CHAPTER 28

9.2K 538 37
                                    

Happy reading:)

"Mati dalam rasa bersalah, itu yang lo mau?"

~Alkana Lucian Faresta~

Kediaman keluarga Faresta nampak begitu megah dan indah dengan bunga dan hiasan di mana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kediaman keluarga Faresta nampak begitu megah dan indah dengan bunga dan hiasan di mana-mana. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, semua orang sibuk berlalu lalang membawa barang-barang, Teresa dari lantai dua berkacak pinggang memantau apa ada yang kurang atau tidak.

Tiba-tiba ponselnya berdering, nama Arseno tertulis jelas di sana, Teresa menerima panggilan dari putra pertamanya itu.

"Halo sayang." sapa Teresa pada putranya.

"Kami akan berangkat Ma, Florin baru saja tiba. Kami akan menuju bandara sekarang." suara di seberang sana terdengar kaku dan formal, nadanya juga begitu datar, Arseno ibarat Alkana sepuluh kali lipat.

Teresa menghela nafas panjang, "Mama kan sudah bilang berangkat kemarin saja, apa kau tidak mau meninggalkan pekerjaan mu demi adikmu. Mama takut kalian terjebak macet nanti saat dari bandara, Mama tidak ingin kalian melewatkan acara ini." keluh Teresa khawatir.

"Of course Mom sedang ku lakukan sekarang, aku meninggalkan pekerjaan ku demi adikku. Mama tenang saja kami akan tiba tepat waktu."

"Tentu saja, Mama tau kau selalu melakukan yang terbaik Arsen, apapun itu. Mama harap kau tidak lupa memikirkan pasangan mu juga, lihat adikmu bahkan mendahului mu bertunangan, ingat kata Papa mu Arsen, Alkana tidak akan menikah sebelum kamu menikah. Mengerti?"

"Tentu Ma, aku mengerti." suara di sana terdengar bergumam.

"Jangan terlalu sibuk bekerja sayang, kau sudah pantas berkeluarga. Pulanglah kita akan bicarakan ini nanti, nanti kalian ketinggalan pesawat."

"Pesawat yang menunggu ku Ma, jangan lupa itu milikku."

Teresa menghela nafas, dia lupa. Anaknya ini memang sangat menyebalkan, entahlah jika Teresa marah padanya maka Arseno akan bertingkah di luar nalar, untuk itu Teresa selalu berusaha membujuk anak pertamanya itu dan melembutkan nada suaranya.

"Baiklah hati-hati, kami menunggu kedatangan kalian."

Panggilan berakhir, saat Teresa balik badan wanita itu terkejut dengan Alkana yang tiba-tiba berdiri di sana, sejak kapan?"

"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Teresa sok cuek, jangan lupa ya dirinya masih kesal perkara gaun semalam.

"Jangan terlalu menekan Arsen Ma. Dia akan menemukan pasangannya, itu pasti." dari ucapan Alkana berarti lelaki itu berada di sana sejak tadi dan mendengarkan percakapan mereka.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang