CHAPTER 48

9.8K 564 61
                                    

"Jika jatuh cinta sama kamu adalah kesalahan, percayalah Athena, aku adalah orang yang akan terpenjara selamanya."

~Alkana Lucian Faresta~

2 bulan kemudian...

Suasana pemakaman itu nampak ramai, semua anggota Xanderoz berada di sana untuk ziarah ke salah satu makan anggota mereka. Sesuai janji Alkana, dia akan mendatangi makam Neo jika pelakunya sudah dia temukan dan di beri hukuman.

Sesuai harapan Alkana, Daniel mendapatkan kematiannya.

Alkana menatap sendu makam itu, setelah kondisinya kembali membaik dia langsung menyuruh anggotanya untuk berkunjung ke sini. Alkana yang baru kecelakaan waktu itu kembali masuk rumah sakit, lukanya cukup parah, namun luka seseorang yang menyelamatkan hidupnya lebih parah lagi.

"Kita kangen lo Neo..." lirih Langit.

"Semoga lo tenang di alam sana, kita selalu doain yang terbaik buat lo." tambah Bintang.

"Sampai kapanpun lo tetap jadi bagian Xanderoz." ucap Kenzo.

Alkana meletakkan rangkaian bunga yang mereka bawa di atas makam itu, "Seperti yang gue bilang dulu Neo, gue gak akan datang ke sini sebelum gue balas perbuatan orang yang bikin lo kayak gini."

"Sekarang gue di sini, lo tau artinya apa kan? Kalo lo ketemu sama bajingan itu di sana, sampaikan salam gue ke Daniel, bilang kalo di kehidupan selanjutnya kami ketemu lagi, gue bakal bunuh dia pake tangan gue sendiri."

Semua orang menahan nafas mendengar ucapan Alkana yang memang selalu beda dari yang lain.

"Xanderoz..." ucap Alkana pelan karena ini di area pemakaman.

"We are the family." jawab mereka, tak sedikit dari mereka menangis di sana.

"Kita pulang dulu Neo, semoga lo bahagia di sana. Tante Dita aman kok, dia sehat. Sekarang dia mulai bisa ikhlaskan kepergian lo setelah semuanya adil."

******

Liona turun dari mobil, gadis itu di antar oleh sopir keluarga Faresta ke sini, Pak Risman. Jika Alkana pergi ziarah ke makam Neo bersama Xanderoz, lain halnya dengan Liona yang datang mengunjungi ayahnya, Arga.

Dua bulan telah berlalu, banyak yang terjadi, dan kini Liona sadar bahwa untuk meraih suatu kebahagiaan tidaklah mudah, butuh banyak pengorbanan di dalamnya. Butuh waktu dua bulan agar kondisi Alkana benar-benar pulih, sedangkan River? Lelaki itu masih di rumah sakit, namun kondisinya sudah jauh lebih baik.

"Papa." sapa Liona melihat Arga duduk di teras sambil membaca majalah, pria itu bangkit menyambut putrinya, Arga mendekat dan memeluk Liona dengan erat, dengan kaku gadis itu membalas pelukan Arga.

"Saya permisi dulu Nona." pamit Pak Risman membuat pelukan ayah dan anak itu terlepas. Liona mengangguk pada Pak Risman, "Iya, makasih ya Pak."

"Ayo masuk, kamu udah makan?" tanya Arga.

"Udah kok Pa." jawab Liona sambil memasuki rumah.

"Kak Liona." suara itu membuat Liona menoleh ke arah sosok perempuan yang berdiri di depan meja makan sambil menyiapkan makan siang.

"Hai." sapa Liona seadanya, gadis itu menatap Aurel yang terlihat jauh lebih berisi dari sebelumnya, perut gadis itu juga mulai membuncit.

Gadis itu mendekat dan menyalami tangan Liona dengan sopan, "Kakak udah makan?" tanyanya. Liona hanya mengangguk saja, "Aurel udah masak, makan lagi yuk, Aurel juga tadi bikin kue." jelasnya.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now