"Javiel tau gak kalau kemalen Avin di culik telus Avin di paksa kelja cali uang, Avin ngamen di jalan, panas bangettttt, telus Avin tinggal sama anak-anak jalanan yang lain, tidul nya pake tikal, badan Avin sakit-sakit semua, Avin juga kadang di pukul kalena pulang gak bawa uang soalnya uang nya Avin beli gelembung sabun, telus Avin di malahin gak di kasih makan, dipukulin, gak boleh minta makanan sama yang lain, waktu itu Avin nangis kalena lapal, meleka jahat kan" tanpa sadar Avin menceritakan semuanya, ia bercerita sambil memainkan telinga Javier dengan kepala yang ia jatuhkan di bahu Javier
Semua nya yang mendengar cerita Gavindra mengepalkan tangan nya kuat, tatapan nya berubah menjadi tajam dan dingin, rasa ingin membunuh mereka pun kini hadir
Begitupun dengan Javier, ia sudah bersumpah akan membunuh mereka dengan keji karena sudah membuat anak nya tersiksa
Javier mengelus punggung Gavindra yang sepertinya mulai tertidur pulas, bagaimana tidak jika dulu saat menjadi Alvian, ia sering tidur di gendongan ayah nya, ah Javier benar-benar seperti ayah nya, pelukan Javier benar-benar seperti pelukan ayah nya, jika begini gimana kalau ia tak mau lepas dari Javier nanti
Hah~
"Kim" panggil Javier dengan suara rendah nya, ini sudah menandakan jika ia sedang menahan amarah nya
"Saya disini tuan" Kim masuk setelah ia mendengar jika Javier memanggil
"Kau tau apa yang harus kau lakukan bukan"
"Di mengerti tuan, tapi bagaimana dengan anak-anak yang mereka culik ?"
"Ambil mereka semua dan bawa ke sebuah panti yang berada di bawah naungan Javas" Kim mengangguk mengerti lalu segera pergi
Semua orang terdiam sedang memikirkan sesuatu, sudah sangat jelas Javier akan memberi para penculik itu hukuman yang setimpal
"Panggil bodyguard inti untuk berjaga di sekitar rumah sakit, jangan biarkan Gavindra melangkahkan kaki nya keluar walaupun hanya selangkah" perintah Javier tegas membuat semua orang mengangguk mengerti
"Dad biarkan aku yang menggendong adek" ucap Kaivan meminta Gavindra yang tertidur pulas di gendongan Javier
Ia sudah merasa begitu nyaman menggendong Gavindra tadi, rasa nyaman yang selama ini ia cari ternyata ada pada adiknya yang ia abaikan selama ini, dan ia menyesali nya
Javier segera memberikan Gavindra pada Kaivan namun Gavindra menggeliat tak nyaman dan terisak kala ia merasa seperti ingin di pisahkan dengan pelukan ayah nya
"Javiel hiks~"
"Suuttt tak apa sayang Daddy disini"
Sebenarnya Javier geram karena Gavindra memanggil namanya bukan panggilan Daddy, tapi ia juga akan berusaha untuk tidak memaksa Gavindra agar anak bungsu nya itu tak ada keinginan untuk pergi, sudah cukup ia menjadi orang gila selama 3 hari itu, penyesalan dan rasa sesak itu ia tak ingin merasakan nya lagi
Kaivan menghela nafasnya pelan, mungkin si bungsu akan lebih menempel pada Daddy nya nanti, melihat bagaimana Gavindra begitu nyaman di gendongan Javier
Bahkan mereka melupakan Aris yang sedang kesal di rumah, ia tak ingat jika ada seseorang yang sedang menahan kesal di rumah, entahlah saat berada di dekat Gavindra semua pikiran yang awalnya bercabang kini berpusat pada si kecil Gavindra
"Tuan" semua orang menoleh melihat Kim yang masuk, menunduk sebentar memberi hormat
"Tuan muda Aris mengamuk di mansion karena tak ada satupun yang menemani nya" jelas Kim membuat mereka terdiam
Baru ingat jika mereka juga memiliki Aris
"Kaivan, Astra, Haikal, Varka, Aresta pulang dan temani Aris biar yang lainnya disini" perintah Javier tapi mendapatkan tatapan tak suka dari anak-anak
YOU ARE READING
Gavindra (Tamat) ✔️
Non-Fictionjust Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang pandai membuat lawan bicara nya terdiam Ikuti kisah nya sebagai Gavindra Dirgantara, bungsu yang a...