35

41.2K 4.7K 185
                                    

Avin melihat Daddy nya yang seperti menahan amarah, lalu ia berbalik memeluk Martin berharap jika ayah nya akan baik-baik saja

Javier menatap nyalang ia yang menatap nya terkejut

"Bawa dia ke tempat yang seharusnya, dan terima hukuman mu Kim" Kim mengangguk mengerti, salah nya juga yang ceroboh

Lalu Javier menatap tajam pada Martin membuat Martin tersentak kaget, hingga akhirnya Javier memejamkan matanya mencoba untuk menenangkan diri

"Kembalikan Gavindra" perintah Javier, Martin menghela nafasnya pelan lalu berjalan ke arah Javier ingin memberikan Gavindra pada nya tapi Gavindra menggeleng kuat dan memeluk leher Martin erat seolah ia memang tak mau bersama Daddy nya

"Jangan.." lirih Avin

"Gavindra" panggil Javier namun Avin tetap menggeleng pelan

Javier menghela nafasnya pelan, salahnya juga yang tak bisa mengontrol emosi membuat Gavindra takut

"Duduklah dulu, Gavindra tak ingin lepas dari mu" ucap Javier pada akhirnya

Martin mengangguk mengerti lalu berjalan ke arah ruang tamu, di ikuti oleh Javier dan ketiga anaknya yang lain

"Gavindra kau dari mana ?" Tanya Kaivan membuat Avin menoleh

"Tadi Avin mau ke taman, tapi Lanti anj- ekhem.. Lanti gak mau antelin jadi Avin kelual sendili" cerita Avin, hampir saja ia keceplosan ingin memanggil Ranti anjing, kan kasian anjing nya di samain sama Ranti

"Lalu kenapa bisa bersama paman Martin ?" Tanya Haikal

"Ohh, tadi Avin ke lumah sakit sama Abang Lama, tadi ada Abang yang bantuin Avin"

"Kalian tidak bisa membiarkan Gavindra sendirian di rumah apalagi ia masih 10 tahun, meninggalkan nya dengan orang asing hanya akan berdampak buruk bagi Gavindra" jelas Martin

"Gavindra kemarilah" ucap Javier membuat Gavindra turun dari pangkuan Martin dan menghampiri Javier

"Maafkan Daddy hmm" Avin mengangguk saja lalu masuk kedalam pelukan hangat Daddy nya

"Terimakasih sudah menjaga nya selama di luar" ucap Javier membuat Martin mengangguk

Martin menghela nafasnya pelan, lalu menatap Gavindra yang sedang bercerita pada Javier tentang ia yang menyentuh perut bumil di rumah sakit tadi

"Tentang penawaran mu kemarin.." ucapan Martin membuat semua atensi mengarah padanya, Martin menghela nafasnya lagi, ia sudah memikirkan semuanya karena kejadian barusan, ia juga marah saat melihat seorang pengasuh yang tak bertanggung jawab seperti itu

"Aku bersedia menjadi pengasuh Gavindra" ucap Martin membuat Avin menatap nya berbinar

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjaga nya jadi kalian tak perlu khawatir, tapi aku tetap akan menjadi dokter anak dan kembali ke rumah sakit, hanya saja waktu ku akan aku atur dengan baik" jelas Martin membuat ruangan tiba-tiba hening

Tapi tidak dengan Avin, sekitar nya nampak di kelilingi oleh bunga-bunga saling senangnya karena ia akan tinggal bersama ayah nya lagi

"Kau senang hmm" tanya Javier mencium pipi Gavindra

Gavindra mengangguk antusias lalu memeluk leher Javier dan mencium pipi nya sekilas hingga ia kembali menghampiri Martin dan ikut memeluk Martin

"Kalau begitu aku pergi dulu, ada urusan yang harus aku urus, kalian mau ikut ?" Tanya Javier pada ketiga anak nya yang lainn

"Tentu saja, tak mungkin kami meninggalkan tontonan gratis bukan" ucap Astra tersenyum penuh arti

"Anggap saja tumbal untuk rumah baru" balas Haikal menyeringai, begitupun dengan Kaivan dan Javier yang ikut menyeringai lalu pergi ke tempat dimana ruangan yang awalnya kosong akan berubah menjadi lautan darah

Martin hanya menatap kepergian mereka, ia juga tak berniat untuk ikut campur lagipula bukan urusan nya

"Eh ? Daddy mau kemana... Avin ikut" baru saja Avin ingin mengejar daddy dan Abang nya, Martin sudah lebih dulu mengambil Avin dan menggendong nya, membawa nya ke dapur

"Disini saja, apa kau menginginkan sesuatu ?" Tanya Martin yang mengalihkan pembicaraan

"Avin belum salapan, tapi Avin mau salapan sama loti tawal pake selai blubeli" Martin menahan diri untuk tidak menerjang bocah di hadapan nya ini, wajah nya memerah pun sampai telinga karena gemas dengan cadel Gavindra

"Eh, lehel ayah melah"

Cukup sudah, Martin gak sanggup jika ia terus berada di dekat Gavindra ia akan terus terkena serangan jantung karena kegemasan nya Gavindra

"Gavindra, apa kau belum bisa mengatakan huruf R ?"

"Belum, Avin belum sekolah"

"Kau sudah 10 tahun kenapa belum sekolah ?"

"Tidak tau, tanya saja sama Daddy" Martin menghela nafasnya pelan, apa yang di lakukan pria tua itu sampai tidak menyekolahkan anaknya padahal duit banyak

"Baiklah, mulai besok kita akan belajar sebelum kau masuk sekolah ya"

"Avin sekolah ??" Martin mengangguk membuat Avin tersenyum lebar, akhirnya masa bosan nya akan selesai hari ini

"Nah tunggu di sini paman akan membuat kan mu roti nya" Avin mengangguk lalu memperhatikan Martin yang dengan lincah kesana kemari, mengambil roti, selai, pisau selai, dan piring

Tak lama Martin memberikan nya pada Avin, Avin langsung memakan nya dengan lahap karena memang benar ia belum sarapan

"Ayah nanti main ulal tangga ya" Martin mengangguk sambil tersenyum

Ahh agaknya kebahagian nya sudah lengkap, ada ayah nya, ada Daddy nya dan ada Abang nya

Sementara itu di ruangan lain, Javier dan anak-anaknya hanya menatap santai Ranti yang sedang di cambuk menggunakan rantai yang sudah di bakar lebih dulu oleh Kim, tentu saja nanti Kim akan mendapatkan giliran nya

"Ampun... Sshh... Ampuni aku.." lirih Ranti setelah ia sudah di ambil 20 kali

Punggung nya jelas berdarah dan memar, tapi Javier tak perduli, ia sudah hampir menghancurkan rumah nya kala mendengar jika Gavindra keluar rumah sendirian sementara Ranti malah enak-enakan santai di rumah bak seorang bos besar

"Salah mu sendiri yang bermain-main dengan ku" ucap Javier santai

"Ingin menguasai anak-anak ku ? Cih, terus lah tidur dan bermimpi" sambung nya lagi

"Jika kau tak tamak kau tak akan berada di posisi seperti ini, hidup mu terbuang percuma karena berurusan dengan ku"

Memang benar jika Ranti hanya orang biasa yang terobsesi dengan Javier makanya ia melakukan semua cara untuk mendekati Javier dengan cara mendekati anak-anaknya lebih dulu, namun semuanya harus sirna karena baru sehari ia di sini ia sudah harus mati

"Maafka aku..." Lirih Ranti

"Percuma, tidak ada yang bisa Lolos dari genggaman ku siapapun itu"

"Kim, persiapkan dirimu setelah ini giliran kau"

"Di mengerti tuan, sekali saya minta maaf atas kecerobohan saya"

"Hmm"

Javier tersenyum puas lalu keluar dari sana membiarkan teriakan Ranti menggelegar luar biasa pun dengan suara cambukan rantai yang bergesekan dengan punggung nya

Javier berjalan ke ruang tamu melihat dimana ada anak nya dan Martin yang duduk di karpet berbulu dengan puzzle besar di bawah, sepertinya mereka sedang bermain puzzle

Sesekali terdengar tawa dari dua pria berbeda usia itu membuat Javier tersenyum tipis, ia yang berniat ingin menghampiri Avin memilih untuk ke ruang kerja nya saja membiarkan keduanya menghabiskan waktu bersama








Gavindra (Tamat) ✔️Where stories live. Discover now