CHAPTER 43

8K 467 29
                                    

Happy reading:)

"Itu harga yang harus lo bayar karena perbuatan lo!"

~Liona Athena~

Liona mengelus lengan lelaki yang masih di kuasa emosi itu, Liona duduk di sebelah Alkana di atas ranjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liona mengelus lengan lelaki yang masih di kuasa emosi itu, Liona duduk di sebelah Alkana di atas ranjangnya. River pergi beberapa saat lalu, namun emosi akibat ulahnya masih menyisakan bekas. Alkana yang paling terkena dampak dari kedekatan River dan adiknya Florin, jelas saja karena River adalah musuhnya sejak lama.

Sedangkan Florin sibuk menangis di kamarnya karena memikirkan kemarahan Alkana, Arseno setia menemani gadis itu.

"Kenapa harus Florin?" gumam lelaki itu.

"Itu takdir Alka, kalau memang Florin juga suka sama River kita bisa apa--"

"Nggak bisa! Sampai kapan pun aku gak bakalan izinin hubungan mereka!"

"Tapi--"

"Denger Athena, coba kamu yang ada di posisi aku, mungkin menurut kamu aku terlalu berlebihan dan terlalu buruk menilai sepupu kamu itu, tapi itu sudut pandang aku, aku kenal jahatnya River, sedangkan kamu kenal dia menurut versi kamu sendiri!" sarkas Alkana.

Liona menggeleng pelan, "Aku gak berpikir gitu Alka, aku juga gak mau bujuk kamu untuk kasih izin River deketin Florin, aku cuman mau kamu tenang, jangan emosi, pikirin kesehatan kamu. Jangan terlalu keras sama Florin, dia gak tau apa-apa, dia gak tau soal permusuhan kalian, River bantu dia dan mereka saling kenal, sesimpel itu sebenarnya."

"Simpel? Florin adik aku Athena, aku gak mau dia kenapa-kenapa!"

"Aku--"

"Cukup! Aku gak mau berdebat sama kamu!" sarkas Alkana bangkit dari sana menunju kamar mandi.

Liona memejamkan matanya lelah, kepalanya pusing sekarang, Liona mengambil minum di nakas dan meminum pereda nyerinya.

Alkana memejamkan matanya merasa bersalah, ia kembali berbalik dan mengambil alih gelas di tangan Liona saat gadis itu selesai minum, "Maaf sayang, kepalanya sakit hm?" suara Alkana mulai melembut, mata Liona berkaca-kaca. Alkana langsung memeluk gadis itu.

"Maaf..." lirih Alkana.

"Aku khawatir sama kamu," lirih Liona serak.

"Aku gak papa sayang." Alkana mengelus kepala gadis itu dengan sayang.

"Maaf aku kelepasan bentak kamu." sesal Alkana, Liona mengangguk dalam pelukannya, tiba-tiba ponsel Liona berdering, Alkana meraih ponsel Liona di atas ranjang.

ALKANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang