CHAPTER 44

8.6K 509 34
                                    

Happy reading:)

"Kalau aku sumber keberanian kamu, maka kamu sumber kekuatan aku Athena."

~Alkana Lucian Faresta~

Seorang lelaki memejamkan matanya lelah dengan tingkah gadis yang terus menangis dalam pelukannya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang lelaki memejamkan matanya lelah dengan tingkah gadis yang terus menangis dalam pelukannya ini. Saat mereka tiba di rumah sakit gadis itu tiba-tiba sadar diri pingsannya saat dokter berniat memberikan suntikan pada lengannya.

"Nggak mau!!!" pekik gadis itu terus menangis.

"Emang gak bisa kalo gak di suntik?" tanya Alkana mulai goyah melihat tangisan Liona.

Jihan menghela nafas, "Harus di suntik!" tegasnya, Liona semakin menangis keras.

"Gak mau! Jangan!" pekiknya lagi.

"Udah gak usah di suntik, tapi janji jangan nangis lagi?" Liona menggeleng tidak mau.

"Papa jahat Alka, dia selalu nyakitin aku!" lirih Liona, Alkana mendengarkan, dia memberikan isyarat pada Dokter Jihan untuk mengambil kesempatan.

"Kamu kuat sayang, itu takdir yang gak bisa kita ubah." Alkana mengelus punggung gadis itu. Tanpa Liona sadari Alkana menurunkan lengan bajunya.

"Selama ini Papa ternyata selingkuh dari Mama, kasian Mama dia pasti menderita. Pokoknya aku gak mau tau, mereka harus pergi dari rumah itu. Rumah itu atas nama Mama Alka, mereka gak punya--"

Liona menghentikan ucapannya menahan sakit seperti di gigit semut pada lengannya, bibir gadis itu melengkung ke bawah matanya membulat melihat Dokter Jihan menarik jarum suntik itu dari lengannya dengan mudah.

"Huaaaaa!!!!" tangisnya pecah.

"Udah kok, gak papa sayang, udah selesai." Alkana menaikkan baju Liona ke bahu gadis itu.

"Liona tidak boleh banyak beban pikiran Alkana, itu berpengaruh terhadap kondisinya." nasehat Jihan.

"Baik dok."

"Pulang! Aku mau pulang!!" rengek Liona tidak mau melihat Jihan. Sepertinya gadis itu ngambek pada kekasih Jeno itu, Jihan menghela nafas berat.

"Jangan ngambek dong Liona..." bujuk Jihan.

"Kemarin-kemarin gak di suntik tuh, kenapa sekarang di suntik suntik terus!" kesal Liona nampak sesegukan.

"Kan yang kemarin-kemarin kondisi dan lukanya beda Liona, pas kamu koma juga di suntik kok." jelas Jihan dengan nada lembutnya berniat membujuk Liona.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang