CHAPTER 24

11.9K 642 77
                                    

Happy reading:)

"Aku suka di repotin sama kamu."

~Alkana Lucian Faresta~

Seorang lelaki duduk melamun di balkon kamarnya memandang hamparan kota yang penuh warna di malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki duduk melamun di balkon kamarnya memandang hamparan kota yang penuh warna di malam hari. Dadanya sesak mengingat kejadian beberapa jam lalu, lelaki itu mengelus pelan cincin Liona, matanya memerah hampir menangis mengingat Athena-nya hampir menyerah pada kehidupannya sendiri.

Kini bukan di apartemen, Alkana sekarang sedang di rumahnya yang seperti istana.

Elusan pada pundaknya membuat Alkana menunduk dalam. "Apa Alkana gagal Ma?" tanyanya frustasi. Teresa menggeleng lalu duduk di samping putra keduanya itu.

"Tidak ada perjuangan yang sia-sia Alkana, hanya saja mungkin keberhasilannya sedikit tertunda. Kamu hanya perlu bersabar." Teresa mencoba menyemangati anaknya.

"Mama rasa apa yang Liona alami selama ini membuat mentalnya terganggu, Mama khawatir jika semakin parah Liona harus di bawa ke psikolog." penjelasan sang ibu membuat Alkana bungkam.

"Mama gak bilang Liona gila, mentalnya terguncang itu saja." jelas Teresa langsung karena takut anaknya salah paham.

Teresa tiba ketika Liona pingsan setelah membenturkan kepalanya ke dinding. Dengan panik ibu tiga anak itu menelpon dokter keluarga mereka. Awalnya Teresa pulang dari luar negeri dan berniat mengajak Liona dan Alkana untuk tinggal di rumah keluarga Faresta sampai pesta pertunangan mereka di adakan, namun saat menjemput keduanya Teresa malah di buat terkejut akan pertengkaran hebat mereka.

Teresa langsung membawa Alkana dan Liona pulang ke rumah setelah gadis itu selesai di obati di apartemen Alkana. Dengan hati-hati Alkana membawa Liona ke sini yang masih dalam keadaan pingsan.

"Mama maklumi pertengkaran kalian sebelumnya, karena mama berfikir kalian masih remaja yang menuju tahap dewasa. Tapi kali ini permasalahan nya tidak lagi sesederhana itu, Mama akan mengusut hal ini sampai tuntas." final Teresa.

"Alka..." panggilan lemah itu terdengar, Alkana memasukkan cincin itu ke dalam sakunya lalu melangkah memasuki kamar bersama Teresa. Gadis yang memakai baju tidur pink berbahan satin itu nampak lemah ketika duduk di atas tempat tidur.

"Sakit..." adu gadis itu, Alkana mendekat lalu memeluk gadis itu dengan lembut.

"Mana yang sakit, hm?" tanya Alkana setelah mengurai pelukan mereka. Teresa memperhatikan interaksi mereka, jangan heran jika seragam sekolah gadis itu sudah berganti, Teresa yang menggantinya.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang