya cengengesan dari tadi.

"Hehe."

"Kalo sakit bilang ya Sam, ayo kita kebawah udah mendekati waktu makan siang," ucap Rose.

|SAMUDRA|

"Bunda! Sam demam!" Teriak Lio dari kamar ketika tengah malam, Sam meracau sembari menangis.

"Hiks... tangan Sam sakit hiks..."



TBC!
Semoga suka~

SAMUDRA ✓Where stories live. Discover now