CHAPTER 01

40.4K 1.3K 34
                                    

H A P P Y R E A D I N G :)

"Entah angin apa yang mempertemukan kita, yang jelas tatapan pertama itu menjadi defenisi bahagia"

~Alkana Lucian Faresta~

Suara tabrakan menggema di jalan raya sepi, sang pengendara motor terlempar beberapa meter begitu juga dengan seseorang yang di tabraknya, motornya bergesekan dengan aspal jalan begitu juga dengan tubuhnya membuat lelaki itu menggeram tertahan men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tabrakan menggema di jalan raya sepi, sang pengendara motor terlempar beberapa meter begitu juga dengan seseorang yang di tabraknya, motornya bergesekan dengan aspal jalan begitu juga dengan tubuhnya membuat lelaki itu menggeram tertahan menahan sakit. Untung dia memakai helm, jadi kepalanya aman meski beberapa bagian tubuhnya mengalami lecet.

Tak lama motor-motor lainnya lewat, sang pengendara motor mengumpat kasar. Sudah bisa di pastikan ia akan kalah malam ini, untuk pertama kalinya. Dan musuh besarnya itu pasti akan bersorak senang. Sialan!

Meski hujan deras turun malam ini, aksi balapan mereka tetap di lakukan sesuai dengan perjanjian, meski jalanan licin dan kemungkinan untuk terjadi kecelakaan semakin besar.

Mengabaikan balapannya, ya balapan! Seorang Alkana sedang ikut balap liar sekarang. Tadinya seratus persen kemungkinan ia akan menang karena motornya melaju kencang di depan sebelum seorang gadis tiba-tiba muncul dari arah taman di seberang jalan dan berlari tanpa melihat kanan kiri.

Alhasil Alkana menabraknya. Dengan kasar Alkana bangkit dari posisinya sambil menahan rasa pusing yang menyerang kepalanya karena benturan keras yang ia alami tadi, ia menaikkan kaca helm full face nya lalu berjalan mendekat pada gadis yang sudah tergeletak tak berdaya di aspal.

Sepatu Alkana beradu dengan genangan air menimbulkan percikan kecil. Alkana menatap datar tubuh tak berdaya itu. Kepalanya bocor hingga darah terus mengalir dari kepalanya kemudian bercampur dengan air hujan. Alkana belum jelas melihat wajah gadis itu karena rambut panjang gadis itu menutupi wajahnya.

Alkana berjongkok lalu menyingkirkan rambut gadis itu dari wajahnya. Kini Alkana bisa dengan jelas melihat wajah itu, dan nyatanya gadis itu belum sepenuhnya hilang kesadaran. Matanya mengerjap beberapa kali mencoba mempertahankan kesadarannya.

Alkana tertegun sesaat melihat mata gadis itu, Liona sendiri hanya bisa melihat mata Alkana karena posisi Alkana yang masih mengenakan helm nya. Suara lemah gadis itu menyentak Alkana dari lamunannya. "Tolong..." ucap gadis itu lalu matanya tertutup rapat.

Alkana menepuk pipi gadis itu, "Hei!" Alkana terus memanggil namun gadis itu sudah benar-benar pingsan. Alkana menatap tubuh gadis itu, ternyata bukan hanya kepala, lututnya dan sikunya juga terdapat memar dan mengeluarkan darah. Alkana terdiam sejenak menatap pakaian gadis itu, di malam selarut ini ia masih mengenakan seragam sekolah. Dan atribut seragam gadis itu membuat Alkana sadar bahwa gadis di depannya ini satu sekolah dengannya.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang