CHAPTER 18

16.6K 798 33
                                    

HAPPY READING!

"Udah jadi tugas aku melindungi kamu, dan sembuhin luka kamu Athena."

~Alkana Lucian Faresta~

Malam bertahta, bersama bintang dan bulan yang nampak berkilauan di langit gelap

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Malam bertahta, bersama bintang dan bulan yang nampak berkilauan di langit gelap. Lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi itu nampak jelas dari kaca jendela karena gordennya di biarkan terbuka.

Seorang gadis duduk di depan meja rias dengan tangan menyatu di pangkuannya. Gugup, itulah yang ia rasakan sekarang. Bagaimana tidak? Seorang lelaki kini sedang menyisir rambut panjangnya dengan begitu lembut.

Mata gadis itu terus terpaku ke arah cermin menatap setiap lekuk wajah lelaki yang berstatus kekasihnya tanpa persetujuannya.

Liona menatap mata tajam yang nampak serius merapikan rambutnya, hidung mancung yang sesekali menyentuh kepalanya karena bibir sexy lelaki itu kerap memberi kecupan pada kepalanya.

Betapa luar biasanya paras Alkana, tidak ada cela sedikitpun. Bahkan luka memar bekas pukulan di wajahnya tak mengurangi kadar ketampanannya.

Tak dapat Liona bayangkan jika lelaki es ini bertingkah seperti Langit, mungkin kesan menyeramkan akan terhempas.

"Kamu tau apa yang paling aku suka dari kamu?" tanya Alkana menghentikan aktivitasnya lalu menatap Liona melalui cermin di mana gadis itu sejak tadi menatapnya lekat.

"Apa?" tanya Liona dengan suara pelan.

"Your hair baby, i like it."

Liona menelan ludahnya susah payah, ini yang paling membuatnya merasa gugup, ketika Alkana menggunakan bahasa Inggris dengan suara seraknya dan auranya yang mendominasi. Liona seperti tak berdaya dan kapan saja bisa tunduk pada lelaki yang begitu memujanya itu.

Bukankah itu terdengar seperti Liona mulai menyukai Alkana? Tapi entahlah gadis itu sendiri masih bingung pada perasaannya. Dengan Alkana dirinya merasa di cintai, di lindungi dan di inginkan.

Dan tanpa dirinya sadari ia mulai menyingkirkan Malvin dari hidupnya.

"Tapi rambut aku jelek." cicit Liona. Nampak jelas di cermin wajah Alkana langsung berubah datar.

"Siapa yang bilang?" tanya Alkana menusuk, lelaki itu beranggapan ada yang menghina rambut Liona. Siapa yang berani menghina Athena-nya?

Liona langsung gelagapan, "Eh nggak, itu pendapat aku sendiri."

Bukannya membaik wajah Alkana malah semakin menyeramkan, lelaki itu berjongkok di depan Liona. Alkana menggenggam tangan Liona yang perban itu dengan lembut lalu menatap wajah Liona.

ALKANA [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora