CHAPTER 06

21.3K 995 36
                                    

HAPPY READING:)

"Besok gue pastiin, hubungan yang lo banggain itu bakalan hancur!"

~Alkana Lucian Faresta~

Tidur damai seorang gadis langsung terusik ketika air mengguyur wajahnya dengan tak berperasaan

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Tidur damai seorang gadis langsung terusik ketika air mengguyur wajahnya dengan tak berperasaan. Air yang memasuki hidungnya membuat dirinya kesakitan hingga duduk terbatuk-batuk.

Sialan! siapa yang berani mengguyur dirinya dan membuat tempat tidurnya basah kuyup. Liona menaikkan tatapannya, tebakannya benar ternyata wanita ular itu yang dengan tak berperasaan telah menyiramnya.

"Apa nggak ada cara yang lebih beretika? Sampai Tante dengan tidak beradabnya mengguyur saya?!"

Miranda terbahak sambil memegang ember di tangannya "Hahaha adab hanya berlaku untuk manusia, sedangkan saya meragukan kamu ini manusia atau bukan? Kamu tidak lebih dari sekedar hama pengganggu Liona!" Miranda terkekeh sambil melipat tangannya di depan dada.

Rahang Liona mengeras menahan amarah, gadis itu hendak menyerang Miranda, namun wanita itu dengan sigap menghentikan pergerakannya, "Eitsss, mau nampar saya? Hahaha Liona Liona, apa kamu tidak merasa tersiksa dengan hukuman Papa kamu kemarin malam? Berani kamu nampar saya? Akan saya adukan sama Mas Arga, dan kamu akan di usir dari rumah ini!" Miranda menghempas kasar tangan Liona.

"Pasti Tante kan yang menghasut papa sampe hajar Liona habis-habisan!" tebak Liona yang tentu saja benar.

Miranda mencengkram dagu Liona, "Tentu saja, dan seterusnya saya akan membuat hari-hari mu seperti di neraka putriku tersayang!!" jawabnya sengit lalu menghempaskan wajah Liona sambil berlalu ke luar kamar, saat Miranda membuka pintu ia bisa melihat Aurel berdiri di ambang pintu lengkap dengan seragam sekolahnya sambil menatap Liona mengejek.

Ibu dan anak sama saja! batin Liona, mencoba bersabar gadis itu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepuluh menit kemudian gadis itu keluar lengkap dengan seragam sekolahnya, Liona duduk di meja rias untuk menyisir rambut panjangnya lalu menutupi luka di wajahnya dengan bedak.

"Miris banget hidup gue." gumam gadis itu meratapi nasib fisiknya yang penuh luka memar.

Liona mengenakan kaos kakinya yang setinggi bawah lutut untuk menutupi memar di betisnya. Selesai memakai sepatu, gadis itu meraih tas sekolahnya yang sudah lengkap dengan buku pelajarannya hari ini, karena biasanya Liona melihat jadwal mata pelajaran pada malam hari, agar paginya ia tidak kerepotan terlebih lagi ketika ada PR.

Liona turun ke bawah untuk sarapan, gadis itu merasa lapar karena dari kemarin malam belum makan apapun. Tiga manusia itu sudah duduk di sana, Liona menarik kursi ujung untuk duduk. Posisinya berhadapan langsung dengan sang Papa, dengan Aurel dan Miranda di samping kiri dan kanan Arga tentunya. Meja yang panjang membuat jarak mereka jauh, baru saja ingin mengoleskan selai pada rotinya suara Arga menghentikan pergerakannya.

ALKANA [END]Där berättelser lever. Upptäck nu